INDONEWS.ID

  • Jum'at, 02/04/2021 09:45 WIB
  • Sri Mulyani: SDM RI Kalah Produktif dari Negara-negara Asia Lainnya

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Sri Mulyani: SDM RI Kalah Produktif dari Negara-negara Asia Lainnya
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Produktivitas sumber daya manusia (SDM) RI disebut sangat rendah jika dibandingkan negara-negara lain di Asia, seperti China, India, bahkan Filipina. Hal itu tercermin dari rendahnya sumber pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia terhadap total factor productivity (TPF).

Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam webinar bertajuk `Akselerasi Indonesia Maju Melalui Penanaman Modal dan Insentif Fiskal`, Kamis (1/4).

Baca juga : Anak Pendeta Yakub Nahuway Digugat Hapus Nahuway di Namanya

Sri Mulyani mengatakan TPF menggambarkan produktivitas dari tingkat efisiensi penggunaan kombinasi input kapital dan tenaga kerja, termasuk aspek peningkatan teknologi. Rendahnya TPF mencerminkan tingginya inefisiensi dalam suatu proses produksi.

"Ini terlihat dalam komparasi terhadap negara-negara lain. Dihitung dari total factor productivity, maka kita lihat sumber daya manusia Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain masih di bawah," ujarnya

Baca juga : Sita Tanpa Putusan Pengadilan, KPKNL Diusir

Sri Mulyani menjelaskan pertumbuhan PDB Indonesia yang sebesar 5,3 persen pada 2017 berasal dari 4,6 persen kapital dan 0,6 persen tenaga kerja. Sementara, kontribusi TPF terhadap pertumbuhan PDB Indonesia hampir nol persen.

"Setiap kali kita mau grow (tumbuh), kita hanya didominasi oleh nambah modal yang banyak dan menambah jumlah tenaga kerja. Nyaris tidak ada TPF," imbuhnya.

Baca juga : BSKDN Kemendagri Bersama Kemenkeu dan Bappenas Matangkan Program SKALA untuk Percepatan Pembangunan Daerah

Hal tersebut jauh berbeda dengan China yang TPF-nya berkontribusi sebesar 2,3 persen dari total pertumbuhan PDB sebesar 7,3 persen pada periode yang sama.

Sementara, kontribusi kapital dan tenaga kerja terhadap PDB China masing-masing 4,8 persen dan 0,1 persen.

"Itu artinya kita lebih banyak tumbuh dengan menggunakan otot dan keringat, tapi tidak menciptakan nilai tambah berdasarkan inovasi," jelasnya.

Menurut Ani, minimnya kontribusi TPF dalam pertumbuhan PDB RI disebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia serta tenaga kerja yang mayoritasnya berada di sektor informal. Selain itu, rendahnya TPF juga disebab minimnya utilisasi dan adopsi teknologi.

"Persoalan demografi muda merupakan kekuatan Indonesia. Namun, kalau kita tidak membuat SDM kita mampu berinovasi dan bisa terus bekerja dengan teknologi sehingga produktivitasnya naik, maka kita selalu outcompete," tandasnya.*

Artikel Terkait
Anak Pendeta Yakub Nahuway Digugat Hapus Nahuway di Namanya
Sita Tanpa Putusan Pengadilan, KPKNL Diusir
BSKDN Kemendagri Bersama Kemenkeu dan Bappenas Matangkan Program SKALA untuk Percepatan Pembangunan Daerah
Artikel Terkini
Tanggapi Munaslub Ilegal, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid Tegaskan Hanya Ada Satu Kadin Sesuai UU dan Mandat AD/ART
Pemulung Itu Seorang Doktor
Para Romo Dan OMK Paroki ST Maria Bunda Penebus Fatuketi Umanen Gelar Acara Perpisahan Dengan Satgas Yonif 742/Swy
FOKBI Akan Gelar Peluncuran Senam Kreasi Budaya NTT "Ikan Nae di Pante: Meriahkan Budaya dan Kebugaran
Forum Kepala Daerah IMT-GT Ke-21 Dorong Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
vps.indonews.id