Jakarta, INDONEWS.ID - Pendiri Atjeh Connection Foundation, Amir Faisal Nek Muhammad mengapresiasi Erros Djarot dan timnya karena telah sukses melakukan restorasi film Tjoet Nja` Dhien.
Diketahui, penayangan perdana film ini pun dilakukan pada hari Kebangkitan Nasional yakni pada 20 Mei 2020 besok.
“Saya menonton film ini dulu dan hingga kini masih tersimpan sosok hebat Tjoet Nja` Dhien. Ada pesan moral dari film tersebut kepada generasi milenial,” kata Amir Faisal, Rabu (19/5/2021) di Jakarta.
Amir menuturkan, dari sosok Tjoet Nja` Dhien, kita bisa belajar keteguhan dan prinsip berjuang mengusir kolonial Belanda. Selain itu, juga ada pesan peran gender bahwa jika ada kemampuan, perempuan bisa memimpin yang pada masa itu termasuk langka.
Dengan kemampuannya, Tjoet Nja` Dhien mampu memimpin ratusan pasukan tempur yang terdiri dari kaum pria.
“Kesetiaan, kejujuran, etika, kepandaian dan lain-lain adalah hal yang harus dimiliki oleh anak bangsa ini termasuk dalam menghadapi perang pandemi Covid-19. Generasi milenial harus menonton film ini karena banyak pelajaran untuk masa kini,” ajak Amir Faisal.
Salah satu Film Tjoet Nja` Dien, Christine Hakim bersama Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi
Di tempat terpisah, Pemimpin Redaksi Indonews.id, selaku dosen senior IPDN juga menyampaikan apresiasi atas pembuatan film ini. Menurutnya, film Tjoet Nja` Dhien wajib ditonton generasi muda untuk melihat perjuangan pahlawan masa lalu dalam rangka mengusir para penjajah.
Selain itu, tambah Aktivist Anti Narkoba ini, pesan yang tak kalah penting adalah untuk melihat perjuangan para perempuan untuk mencapai `equilibirum` atau kesamaaan gender di masyarakat.
"Film Tjoet Nja` Dhien memiliki pesan yang sangat kuat tentang peran perempuan dalam mengusir penjajah sekaligus contoh bagi generasi milenial saat ini bahwa perempuan selalu memiliki peran penting di masyarakat," kata Asri Hadi.
Untuk diketahui, film Tjoet Nja` Dhien dengan durasi kurang dari 2 jam ini merupakan hasil restorasi oleh lembaga arsip perfilman Belanda yang menjaga kualitas audio dan visual film ini tetap terpelihara.
Film ini meraih 8 Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) pada 1988 untuk Sutradara Terbaik (Erros Djarot), Pemeran Wanita Terbaik (Christine Hakim), Skenario Terbaik (Erros Djarot), Cerita Asli Terbaik ( Erros Djarot), Tata Sinematografi Terbaik (George Kamarullah), Tata Artistik Terbaik (Benny Benhardi), dan Tata Musik Terbaik (Idris Sardi).*