INDONEWS.ID

  • Sabtu, 07/05/2022 12:26 WIB
  • Tolak Gencatan Senjata, Presiden Ukraina Desak Rusia Mundur ke Posisi Pra-Invasi untuk Capai Kesepakatan

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Tolak Gencatan Senjata, Presiden Ukraina Desak Rusia Mundur ke Posisi Pra-Invasi untuk Capai Kesepakatan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kesepakatan damai apa pun dengan Rusia akan bergantung pada pasukan Rusia yang mundur ke posisi pra-invasi mereka.

Berbicara kepada sebuah lembaga think tank London Zelensky mengatakan bahwa itu adalah jumlah minimum yang dapat diterima negaranya.

Dia mengatakan dia adalah pemimpin "Ukraina, bukan mini-Ukraina". Namun dia tidak menyebut Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.

Berbicara dari Kyiv ke lembaga think tank Chatham House di London, Zelensky mengatakan tidak ada pertanyaan tentang Rusia yang mempertahankan wilayah yang telah ditaklukkannya sejak menginvasi Ukraina.

"Untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina, langkahnya harus memulihkan situasi pada 23 Februari," katanya dalam menanggapi pertanyaan dari BBC, mengacu pada hari sebelum perang dimulai.

"Saya dipilih oleh rakyat Ukraina sebagai presiden Ukraina, bukan sebagai presiden Ukraina mini. Ini adalah poin yang sangat penting," tambahnya.

Referensi situasi pada 23 Februari menunjukkan Ukraina mungkin tidak bersikeras merebut kembali Krimea sebelum berdamai dengan Rusia. Semenanjung itu dianeksasi oleh Rusia delapan tahun lalu.

Zelensky menyerukan dimulainya kembali dialog diplomatik antara Rusia dan Ukraina.

"Terlepas dari kenyataan bahwa mereka menghancurkan semua jembatan kami, saya pikir tidak semua jembatan itu hancur, secara kiasan," katanya.

Adapun Rusia menggambarkan proses itu sebagai "keadaan stagnasi". Rusia saat ini sedang berjuang untuk mengambil kendali penuh atas kota Mariupol.

Masih ada pasukan Ukraina bersama dengan beberapa warga sipil di pabrik baja Azovstal yang luas di kota tenggara, yang telah menjadi sasaran serangan gencar Rusia.

Mengambil alih Mariupol akan menjadi pencapaian terbesar Rusia dalam dua bulan perang dan akan memberi Presiden Rusia Vladimir Putin sesuatu untuk dirayakan pada tanggal 9 Mei, yang merupakan Hari Kemenangan di Rusia - hari negara itu menandai kemenangan Soviet atas Nazi dalam Perang Dunia Kedua.

Pada Jumat (6/5/2022), 50 warga sipil termasuk 11 anak-anak dievakuasi dari pabrik baja Azovstal di Mariupol, dalam operasi yang dikoordinasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah. Lebih banyak lagi yang diyakini masih terperangkap di terowongan dan bunker era Soviet di bawah pabrik yang luas itu.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan operasi itu telah diperlambat oleh pertempuran dan apa yang disebutnya "provokasi". Dia mengatakan evakuasi akan dilanjutkan pada Sabtu (7/5/2022).

Rusia sebelumnya telah mengumumkan gencatan senjata siang hari di pabrik selama tiga hari, mulai Kamis (5/5/2022).

Sementara itu Zelensky mengatakan dia mengundang Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mengunjungi Ukraina pada 9 Mei mendatang. Kehadiran pemimpin Jerman di Ukraina pada hari Rusia memperingati pengorbanan Soviet dalam Perang Dunia Kedua akan sangat simbolis.

"Dia dapat membuat langkah politik yang sangat kuat dan bijaksana ini, untuk datang ke sini pada 9 Mei, ke Kyiv," ujarnya.

"Saya tidak menjelaskan pentingnya, saya pikir Anda cukup berbudaya untuk memahami mengapa,” lanjutnya.

Pemimpin Ukraina itu sebelumnya kritis terhadap sikap Jerman selama perang.

Dalam wawancara dengan BBC pada April lalu, dia menuduh Jerman menghalangi upaya embargo penjualan energi Rusia dan mengatakan negara-negara Eropa yang terus membeli minyak Rusia "mendapatkan uang dari darah orang lain".

Pada bulan yang sama kunjungan yang direncanakan ke Kyiv oleh Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dibatalkan pada menit terakhir karena hubungan ekonomi Jerman dengan Rusia.

Pada Jumat (6/5/2022), Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan militer baru sbesar USD150 juta (Rp2 triliun) untuk membantu Ukraina mempertahankan diri.

Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada wartawan bahwa bantuan itu termasuk peluru artileri, radar kontra-artileri yang digunakan untuk mendeteksi sumber tembakan musuh, peralatan pengacau elektronik, dan suku cadang.

Tetapi Biden memperingatkan bahwa dana saat ini hampir habis dan mendesak Kongres untuk mengizinkan lebih banyak.

AS mengatakan pihaknya juga memberikan intelijen ke Ukraina, dan laporan media AS mengutip para pejabat yang mengatakan intelijen AS membantu Ukraina menenggelamkan kapal penjelajah rudal andalan Rusia, Moskva.

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Perkuat Perencanaan Pembangunan, Kemendagri Ajak Pemda Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
Menko Airlangga Sampaikan Sukses Indonesia Jaga Pertumbuhan Ekonomi, Stabilitas Politik, dan Lanjutkan Upaya Transisi Energi
UU DKJ Disahkan, Fahira Idris Soroti Pentingnya Dana Abadi Kebudayaan
Kawal Musrenbang di Riau, Kemendagri Tekankan Pentingnya Pembangunan Berbasis Partisipatif
Pataka 83 Gelar Halal bi Halal, Silaturahmi sekaligus Temu Kangen
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas