INDONEWS.ID

  • Jum'at, 22/07/2022 10:59 WIB
  • Politik dan Kritik, Urusan di Forum Privatum atau Forum Publicum?

  • Oleh :
    • indonews
Politik dan Kritik, Urusan di Forum Privatum atau Forum Publicum?
Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta. (Foto: Ist)

Oleh: Andre Vincent Wenas*)

INDONEWS.ID - Keberadaan kita bersama dengan orang lain (inter-homines esse) seyogianya menjadi pusat kegiatan berpikir politik (filsafat politik). Singkat cerita, politik sejatinya berada di ruang bersama yang lain, alias ruang publik (forum publicum).

Baca juga : Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"

Berbeda dengan urusan rumah tangga (oikos-nomos) yang pada instansi pertamanya adalah urusan di ruang privat (forum privatum). Urusan Oikos Nomos (atau lebih dikenal sebagai Ekonomi) bisa menjadi urusan publik tatkala masuk ranah kebijakan publik yang berkaitan dengan kepentingan kesejahteraan bersama (bonum commune), artinya ya masuk ke ranah politik juga.

Oleh karena itu ketika kita bicara soal politik maupun derivatifnya seperti partai politik misalnya, maka itu adalah pembicaraan yang seyogianya merupakan wacana publik juga. Suprastruktur politik dipengaruhi oleh infrastrukturnya, termasuk diantaranya adalah partai politik beserta segala tingkah lakunya (political behavior).

Baca juga : Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap

Maka dalam percakapan di ruang publik yang sehat, cerdas dan oleh lantaran itu bisa mencerahkan, actus saling menganalisis bahkan mengritik perilaku partai politik manapun oleh setiap warga negara (citizen) itu bisa dan diperbolehkan. Artinya siapa pun bebas untuk menyampaikan pendapatnya di ruang publik.

Maka logikanya, sebagai bagian dari infrastruktur politik, partai maupun kader-kadernya bisa, boleh dan berhak untuk menyampaikan analisis dan pendapatnya tentang “situasi perpolitikan” yang sedang terjadi. Termasuk political-behavior yang dilakukan parpol di seberang jalan. Kenapa begitu? Ya sekali lagi urusan politik adalah urusan publik. Tinggalah diperlukan kedewasaan serta kematangan dalam menyikapinya.

Baca juga : Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik

Maka tidak bisa, dalam urusan politik yang mempengaruhi umum,  seseorang menanggapi sebuah pendapat dengan berkata semena-mena, “Hei, tak usah mencampuri urusan partai kami, urus saja partaimu!.” Padahal kelakuannya itu bakal berpengaruh pada konstelasi perpolitikan pada umumnya. Berdampak pada publik.

Begitulah secara sederhana kita menjelaskan tentang politik yang eksistensi atau keberadaannya – sejatinya – terletak di ruang publik. Maka – sekali lagi – publik pun jadi bebas mewacanakannya.

Lalu soal kritik. Apa itu kritik?

Etimologis berasal dari kata Yunani: Kritikos, yang bermakna “dapat didiskusikan”. Diambil dari kata Krenein, yang artinya: memisahkan, mengamati, menimbang dan membandingkan. Begitu kira-kira.

Jadi, kita bisa menerima kritik tatkala dalam kritikannya itu ada unsur memisahkan (topik yang mana, misalnya), atau kalimat, paragraf mana yang sedang diamati. Lalu pertimbangannya apa, kalau perlu dengan perbandingan. Sehingga kita pun jadi mengerti tentang subyek apa yang dikritik. Kita jadi paham bagaimana cara pandang sang pengkritik itu terhadap karya atau tulisan kita. Sehingga dengan demikian kita lalu bisa meresponnya dengan baik.

Tapi kalau cuma bilang bahwa tulisan kita itu, “Hoaks!”, atau “Tak sepantasnya mencampuri urusan orang lain!” atau “Ini tulisan sampah!” dan kata-kata sejenisnya, maka itu bukanlah kritik, tapi lebih tepat disebut cacian.

Dan kita semua bersama-sama paham, bahwa kalau orang tak mampu berargumentasi dalam kritiknya, malah meresponnya dengan cacian, ada istilahnya yaitu: Idiotes (bahasa Yunani). Kalau dalam bahasa Latin disebut idiota, yang artinya: orang tidak berpendidikan.

Terhadap itu sebaiknya kita diam. Pepatah tua bilang, “Never argue with an idiot. People watching won’t be able to tell the difference!”

20/07/2022

*) Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Artikel Terkait
Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"
Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap
Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Salim Said Maestro Intelektual yang Paling Detail dan Mendalam
Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea
Bupati Tanahdatar buka Grand Opening Sakato Aesthetic
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas