Jakarta, INDONEWS.ID - Dalam sebuah diskusi publik yang bertajuk “Indonesia dalam Belantara Benturan Kepentingan” pada Jumat 21 Oktober 20221 yang diadakan di PB PMII, diputar potongan video acara podcast Deddy Corbuzier dengan bintang tamu anak Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep.
Potongan video ini adalah tentang pengakuan Kaesang kepada Deddy Corbuzier bahwa posisi dirinya sebagai anak presiden adalah suatu privilege yang membantu bisnisnya.
Pernyataan Kaesang tersebut memantik tanggapan salah satu pembicara yaitu Natalius Pigai. Mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ini mengatakan, apa yang dikatakan dalam video Kaesang tersebut jelas merupakan suatu “trading in influences”, atau memperdagangkan pengaruh.
“Itu Gubernur Mesopotamia pernah dihukum gantung karena memperdagangkan pengaruh,” ujar Natalius.
Pigai mengatakan dirinya heran mengapa Presiden dapat memerintahkan agar dilakukan proses hukum kepada Ferdy Sambo dan juga kepada Lukas Enembe, namun belum pernah memerintahkan proses hukum kepada anaknya, yaitu Kaesang dan Gibran, saat dilaporkan ke KPK.
“Silahkan adik-adik bisa menilai,” kata Pigai.
Pembicara lainnya yang juga diminta menanggapi video Kaesang tersebut yakni ekonom Anthony Budiawan. Dia mengatakan istilah “trading influences” yang dicetuskan Pigai sangat menarik.
“Sekarang ini trading ini sudah dilakukan terang-terangan. Kalau dulu orang masih tidak berani mengakui melakukannya, tapi kini sudah terang-terangan,” ujar doktor ekonomi lulusan Belanda ini seperti dikutip Terbit.com.
Anthony juga menyindir Kaesang yang blak-blakan akan mengoptimalkan previlege-nya sebagai anak Presiden.
Menurutnya, di luar negeri atau di negara manapun, tidak ada satu pun yang mengaku secara terang-terangan bahwa mereka akan menikmati privilege.
“Kalau ada di negara maju yang berani seperti begitu, sudah pasti kena delik,” ungkap Anthony.
Karena itu, dia juga menyarankan agar priviedge Kaesang ini segera diusut. Pasalnya, hal tersebut menjadikan sebuah kompetisi menjadi tidak fair. ***