INDONEWS.ID

  • Kamis, 17/11/2022 17:45 WIB
  • Leaders Declaration KTT G20, Hikmahanto: Tidak Ada Kecaman untuk Rusia dan Permintaan Keluar dari Ukraina

  • Oleh :
    • very
Leaders Declaration KTT G20, Hikmahanto: Tidak Ada Kecaman untuk Rusia dan Permintaan Keluar dari Ukraina
Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal A. Yani. (Foto: Pikiran Rakyat)

Jakarta, INDONEWS.ID - Berbagai media memberitakan dalam Leaders` Declaration terdapat kecaman terhadap serangan Rusia ke Ukraina dan kewajiban Rusia menarik mundur (withdrawal) pasukan Rusia dari Ukraina.

Guru Besar Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar.

Baca juga : Direktur GKI Beri Materi Kewirausahaan untuk Pelajar SMKS Bina Mandiri Labuan Bajo

“Hal tersebut tidak benar dan tidak ada dalam Leaders` Declaration. Besar kemungkinan info tersebut didapat dari konperensi pres Bapak Presiden saat berakhirnya KTT G20 dimana beliau menyampaikan adanya kecaman terhadap Rusia atas serangan ke Ukraina,” ujar Rektor Jenderal Ahmad Yani tersebut dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (17/11).

Bila membaca secara cermat poin 3 dari Leaders` Declaration tersebut, maka pernyataan tersebut berbunyi, “Most members strongly condemned the war in Ukraine and stressed it is causing immense human suffering and exacerbating existing fragilities in the global economy - constraining growth, increasing inflation, disrupting supply chains, heightening energy and food insecurity, and elevating financial stability risks. There were other views and different assessments of the situation and sanctions. Recognizing that the G20 is not the forum to resolve security issues, we acknowledge that security issues can have significant consequences for the global economy”.

Baca juga : Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD

Hikmahanto mengatakan, memang dalam Leaders` Declaration ada kecaman/pengutukan terhadap Rusia. “Tapi itu tidak seluruh negara melainkan sebagian besar (bisa diduga negara tersebut adalah AS dan sekutunya). Ini bisa dilihat dari kata-kata ‘Most members condemn...,” ujarnya.

Hikmahanto mengatakan, pengutukan dan permintaan pasukan Rusia mundur itu merujuk pada Resolusi Majelis Umim PBB No ES-11/1 tertanggal 2 Maret 2022. Oleh karena itu, penarikan mundur pasukan Rusia bukan atas dasar Leaders` Declaration.

Baca juga : Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional

Pengutipan Resolusi Majelis Umum pun disebut yang berada dalam kurung terkait jumlah negara yang setuju, menentang dan abstain. “Dugaan saya pengutipan ini merupakan permintaan Rusia untuk setuju atas Leaders` Declaration,” katanya.

Dalam kalimat berikut di poin 3 disebutkan bahwa "ada pandangan lain" terkait perang di Ukraina. Pandangan lain ini, kata Hikmahanto, tentunya adalah pandangan Rusia dan mungkin negara lain.

Sedangkan dalam kalimat penutup di poin 3 ditegaskan bahwa G20 bukan forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Ini artinya tidak ada kesepakatan untuk meminta Rusia mundur dari Ukraina bahkan menghukum Rusia, termasuk mengeluarkan Rusia dari G20.

“Meski demikian, negara anggota memahami perang yang terjadi bisa berkonsekuensi signifikan bagi ekonomi global,” pungkasnya.

Seperti diketahui, poin 3 dari Leaders` Declaration itu berbunyi, “This year, we have also witnessed the war in Ukraine further adversely impact the global economy. There was a discussion on the issue. We reiterated our national positions as expressed in other fora, including the UN Security Council and the UN General Assembly, which, in Resolution No. ES-11/1 dated 2 March 2022, as adopted by majority vote (141 votes for, 5 against, 35 abstentions, 12 absent) deplores in the strongest terms the aggression by the Russian Federation against Ukraine and demands its complete and unconditional withdrawal from the territory of Ukraine. Most members strongly condemned the war in Ukraine and stressed it is causing immense human suffering and exacerbating existing fragilities in the global economy - constraining growth, increasing inflation, disrupting supply chains, heightening energy and food insecurity, and elevating financial stability risks. There were other views and different assessments of the situation and sanctions. Recognizing that the G20 is not the forum to resolve security issues, we acknowledge that security issues can have significant consequences for the global economy”. ***

Artikel Terkait
Direktur GKI Beri Materi Kewirausahaan untuk Pelajar SMKS Bina Mandiri Labuan Bajo
Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD
Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional
Artikel Terkini
Direktur GKI Beri Materi Kewirausahaan untuk Pelajar SMKS Bina Mandiri Labuan Bajo
Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG
Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut
Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD
Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas