INDONEWS.ID

  • Senin, 23/01/2023 11:21 WIB
  • Tokoh Muda Asal NTT selaku Alumnus Lemhanas Dukung Frans Seda Jadi Pahlawan Nasional

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Tokoh Muda Asal NTT selaku Alumnus Lemhanas Dukung Frans Seda Jadi Pahlawan Nasional
Tokoh muda asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), DR (c) MM Ardy Mbalembout SH MH CLA AII Arb dan Frans Seda

Jakarta, INDONEWS.ID - Tokoh muda asal Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), DR (c) MM Ardy Mbalembout SH MH CLA AII Arb angkat bicara terkait usulan Keluarga Besar Maumere Jakarta Raya (KBM Jaya) menjadikan Drs. Franciscus Xaverius Seda sebagai pahlawan Nasional. Melihat rekam jejaknya, tegas Ardy, sosok Frans Seda, layak mendapatkan gelar sebagai pahlawan Nasional.

Selama menimba pendidikan hukum di Fakultas Hukum Atmajaya, sebuah universitas yang didirikan oleh Frans Seda, Ardy kerap berinteraksi langsung dengan Frans Seda. Ketika itu, kata Ardy, Frans Seda kerap mengundangnya ke kantor di wilayah Kebon Sirih Jakarta Pusat.

Baca juga : Dapat Kehormatan Lakukan Pakireis, Cambukan Tokoh Muda Manggarai Ardy Mbalembout Diapresiasi Seluruh Penonton

“Saat itu saya sering berinteraksi langsung dengan alm. Pak Frans Seda, setiap bulan saya diundang ke kantor beliau di sebuah gedung di daerah Kebon Sirih, berseberangan dengan Gedung Lemhanas RI untuk diberikan wejangan dan menceritakan berbagai hal tentang pengalaman hidupnya,” ujar Alumni PPRA 64 Lemhanas RI di Jakarta, Senin (23/1/2022).

Baca juga : Top! Jadi Hakim Mediator, Advokat Senior Asal NTT Ini Raih Penghargaan dari PN Jakpus

DR (c) MM Ardy Mbalembout SH MH CLA AII Arb saat memberikan testimoni dan pernyataan sikap terkait upaya pengusulan Frans Seda sebagai Pahlawan Nasional di Jakarta

Ardy menjelaskan, Frans Seda merupakan salah satu tokoh di balik rancangan kurikulum & pendirian Lemhanas RI tanggal 21 Mei 1965 oleh Presiden Soekarno.  Selain itu, Kampus Atmajaya yang dia dirikan, juga menjadi salah satu pusat pergerakan aktivis mahasiswa dalam menentang kekuasan Soeharto pada tahun 90an.

Baca juga : Hadiri Diskusi Terbatas KONTAS, Ardy Mbalembout: Kita Dorong Pemda Flores Timur Terbitkan Perda Reinha Rosari

Saat itu, terang Ardy, dirinya terlibat bersama kawan-kawan dari berbagai kampus di Tanah Air sering melakukan pertemuan dan berdiskusi serta beberapa kali mengajak para aktivist mahasiswa bersilaturahmi dengan Frans Seda.

“Banyak hal, nasihat yang beliau sampaikan kepada kami anak – anak gerakan. Satu hal yang saya ingat dari nasihat beliau bahwa gerakan perubahan itu akan berhasil apabila kita solid tanpa membuat sekat dalam perjuangan. Yang saya ingat ada sekitar 30an kampus baik negeri maupun swasta yang saya dan kawan – kawan rangkul untuk membuat satu simpul gerakan,” ucap alumnus Fakultas Hukum Universitas Atmajaya itu.

Sebagai tokoh muda NTT, lanjut mahasiswa calon Doktoral Hukum UNPAD itu, sayadirinya sangat mendukung pengusulan dalam rangka menobatkan Frans Seda untuk menambah daftar tokoh pahlawan nasional di republik ini.

Frans Seda, tegasnya, adalah tokoh yang melampaui sekat – sekat kelompok suku, agama, ras dan golongan. Ia hidup dan berkontribusi secara fisik sebagai pejuang 45 saat zaman kemerdekaan dan juga di era orde lama sebagai salah satu pendiri partai Katolik yang menyokong pemerintah.

“Selain itu, beliau juga merupakan orang yang mencetus lahirnya Dirjen Pajak dan Bea Cukai di bawah Kementerian Keuangan pada medio 60an. Lalu beliau pernah menjadi menteri di era orde baru, dan menjadi penasihat ekonomi di era reformasi sampai ajal menjemputnya,” tutup Wakil Ketua Mahkamah DPP Parta Demorat itu.

Diketahui, Drs. Franciscus Xaverius Seda - yang lebih dikenal dengan panggilan Frans Seda—dilahirkan di Maumere, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926 dan meninggal pada 31 Desember 2009. Ia merupakan seorang politikus, menteri, tokoh gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia.

Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya antara lain adalah Menteri Perkebunan dalam Kabinet Kerja IV (1963-1964) dan Menteri Keuangan (1966-1968) sewaktu awal Orde Baru, serta Menteri Perhubungan (1968-1973) dalam Kabinet Pembangunan I.

Ia belajar di Kolese Xaverius Muntilan dan HBS (Hollandsche Burgerschool) di Surabaya. Gelar sarjana ekonomi diraih dari Katolieke Economische Hogeschool, Tilburg, Nederland (1956).

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, ia aktif sebagai anggota Lasykar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950); dikirim Markas Besar Biro Perjuangan di Yogyakarta ke Flores dan Surabaya; menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya;

anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; peserta Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia I di Yogyakarta (1949-1950); anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Nederland; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Nederland (1950-1956).

Karier politik

Setelah Indonesia merdeka, jabatan tinggi di pemerintahan dipegangnya, seperti pada masa Presiden Soekarno ia menjabat Menteri Perkebunan RI (1964-1966) pada usia 38 tahun dan selanjutnya menjadi Menteri Pertanian (1966). Kemudian pada masa Presiden Soeharto, ia memegang jabatan Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik.

Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia.

Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Selanjutnya, Frans Seda dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (Pengangkutan, Komunikasi, Pariwisata, 1968-1973) dimana ia kemudian merintis penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali.

Sesudahnya, Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luksemburg (1973-1976); anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1976-1978); dan anggota Dewan Penasihat Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) di bawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden B.J. Habibie (1996). Ia pun pernah menjadi Penasihat Presiden B.J. Habibie untuk bidang ekonomi (1998) dan selanjutnya pada tahun 1999 menjadi Penasihat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia.

Dalam bidang politik, ia pernah menjadi Ketua Umum Partai Katolik (1961-1968), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili golongan Katolik (1960-1964), dan anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak 1971 (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan selanjutnya sejak 1997 menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan.

Karier di Bidang Usaha

Dalam dunia usaha, ia menjabat sebagai Presiden Dewan Komisaris PT. Narisa, Presiden Dewan Komisaris PT. Gramedia, Presiden Dewan Komisaris PT. Kompas Media Nusantara (yang menerbitkan harian umum nasional Kompas), anggota Dewan Komisaris PT. Bayer Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Tekstil Indonesia (1982-1988), Ketua Asian Federation of Textile Industries (1983-1985), anggota Dewan Penasehat untuk Asia dari Sears & Roebuck World Trade, Chicago, Amerika Serikat (1983-1984);

Ketua Joint Working Party Indonesia United Kingdom (1981-1985), Presiden Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort, Ketua Komite Kerja Sama dalam nota kesepahaman antara negara Indonesia Bagian Timur dan Australia Utara, Ketua Karwell Group (Pabrik Tekstil untuk Ekspor), Presiden Komisaris PT Bank Shinta Indonesia;

Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam bidang promosi pariwisata), Presiden Komisaris PT. Hindoli (kerja sama antara PT Gowa Manurung Jaya dan Perusahaan Amerika PT. Cargill dalam perkebunan kelapa sawit di Sumatra Selatan), Presiden Komisaris PT. Philips Indonesia, Presiden Komisaris PT. British American Tobacco, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), serta Ketua Asosiasi Indonesia-Netherland (INA).

Dalam bidang pendidikan, ia adalah Pendiri dan Perintis Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) yang juga tercatat sebagai Dekan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (1961-1964) sekaligus Rektor pertama Unika Atma Jaya.

Kemudian ia menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya (1962-1996), kemudian menjadi Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada akhir tahun 2009, ia masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya. Frans Seda juga pernah menjadi Penasihat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dan Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM).

Kegiatan sosial dan keagamaan

Frans Seda juga mendampingi Sri Paus Paulus VI dalam kunjungan ke Indonesia pada tahun 1970. Selanjutnya Frans Seda menjadi Ketua Organizing Committee pada kunjungan Sri Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia pada tahun 1989.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Dana Komite Olahraga Nasional Indonesia (1980-1982), anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 1945, anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Vatican, Roma (1984-1989), serta anggota Dewan Pertimbangan Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI), Anggota Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia, Universitas Indonesia (PKA-UI), dan Ketua Forum Indonesia-Nederland (FINED).

Penghargaan

Bintang kehormatan yang pernah diterimanya, seperti Grandcross of St. Silvester dari Paus Paulus VI di Vatican (1964); Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda; Grandcross de L’Ordre Royal du Saha Metrei dari (bekas) Kerajaan Kamboja (1968); Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Fransisco Port Authority, Governor Ronald Reagan (6 September 1968);

Grandcross de L’Ordre de Leopold II dari Kerajaan Belgia (4 Juni 1970); Grandcross of St. Thomas University dari Filipina (1972), Bintang Mahaputra Adipradana II dari Republik Indonesia (10 Maret 1973), serta Honorary Member of the Order of the Australia (In Recognition for Service to the Development of Trade Links Between Australian and Indonesia), Agustus 1999 dari Pemerintah Australia.


Frans Seda meninggal dunia di Jakarta pada 31 Desember 2009 pada usia 83 tahun. Sepeninggalnya, Yayasan Atma Jaya kemudian berinisiatif mengabadikan semangatnya yang membaktikan diri seutuhnya “Untuk Tuhan dan Tanah Air” dalam suatu kegiatan “Frans Seda Award”.

“Frans Seda Award” yang diluncurkan 1 Juni 2011 lalu untuk pertama kalinya difokuskan pada bidang Pendidikan dan Kemanusiaan dan ditujukan pada seluruh warga negara Indonesia yang berusia maksimal 40 tahun yang memiliki karya nyata pada bidang Pendidikan maupun Kemanusiaan yang turut merawat, menanam dan mengembangkan ke-Indonesiaan sebagaimana diteladankan Frans Seda.*(Rikard Djegadut)

 
Artikel Terkait
Dapat Kehormatan Lakukan Pakireis, Cambukan Tokoh Muda Manggarai Ardy Mbalembout Diapresiasi Seluruh Penonton
Top! Jadi Hakim Mediator, Advokat Senior Asal NTT Ini Raih Penghargaan dari PN Jakpus
Hadiri Diskusi Terbatas KONTAS, Ardy Mbalembout: Kita Dorong Pemda Flores Timur Terbitkan Perda Reinha Rosari
Artikel Terkini
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas