INDONEWS.ID

  • Kamis, 25/04/2024 20:39 WIB
  • Prof Tjandra: Lima Komponen Penting Pengendalian Malaria

  • Oleh :
    • very
Prof Tjandra: Lima Komponen Penting Pengendalian Malaria
Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Hari ini sedang berlangsung Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RaKerKesNas) di kawasan BSD Serpong. Rapat tersebut juga tentu membahas berbagai aspek, termasuk penyakit menular. Hari ini pula, 25 April 2024, adalah Hari Malaria Sedunia.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, data World Malaria Report 2023 dari WHO menunjukkan bahwa di kawasan WHO Asia Tenggara walaupun terjadi penurunan secara umum estimasi kasus sebesar 11.9%, tapi di beberapa negara justru ada kenaikan, yaitu di  Indonesia, Bangladesh, Myanmar dan Thailand.

Baca juga : Tips Memilih Jasa Penagihan Hutang yang Terbaik

“Juga report ini menyebutkan bahwa India dan Indonesia menyumbang sekitar 94% kematian akibat malaria di seluruh kawasan WHO Asia Tenggara,” ujarnya .

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI mengatakan, ada lima jenis parasit yang dapat menyebabkan malaria, dan dua diantaranya yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah yang memberi ancaman kesehatan terbesar. Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Baca juga : Jakarta Street Jazz Fes,val (JSJF) 2024 Suguhkan Penampilkan Berkelas Puluhan Musisi

Dia mengatakan, ada lima kegiatan pencegahan malaria yang perlu kita lakukan di Indonesia.

Pertama menghindari dari gigitan nyamuk. Kedua pengendalian vektor. Ketiga, pemberian kemoprofilaksis. Keempat, pemberian kemoterapi pencegahan dan kelima adalah vaksin malaria.

Baca juga : TB dan "Airborne Infections Defense Platform" di Serang

Sementara itu, ada lima pula komponen penting pengendalian malaria. Pertama, penguatan sistem kesehatan (health system strengthening) di kawasan timur Indonesia, termasuk juga kemitraan dalam bentuk public private partnership.

Kedua, pengendalian malaria kita (dan juga dunia secara umumnya) akan bergantung pada invetasi yang tersedia untuk melaksanakannya.

Ketiga, tentu ada aspek biologikal dan lingkungan yang amat perlu mendapat perhatian dalam pengendalian malaria di negara kita. Hal ini antara lain mencakup resistensi obat dan juga insektidisa, pengendalian vektor terpadu (termasuk kelambu. Larvasida, indoor residual spray dll.) serta antisipasi dan mitigasi perubahan cuaca (climate change).

Keempat, yang juga amat penting tentu bagaimana strategi eliminasi dibuat dan dilaksanakan, sesuai situasi dan keadaan setempat. Program yang dapat dilaksanakan antara lain meliputi pengendalian faktor risiko, kegiatan Minum Obat Massal Malaria (Momal), pemetaan reseptifitas dan pembentukan jejaring diagnosis dan tatalaksana.

Kelima, penetapan target juga harus jelas dan tegas.

Sejak 2015 WHO sudah mensertifikasi 12 negara sebagai bebas malaria, yaitu  Maldives (2015), Sri Lanka (2016), Kyrgyzstan (2016), Paraguay (2018), Uzbekistan (2018), Argentina (2019), Algeria (2019), El Salvador (2021), China (2021), Azerbaijan (2023), Tajikistan (2023) dan Cabo Verde (2024). Mudah2an Indonesia segera menyusul pula.

“Semoga Rakerkesnas hari ini menghasilkan keputusan penting tentang pengendalian Malaria dan berbagai penyakit menular di negara kita,” harap Prof Tjandra. ***

Artikel Terkait
Tips Memilih Jasa Penagihan Hutang yang Terbaik
Jakarta Street Jazz Fes,val (JSJF) 2024 Suguhkan Penampilkan Berkelas Puluhan Musisi
TB dan "Airborne Infections Defense Platform" di Serang
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas