INDONEWS.ID

  • Kamis, 03/08/2017 12:18 WIB
  • Ketum PP GMKI Bicara Radikalisme dalam Pendidikan di Kairo, Mesir

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Ketum PP GMKI Bicara Radikalisme dalam Pendidikan di Kairo, Mesir
Jakarta, INDONEWS.ID - Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia PP GMKI), Sahat Martin Philip Sinurat diundang menjadi pembicara dalam kegiatan “Youth Conference on Peace Building and Overcoming Violence in Middle East”. Topik yang dibahas dalam sesi tersebut adalah "Radikalisme Agama dan Dampaknya Terhadap Mahasiswa, Bagaimana Kita Membangun Perdamaian?" Dalam sesi tersebut, Sahat menyampaikan tantangan radikalisme agama yang saat ini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. “Dunia pendidikan telah disusupi paham radikal, dimana terdapat oknum-oknum guru, dosen, ataupun pengajar pelajaran agama yang menanamkan paham radikal kepada para siswa dan mahasiswa,” ujarnya melalui siaran pers Ketua Bidang Media Komunikasi PP GMKI, Jumady Sinaga, Kamis (3/8/2017). Selain melalui pendidikan, kata Sahat, paham radikalisme juga disebarkan melalui media sosial. Banyak ujaran kebencian, informasi hoax, dan propaganda negatif lainnya yang dikonsumsi secara terbuka oleh generasi muda. Anak-anak kemudian terperdaya dan percaya dengan paham radikal tersebut. Sahat mengatakan, ada empat konsensus yang disepakati masyarakat Indonesia yang beragam. Empat konsensus tersebut adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Konsensus ini mempersatukan bangsa Indonesia, walaupun sampai saat ini persatuan tersebut selalu mendapatkan percobaan dan tantangan,” katanya. Sahat mengajak para peserta yang berasal dari berbagai negara seperti Mesir, Sudan, Palestina, Yordania, Libanon, Irak, Madagaskar, Kenya, Perancis, Kuba, Kolombia, dan Kanada, untuk berperan aktif menjaga perdamaian dan persatuan di negara masing-masing. Sahat mencontohkan para pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang agama yang berbeda secara rutin melakukan dialog dan kegiatan bersama. Hal ini pada akhirnya terbangun hubungan emosional dan rasa memiliki di antara setiap organisasi. Selain itu para pemuda harus aktif menggunakan media sosial untuk berbagi ide dan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Tujuannya agar para pemuda lainnya dapat terinspirasi dan tidak mudah terpengaruh dengan konten-konten radikal di media sosial. Selain membahas topik tersebut, dalam kegiatan ini para peserta juga membahas tantangan menghadapi paham radikal di Timur Tengah, dampak revolusi Arab Spring terhadap generasi muda, persoalan Palestina-Israel, dan bagaimana menciptakan dunia, khususnya masyarakat Timur Tengah yang rukun dan damai. Kegiatan yang berlangsung sejak 28 Juli sampai 5 Agustus 2017 di Kairo, Mesir ini dihadiri sekitar 65 tokoh muda. (Very)  
Artikel Terkait
Sail Nias 2019, 500 Penari Tarian Kolosal Nias Meriahkan di Hari Puncak
Atraksi Lompat Batu di Desa Bawomataluo, Melatih Ketangkasan Pemuda Nias
P-Five Band Unjuk Kebolehan di Penutupan Kejurnas Gokart 2019
Artikel Terkini
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tumbuh Untuk Menginspirasi: PNM Berikan Pelatihan Literasi Keuangan Digital Serta Kegiatan Tanggung Jawab Sosial
Strategi Sukses dalam Mengimplementasikan HRIS di Perusahaan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas