Nasional

Survei Poltracking: Ada Selisih 15 Persen Antara Kepuasan Kinerja dan Elektabilitas Jokowi

Oleh : very - Minggu, 26/11/2017 20:09 WIB

Prabowo Subianto saat menyambut Presiden Jokowi sambil mengendarai kuda di rumah Prabowo, di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Joko Widodo dan Prabowo Subianto diprediksi bersaing ketat jika keduanya kembali berhadapan langsung (head to head) pada Pemilu Presiden 2019.

Hasil tersebut berdasarkan survei nasional Poltracking Indonesia terkait peta elektoral 2019, yang diluncurkan di Jakarta, Minggu (26/11/2017).

Pada simulasi dua kandidat, elektabilitas Jokowi unggul dengan 53,2 persen, sedangkan Prabowo 33 persen.

"Jadi, data sementara yang paling memungkinkan baru bisa dua poros koalisi di 2019. Kecuali, ada dinamika. Dua capres yang paling potensial masih seperti 2014," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR saat menyampaikan rilis Poltracking di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat.

Walau terbilang tinggi, kata Hanta, angka tersebut belum aman untuk Jokowi.

Sedangkan terkait kepuasan publik, survei menyebutkan bahwa 68 persen masyarakat puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Sementara kepuasan terhadap Wakil Presiden Jusuf Kalla mencapai 64,8 persen.

Dari data tersebut, kata Hanta, ada selisih sekitar 15 persen antara kepuasan kinerja dan elektabilitas Jokowi.

"Itu yang mungkin menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Pak Jokowi untuk menarik modal awal. Rumusnya, mestinya yang puas memilih kembali Pak Jokowi untuk kembali bertarung," katanya.

Karena itu, menurut Hanta, elektabilitas Jokowi belum aman karena pemilu masih berlangsung pada 2019.

Jika mengacu pada elektabilitas presiden kelima RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jelang Pemilu 2009, angkanya mencapai 60 hingga 70 persen. Dengan modal elektabilitas tersebut, SBY bisa memenangkan pemilu satu putaran.

"(Jokowi) secara elektabilitas potensial masih tinggi dari Pak Prabowo, tapi belum aman secara elektoral," kata Hanta.

Menurut Hanta, posisi Jokowi bisa terancam jika muncul “kuda hitam” atau penantang baru di luar Prabowo, dengan elektabilitas mencapai 10 persen lebih. Maka figur tersebut berpotensi menjadi calon presiden yang kuat.

"Tapi dari data survei, belum ada nama baru selain Jokowi dan Prabowo yang dua digit. Artinya belum ada potensi muncul kuda hitam. Kita tunggu sampai Agustus 2018," ujarnya.

Adapun pada simulasi lima kandidat, Jokowi memperoleh angka 51,8 persen dan Prabowo 27 persen. Empat kandidat lainnya yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (3,6 persen), Gatot Nurmantyo (3,2 persen), dan Anies Rasyid Baswedan (2,8 persen).

Sementara 11,6 persen responden menyatakan tidak tahu atau tak menjawab.

Survei dilakukan terhadap 2.400 responden yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi pada 8-15 November 2017.

Survei dilakukan menggunakan metode stratified multistage and sampling dengan margin of eror +/- 2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Very)

 

Artikel Terkait