Sosial Budaya

Vatikan Dukung Konferensi Perdamaian yang Digelar Oleh Alumni Cipayung

Oleh : very - Selasa, 11/06/2019 09:05 WIB

Sekretaris Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama, Markus Solo Kewuta SVD saat menerima kunjungan Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI, Hermawi Franziskus Taslim, yang didampingi Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro, di Vatikan, Senin (3/6/2019). (Foto; Ist)

Vatikan, INDONEWS.ID -- Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama mendukung rencana Konferensi Internasional Perdamaian yang akan dilaksanakan oleh Alumni Cipayung. Konferensi itu rencananya diadakan di Roma Italia, Kairo Mesir dan Jakarta.

Rencana Konferensi Internasional Perdamaian itu, menurut Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama, sesuai dengan semangat Deklarasi Abu Dhabi yang ditandatangani antara Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmad Al Thayyeb pada Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. 

Dukungan itu ditegaskan oleh Sekretaris Dewan Kepausan Untuk Dialog Antar Umat Beragama, Markus Solo Kewuta SVD saat menerima kunjungan Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI, Hermawi Franziskus Taslim, yang didampingi Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro, di Vatikan, Senin (3/6/2019).

Deklarasi Abu Dhabi tentang Perdamaian itu  berjudul “Documento Sulla – FRATELLANZA UMANA Per Pace Mondiale E La Convivenza Comune” atau “Sebuah Dokumen tentang– Persaudaraan Umat Manusia Untuk Perdamaian dan Hidup Bersama”.  Dokumen yang bersejarah ini diterjemahkan dalam 7 (tujuh) bahasa termasuk Inggris, Arab, Jerman dan Italia.

Menurut Markus Solo Kewuta SVD, Deklarasi Abu Dhabi merupakan sebuah dokumen yang memiliki makna propetis atau kenabian. Artinya, deklarasi ini memuat hal-hal yang merupakan batu sandungan di dalam perjalananan umat manusia menuju masyarakat yang damai, adil dan makmur secara kasat mata.  Bantu sandungan itu dimuat secara sangat jelas atau nyata meskipun terasa sangat menyakitkan tetapi sekaligus ingin mengingatkan kepada umat manusia justru itulah masalah-masalah yang harus ditelusuri bersama secara jujur dan kita cari makna dan solusinya secara bersama-sama pula.

“Jadi ini merupakan dokumen dengan makna prophetis,” ujar Sekretaris Dewan Kepausan itu.

Sebelumnya, Hermawi  Franziskus Taslim, sebagai Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI) menyampaikan keinginan Forum Alumni Cipayung untuk menyelenggarakan Konferensi Internasional Perdamaian sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Abu Dhabi. Selain FORKOMA, Forum Alumni Cipayung terdiri dari Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI),  Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (PA GMNI), Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII), dan Pengurus Nasional Persatuan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PN PS-GMKI).

Menurut Taslim, konferensi tersebut akan berlangsung dalam 3 (tiga) seri yang masing-masing diadakan di Vatikan, di Kairo (Mesir) dan Jakarta (Indonesia). Mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, besar harapannya, Taslim menjelaskan lebih lanjut, konferensi perdamaian di Vatikan dapat dibuka oleh Paus Fransiskus, sementara di Kairo Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi diharapkan dapat membuka secara resmi dan di Jakarta,  Presiden Joko Widodo berkenan secara resmi membuka hajatan besar itu.

“Terkait dengan rencana besar konferensi perdamaian ini, pengurus lengkap Forum Alumni  Cipayung akan beraudiensi dengan Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan masukan dan sekaligus dukungan terkait dengan rencana ini. Dalam konteks perdamaian ini, konferensi Forum Alumni Cipayung ini diharapkan akan memberi dampak yang positif bagi perdamaian dunia sebagaimana diharapkan Deklarasi Abu Dhabi,” ujar Hermawi Taslim.

Konferensi perdamaian Forum Alumni Cipayung ini, masih menurut Taslim, merupakan agenda dan sekaligus momentum strategis untuk Indonesia dan sekaligus menegaskan posisi sentralnya dalam mewujudkan perdamaian global.

“Jika ada observer dari dunia internasional yang ingin menghadiri konferensi perdamaian Alumni Cipayung, kami sangat terbuka. Hanya saja mekanisme sedang digodok bersama agar tujuan konferensi perdamaian Alumni Cipayung ini sesuai dengan misinya.  Konferensi ini juga merupakan cara Indonesia mewujudkan perdamaian dunia sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,” tegasnya. (Very)

Artikel Terkait