INDONEWS.ID

  • Kamis, 10/10/2019 18:01 WIB
  • DPR Minta Pemerintah Batalkan Kenaikan Iuran BPJS

  • Oleh :
    • luska
DPR Minta Pemerintah Batalkan Kenaikan Iuran BPJS
Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan, BPJS Kesehatan, Budi Mohammad Arief mengatakan ada sebanyak 271 rumah sakit mitra BPJS Kesehatan, terancam dihentikan kerjasama apabila sampai akhir Juni 2019 belum juga terakreditasi.

Jakarta, INDONEWS.ID - Anggota DPR RI Adang Sudrajat meminta pemerintah membatalkan rencana kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Legislator Jawa Barat ini berkeyakinan bahwa, bila BPJS dinaikkan, dampak yang dirasakan masyarakat yang tergolong memiliki ekonomi lemah akan sangat terasa bebannya.

Baru-baru ini, kata Adang, pemerintah memiliki rencana akan menaikkan Iuran BPJS Kesehatan. Rencana kenaikan ini dilakukan secara serentak pada tahun 2020 pada golongan kelas I, II dan kelas III. Adapun iuran kelas I dari Rp 80.000 menjadi Rp 160.000, kelas II dari Rp 51.000 menjadi Rp 110.000 serta kelas III dari Rp 25.500 menjadi Rp 42.000.

Baca juga : Iuran BPJS Naik, DPD: Pemerintah Bebani Masyarakat dan Abaikan Putusan MA

“Saya melihat, bahwa Pemerintah saat ini sedang tambal sulam kebijakan, untuk menutupi defisit BPJS, yang cenderung memberatkan dan membebani rakyat,” ujar Adang dalam keterangannya, Kamis (10/10/2019).

Menurutnya, masyarakat yang paling terbebani oleh kenaikan BPJS adalah masyarakat yang merupakan Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU). Mereka pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi pemberi Kerja; pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah.

Baca juga : Tak Mau Kalah! Sri Mulyani Bakal Lakukan Ini agar Iuran BPJS Kesehatan Tetap Naik

“Pekerja bukan penerima upah adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim usaha, tapi paling berjasa dalam memacu perekonomian. Golongan ini ditenggarai yang paling banyak menunggak iuran BPJS, karena iklim usaha yang tidak kondusif,” ujarnya.

Ditegaskannya, kebijakan meletakkan BPJS sebagai satu-satunya penyelenggara JKN adalah keputusan politik yang gegabah karena selain menafikan kemampuan beberapa daerah yang memiliki keluangan finansial. Juga terbukti kontra produktif terhadap desentralisasi kewenangan yang sedang di bangun.

Baca juga : Ini 5 Alasan KSPI Tolak Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

“Pemerintah terhadap BPJS ini seperti menganugerahkan kewenangan monopoli operasional pada badan yang belum terbukti kehandalannya. Pemerintah terlalu percaya diri memberi kepercayaan yang sangat besar kepada BPJS sebagai operator JKN dari sebuah negara besar dengan penduduk yang padat, sehingga pada akhirnya realisasi di lapangan menjadi amburadul,” tegas Adang.(Lka)

Artikel Terkait
Iuran BPJS Naik, DPD: Pemerintah Bebani Masyarakat dan Abaikan Putusan MA
Tak Mau Kalah! Sri Mulyani Bakal Lakukan Ini agar Iuran BPJS Kesehatan Tetap Naik
Ini 5 Alasan KSPI Tolak Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan
Artikel Terkini
Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG
Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut
Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD
Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional
Kemendagri Dorong Percepatan Pemenuhan Sarana dan Prasarana Pemerintahan di 4 DOB Papua
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas