Politik

Ultah ke-96, NU Perlu Reformasi Sistem Manajemen dan Lebih Inovatif

Oleh : very - Kamis, 28/03/2019 11:30 WIB

Muhammad AS Hikam, pengamat politik dari President University. (Foto: NUOnline.com

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Pada tanggal 23 Maret 2019, Nahdatul Ulama genap berusia 96 tahun. Pada usianya yang akan mencapai satu abad itu, NU telah melewati berbagai tantangan di era yang berbeda. 

Sejak kelahirannya pada 16 Rajab 1344 hijriyah yang bertepatan dengan 31 Januari 1926, NU telah berhasil membuktikan keberhasilannya dengna menjawab berbagai tantangan zaman yang berbeda. Tak hanya itu, NU juga berhasil dengan baik memberi kontribusi positif pada masalah kebangsaan.

NU hampir tidak pernah absen dalam mencarikan jalan keluar bagi masalah kebangsaan dalam forum-forum bahtsul masail NU mulai dari level pesantren, pertemuan lintas pesantren, hingga Munas-Konbes dan Muktamar NU.

Keseriusan NU terhadap masalah kebangsaan ini membuat NU memiliki reputasi yang tinggi di hadapan masyarakat, pemerintah Indonesia, hingga dari masyarakat Internasional. 

Akan tetapi NU tentu bukan tidak memiliki tantangan yang perlu dijawab untuk semakin memaksimalkan perannya di masa yang akan datang. Salah satunya adalah tantangan manajerial organisasi. 

“Saya kira NU perlu terus memegang teguh tradisi pendekatan keilmuan integratif, sambil memperbaiki sistem manajemen organisasi agar lebih kompatibel dengan dinamika zaman. Pada tataran manajemen inilah NU sangat memerlukan reformasi jika ingin menjadi leading sector dalam pemajuan bangsa dan negara serta antar bangsa,” kata Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Abdurrahman Wahid ini pada NU Online, Sabtu (23/3).

Tantangan kedua adalah membiasakan diri dengan inovasi yang terjadi begitu cepat di tengah masyarakat, baik dalam inovasi teknologi terkini dan inovasi lain. “Warga NU perlu meneruskan tradisi NU sambil membuka diri terhadap inovasi,” kata AS Hikam, yang juga pengamat politik dari President University itu. 

Terakhir pada tataran kehidupan masyarakat dan kebangsaan, AS Hikam mengatakan, NU harus terus perposisi sebagai pilar masyarakat sipil Indonesia.

“Sehingga ia akan tetap mampu mengambil jarak dengan politik tetapi tanpa mengabaikan perannya dalam memberikan pengawasan terhadap kehidupan politik baik lokal, nasional, regional, maupun global,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait