Sosok Pengusaha Sukses yang Sederhana, Siap Mengabdi Untuk Rakyat

Oleh : hendro - Sabtu, 30/03/2019 21:01 WIB

Politisi partai Hanura Tri Agus Bayuseno

Sragen, INDONEWS.ID - Menyandang predikat pengusaha sukses dengan beragam usaha, tak membuat Tri Agus Bayuseno jemawa. Sebaliknya, citra merakyat, sederhana dan bersahaja lebih banyak melekat di sosok pengusaha muda kelahiran Gemolong, Sragen 47 tahun silam ini.

Ya, itulah Tri Agus Bayuseno yang akrab disapa Bayu TAB. Segudang pengalaman dan kesuksesan bisnisnya memang membuatnya kini makin dikenal publik Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar.
Terlebih, keputusannya terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI dari Dapil Jateng IV (Sragen-Kra-Wonogiri) membuat namanya makin dikenal sehingga banyak elemen masyarakat yang sukarela bergabung menjadi relawannya.

Namun bukan hanya karena kesuksesan atau misinya di panggung politik, dukungan relawan itu muncul lantaran sepak terjang Bayu yang memang sudah banyak merintis kemitraan usaha dengan masyarakat utamanya kalangan petani dan peternak.

“Sudah sejak beberapa tahun lalu, kami memang terjun ke lapangan baik Sragen, Wonogiri dan Karanganyar. Kami mencoba menggali aspirasi apa yang dialami masyarakat. Kemudian mengajak mereka untuk menjadi mitra kami merintis usaha ternak ayam dan sapi yang orientasi menguntungkan mereka. Niat kami, apa yang kami miliki, sebisa mungkin ditularkan seluas-luasnya kepada masyarakat khususnya di Sragen, Wonogiri dan Karanganyar. Sehingga ekonomi mereka bisa terangkat dan lebih sejahtera,” papar Bayu, Rabu (7/11/2018).

Bayu maju dari partai Hanura. Ia mendapat nomor urut 1 di Dapil Sragen-Karanganyar-Wonogiri.
Meski berlabel dapil neraka yang dihuni banyak incumbent kuat dan pendatang baru yang potensial, Bayu mengaku sudah memantapkan optimisme perjuangannya untuk misi mensejahterakan masyarakat.

“Nggak muluk-muluk kok. Selama ini banyak masyarakat yang belum memiliki usaha, kita gandeng jadi mitra kita bekali merintis usaha ternak dan yang lainnya. Dengan menjadi DPR RI tentu pengabdian dan akses membantu masyarakat itu tentu akan lebih luas lagi. Dan untuk menuju kesitu jalurnya harus lewat politik. Motivasinya hanya itu,” tuturnya.

Bayu juga menegaskan sebenarnya pilihan ke dunia politik bukan untuk ambisi jabatan apalagi materi. Menurutnya keputusan maju nyaleg adalah bagian dari ikhitarnya mewujudkan motto hidupnya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi kemanfaatan bagi sesama.

“Kalau rezeki, Alhamdulillah saya syukuri dan sudah lebih dari cukup. Tapi bagi saya, kebahagiaan hidup itu akan lebih ketika kita bisa membantu dan bermanfaat untuk lebih banyak masyarakat,” tukasnya.

Pengusaha yang juga Dirut PT Widodo Makmur Perkasa itu menceritakan perjalanan hidupnya tak lepas dari kerasnya perjuangan yang harus ia lewati dari kecil, awal merintis usaha hingga bisa bisa meraih kesuksesan seperti sekarang ini.

Lahir dari keluarga sederhana di Gemolong, Sragen 3 Agustus 1971.  Ayahnya Sukamto, seorang tokoh PNI dan PDI beliau lama mengabdi sebagai anggota  anggota DPRD Sragen dari 1971-1999 dan setelah merasa tidak cocok dengan PDI Suryadi beliau mengabdi ke GOLKAR sedang ibunya, Sri Hartiti, guru di SD Kwangen, Gemolong.
Meski tak terlalu sulit dari sisi ekonomi, kedua orangtuanya mendidiknya untuk disiplin, sederhana dan kerja keras.

Selama hampir puluhan tahun mengabdi, ayahnya memilih ngantor dengan sepeda motor butut lantaran lebih mementingkan bantuan untuk masyarakat.

“Kadang kasihan juga, ke mana-mana pakainya sepeda motor plethok itu. Tapi Bapak itu orangnya memang lebih senang begitu. Kalau disuruh naik yang lebih bagus, nggak mau. Bilangnya ini saja masih bisa saya pakai untuk apa harus ganti. Dari situlah kami terbiasa dengan apa adanya,” urainya.

TAB menguraikan sejak SD di SDN 1 Gemolong hingga SMP 1 Gemolong, yang selalu ranking 1 dan menyandang predikat siswa teladan. Prestasi itu mengantarnya masuk ke SMAN 4 Solo dengan mengambil jurusan Fisika.

Gagal masuk Akabri sempat membuatnya frutasi. Sebelum kemudian hijrah ke Jakarta tahun 1991 untuk melanjutkan kuliah.

Dia memutuskan mengambil jurusan Teknik Mesin di Universitas Jayabaya. Karena biayanya mahal dan tak ingin membebani orangtua, dia memilih tinggal ikut saudaranya di Jakarta.
 
Untuk mencari biaya, dirinya mengambil jadwal kuliah malam agar paginya bisa bekerja memoles motor bekas untuk dijual lagi.

Lulus dengan nilai bagus dan tercepat membuat TAB bahkan langsung direkrut masuk di perusahaan otomotif ternama yakni PT Indomobil International di Jakarta, sebelum wisuda.
Hanya 13 bulan bergabung, tahun 1996 ia mendapat tawaran lebih bagus di PT Astra International sebagai service supervisor. Hampir 20 tahun berkarier, ia akhirnya menduduki puncak kariernya sebagai Technical Development Manager.

Dan setelah 20 tahun berakrier, ia memutuskan balik kampung untuk membangun dan mengabdi ke masyarakat.

Kini belasan unit usaha mulai dari perusahaan peternakan, dealer hingga bengkel motor yang dirintisnya sudah banyak menyerap tenaga kerja di Sragen dan sekitarnya.

 

Artikel Terkait