Daerah

Mantan Ketua HIPMI Sulawesi Tenggara Bicara Tentang Konsep Pembangunan Wisata Wakatobi

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 21/12/2019 18:45 WIB

Politikus PDIP selaku mantan Ketua HIPMI Sulawesi Tenggara Mudasir Usman (Foto: Dok. Pribadi)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kaget dan terkejut. Begitulah reaksi Mudasir Usman salah satu tokoh putra daerah wakatobi ketika disodorkan beberapa link berita terkait wajah pariwisata Wakatobi yang beberapa tahun sebelumnya telah menjadi primadona dunia internasional. Namun belakangan, gairah wisatawan berkunjung ke bumi Caribbean Van Celebes ini justru kian lesu dan memprihatinkan.

Di sebuah Kedai Coffe di pusat ibukota (yang sebentar lagi akan pindah), Tim Indonews berkesempatan berbincang ringan dengan salah satu tokoh pemerhati pembangunan pariwisata kabupaten Wakatobi yang juga selaku mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Sulawesi Tenggara soal gairah pariwisata di Wakatobi yang akhir-akhir ini menunjukan tanda-tanda kurang sehat.

Dari portal Sultrademo.com, memberitakan bahwa di hari kedua digelarnya kegiatan "Wakatobi Wave 2019` yang berlangsung i Pantai Marina terpantau sepi pengunjung. Padahal, masyarakat Wakatobi menyambut `Wakatobi Wave 2019` dengan menampilkan beberapa kerajinan tangan khas dan kuliner khas Wakatobi untuk memperkenalkan budaya Wakatobi kepada pengunjung lokal maupun mancanegara.

Terkait sepinya pengunjung pada event "Wakatobi Wave 2019" ini bisa jadi merupakan dampak nyata dari tidak terpilihnya Wakatobi untuk masuk dalam "5 Super Prioritas Kawasan Strategis Nasional" yang sebelumnya disandang Wakatobi.

Hal itu terungkap dari pemberitaan pada laman Tegas.co bahwa sebuah Forum Group Discusion (FGD) yang diinisiasi oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi tenggara (Sultra). Dalam forum diskusi tersebut Kadis Perhubungan Sultra Hado Hasina merasa risau sehingga dirinya memprakarsai kegiatan FGD yang khusus membahas masalah KSPN Wakatobi.

KSPN ini mati langkah dan akhirnya disalib Likupang di Kabupaten Minahasa Utara (Sulut). Likupang dengan atraksi inti Bunaken menjadi salah satu dari 5 destinasi pariwisata super prioritas. Padahal, semula dia tidak masuk Ten Bali Baru. “Sesungguhnya kita merasa terhina karena Wakatobi seprti hilang dari 10 KSPN”, ujar Hado seperti dikutip dari tegas.co

Menangapi kondisi tersebut, Mantan Ketua HIPMI Sulawesi Tenggara selaku Pemerhati Pembangunan Pariwisata Wakatobi Mudasir Usman mengatakan pemerintah Wakatobi harus segera membenahi diri. Tujuannya untuk pembangunan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Terutama, katanya, adalah mengembalikan "Roh Pariwisata" yang dasarnya sudah dibangun baik secara nasional maupun internasional

"Melalui promosi yang dilakukan ti tahun-tahiun sebelumnya. Dan promosi itu sudah sangat berdampak positif, hingga Wakatobi dikenal tidak hanya di tingkat nasional tapi internasional," kata mantan Anggota Dewan dua periode ini berapi-api saat ditemui di Jakarta, Jum`at (20/12/19).

Pemerintah, kata politikus PDIP ini, harus dapat mengembalikan "citra Wakatobi" seperti dulu. Dulu, lanjutnya, Wakatobi sudah dikenal di mana-mana karena saat itu dilakukan promosi secara besar-besaran. Selain untuk terpilih dan menjadi "Top Ten World Destination", pariwisata mampu membuka lapangan kerja yang seluasa-luasnya, terutama bagi masyarakat Wakatobi.

"Sehigga upaya ini dapat berarti untuk masa depan masyarakat wakatobi dan membawa manfaat dan harapan khususnya terkait tuntutan lapangan kerja yang layak dan meraih cita-cita yang luhur bahwa wakatobi dapat sejajar dengan daerah lain masuk dan menjadi "the First Class Destination," ujar pria yang murah senyum ini.

Mudasir mengingatkan, pemerintah harus memiliki kesadaran bahwa sesungguhnya potensi pariwisata Wakatobi sangat besar dan telah didukung oleh pemerintah pusat yakni dengan memasukkan Wakatobi dalam kawasan konservasi Taman Laut Nasional dan merupakan Cagar Biosfer Dunia yang ke-8 dari 10 cagar yang telah ditetapkan oleh UNESCO PBB.

"Kurang apanya, Pemerintah pusat telah mencanangakan program pengembangan pariwisata Wakatobi masuk dalam salah satu "Top Destination" dan telah ditunjang oleh anggaran APBN. Maka dari itu, pemerintah setempat (Wakatobi) harus dapat memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin. Karena kelak, (konsep jangka panjang) akan membawa manfaat yg besar untuk masyarakat Wakatobi itu sendiri," tegasnya.

Mudasir kemudian mengisahkan asal-muasal penamaan Wakatobi. Ia mengungkapkan Wakatobi merupakan singkatan dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko, adalah kawasan yang memiliki luas 1,39 juta hektar awalnya adalah Taman Nasional.

"Kemudian menjadi daerah otonom baru pada tanggal 18 Desember 2003 sesuai UU No. 29 Tahun 2003,"tutupnya.*(Rikardo)

 

Artikel Terkait