Pojok Istana

Senin,10 Pebruari 2020

Pidato Lengkap Presiden Jokowi di Hadapan Anggota Parlemen Australia

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 10/02/2020 12:59 WIB

Presiden Jokowi dan PM Australia Scott Morrison menggelar pernyataan pers bersama terkait kerja sama Indonesia-Australia. Foto: Fahrian Saleh/kumparan

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan kunjungan kenegaraan ke Canberra, Australia Senin (10/2/2020). Dalam kunjungannya itu, Jokowi berkesempatan memberikan pidato di hapan Parlemen Australia. 

Dalam pidatonya, Jokowi mengarisbawahi hubungan RI-Australia yang semakin kokoh dan bahu membahu melewati berbagai persoalan dalam negeri kedua negara terutama isu paham radikalisme.  Berikut isi lengkap pidato Jokowi di depan Parlamen Australia. 

Selamat siang
Good day mate

Saya merasa terhormat dapat berbicara di hadapan seluruh anggota Senat dan House Australia. Tanggal 2 Februari yang lalu, satu pleton Zeni dari TNI, serta sejumlah personil dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana meninggalkan Indonesia menuju New South Wales.
 
Satu tujuan mereka bekerja bahu membahu dengan rakyat Australia untuk menangani kebakaran hutan di Australia. Dan di saat yang sama Tim Indonesia dan Australia juga sedang membahas penjajagan kerja sama untuk modifikasi cuaca.
 
Tanggal 23 Desember 2019 yang lalu saya menyampaikan pesan yang sangat jelas kepada Pak Scott Morrison, bahwa Indonesia akan selalu bersama Australia di masa sulit.
 
Saat Ayahanda PM Morrison meninggal dunia, saya dan rakyat Indonesia ikut merasakan duka PM Morison dan keluarga. Sahabat sejati adalah yang selalu bersama dalam suka dan duka. A friend in need is a friend indeed.
 
Australia selalu berada di samping Indonesia saat Indonesia terkena musibah. Rakyat Indonesia tidak akan pernah lupa, tidak akan pernah lupa saat kami tertimpa Tsunami tahun 2004 di Aceh dan Nias.

Sembilan tentara Australia telah gugur membantu sahabatnya yang tengah berduka di Aceh dan Nias. Mereka adalah patriot, mereka adalah sahabat Indonesia, mereka adalah Pahlawan Kemanusiaan.

Indonesia dan Australia ditakdirkan sebagai tetangga dekat. Kita tidak bisa memilih tetangga, tidak bisa. Namun kita memilih untuk bersahabat. Australia adalah sahabat paling dekat Indonesia.
 
61 tahun yang lalu tahun 1959, Perdana Menteri Robert Menzies, pada saat berkunjung ke Universitas Gadjah Mada, almamater saya. Beliau berkata: “We have 10 times as much in common than we have in difference.
 
Meskipun Indonesia dan Australia memiliki budaya yang berbeda. Namun kita memiliki nilai-nilai yang sama, kemajemukan, keberagaman, etnis, dan toleransi, demokrasi, dan penghormatan hak asasi manusia, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.
 
Tidak hanya itu, kaum muda Australia dan Indonesia memiliki kesamaan. Indonesia saat ini memasuki bonus demografi, jumlah anak muda usia 16-30 tahun sebanyak 63 juta atau 24 persen dari total populasi.

Kebanyakan mereka berwawasan global ingin berkolaborasi untuk berinovasi. Indonesia sekarang memiliki 1 decacorn dan 4 unicorn yang dimotori oleh anak-anak muda.
 
Anak muda Indonesia dan anak muda Australia terbentuk oleh nilai yang sama. Sama-sama hidup di alam yang demokratis, familiar dengan Netflix, Instagram, Facebook.

Dan saling aktif bertukar pikiran lintas negara. Hal ini yang menjadi pondasi nilai yang kuat dalam menjalin persahabatan masa kini dan masa depan.
 
Usia 70 tahun persabatan Indonesia dan Australia bukanlah waktu yang sebentar. 70 tahun adalah masa platinum. Sebuah platinum persahabatan yang kokoh, bukan saja persahabatan antar pemerintah, dan antar Parlemen tetapi juga rakyat kedua negara.
 
Platinum persahabatan tersebut harus kita perkokoh terus. Kita harus bersama-sama mempersiapkan saat kemitraan Indonesia-Australia berumur 100 tahun atau 30 tahun, 3 dekade dari sekarang.

Tahun 2050, 1 abad umur kemitraan kita adalah momen krusial. Pada tahun 2050 Indonesia dan Australia akan bertransformasi menjadi pemain besar di kawasan dan dunia.
 
Menurut Pricewaterhouse Coopers misalnya, pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dengan PDB sekitar USD 10,5 Triliun.

Indonesia juga akan menjadi negara emerging market dengan jumlah kelas menengah terbesar ketiga di dunia.
 
Namun di lain sisi, tahun 2050 dunia diprediksi semakin dipenuhi ketidakpastian. Jika trend saat ini berlanjut, maka dunia pada 3 dekade mendatang akan semakin terdisrupsi.
 
Situasi geo-politik dan geo-ekonomi dunia semakin berat. Stagnansi pertumbuhan ekonomi bahkan resesi ekonomi dunia sulit dihindari. Dikhawatirkan, nilai demokrasi dan kemajemukan akan termarjinalkan.
 
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Indonesia dan Australia harus fokus pada upaya peningkatan kemitraan. Saya mengusulkan beberapa agenda prioritas menyongsong satu abad kemitraan kita, satu abad kemitraan kita.

Pertama, kita harus terus memperjuangkan nilai demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kemajemukan. Stop intoleransi, stop xenophibia, stop radikalisme, dan stop terorisme.

Terus kikis politik identitas di negara kita dan di berbagai belahan dunia. Baik itu atas dasar agama, etnisitas, identitas askriptif lainnya.
 
Politik identitas merupakan ancaman terhadap kualitas demokrasi, ancaman bagi kemajemukan, dan ancaman bagi toleransi. Ancaman ini semakin nyata jika terus dieksploitasi demi kepentingan politik jangka pendek yang mengakibatkan kebencian, ketakutan bahkan konflik sosial.
 
Sebagai dua negara yang demokratis dan majemuk, kita harus bekerja keras, bahu membahu, berdiri tegak untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan kemajemukan, dan mencegah dunia dari ancaman clash of civilization
 
Kedua, Indonesia dan Australia harus memperkuat prinsip ekonomi yang terbuka, bebas dan adil. Di tengah maraknya proteksionisme, kita harus terus menyuarakan keterbukaan dan keadilan ekonomi.

Di tengah tumbuh suburnya, pendekatan zero sum game, kita harus terus memperkokoh paradigma win-win. Saya sangat percaya, bahwa sistem ekonomi terbuka dan adil adalah akan menguntungkan semua pihak.
 
Itu mengapa saya menyambut baik kesepakatan Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership. Kolaborasi menjadi kata kunci. Kolaborasi akan menciptakan peluang, mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru, dan menemukan solusi bagi tantangan ekonomi global.
 
Ini yang sebenarnya Indonesia dan ASEAN proyeksikan melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Outlook yang akan mengubah rivalitas menjadi kerja sama yang mengubah trust deficit menjadi strategic trust.

Jika ini dijalankan, kawasan Indo-Pasifik akan menjadi Pusat pertumbuhan ekonomi dunia masa depan. Indonesia dan Australia harus menjadi jangkar kerja sama di Kawasan Indo-Pasifik.
 
Ketiga, Indonesia dan Australia harus menjadi anchor mitra pembangunan di Kawasan Pasifik. Indonesia memahami tantangan pembangunan di Kawasan Pasifik sebagai sesama negara kepulauan, tantangan yang dihadapi Indonesia dan negara di Kawasan Pasifik tidak jauh berbeda.

Perubahan iklim dan bencana alam, serta pemerataan sosial, pendidikan, kesehatan dan pembangunan Sumber Daya Manusia adalah tantangan nyata yang dihadapi negara di Kawasan Pasifik.
 
Indonesia dan Australia harus menjadi teman sejati bagi negara-negara di Kawasan Pasifik. Berkolaborasi sebagai mitra pembangunan, mengatasi dampak perubahan iklim, memperkecil tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial, dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan Pasifik.
 
Keempat, kita harus bahu membahu bagi pelestarian alam dan pembangunan yang berkelanjutan, reboisasi hutan dan daerah hulu sungai, mencegah kebakaran hutan dan lahan, komitmen untuk menurunkan emisi karbon, serta pengembangan energi terbarukan dan green technology lainnya.
 
Rencana Indonesia untuk membangun ibu kota baru adalah salah satu bagian dari komitmen ini. Smart city, smart metropolis, green technology yang berharmoni dengan lingkungan alam dan sekaligus sebagai bagian dari upaya transformasi ekonomi berbasis inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
 
Kolaborasi kemitraan Indonesia dan Australia di tengah dunia yang terus dipenuhi ketidakpastian dapat diilustrasikan dalam film Avengers End Games.

Jika kekuatan positif bersatu, The Avengers assemble maka musuh bersama dapat dilumpuhkan.
 
Jika Indonesia dan Australia bekerja sama dan berkolaborasi, maka intoleransi, proteksionisme dan ancaman kemiskinan, serta ancaman perubahan iklim dapat kita atasi.
 
Selain empat fokus tersebut, jangkar kemitraan Indonesia dan Australia pada tahun 2050, atau 3 dekade dari sekarang adalah generasi muda kita.

Saya ingin menawarkan Ausindo Wave Australia-Indonesia Wave bagi generasi muda Indonesia dan Australia. Kita harus tawarkan trend kedekatan Indonesia-Australia kepada generasi muda, menggelorakan kecintaan generasi muda Australia kepada Indonesia, dan sebaliknya, kecintaan generasi muda Indonesia kepada Australia.

Generasi muda kita saat ini yang akan menjadi pemimpin masa depan. Investasi pada generasi muda akan memperkokoh kemitraan Indonesia dan Australia ke depan. Kita sudah memiliki modal yang besar. Saat ini, terdapat 160 ribu siswa Australia belajar bahasa Indonesia dan 21 ribu pemuda Indonesia belajar di Australia.

Jika ini terus dilakukan maka Kemitraan Indonesia-Australia pada tahun 2050, pada 1 abad umur kemitraan kedua negara akan bermanfaat bukan saja bagi rakyat kedua negara, tapi bagi dunia.
 
Sebagai penutup, saya ingin mengutip musisi Jimmy Little, artis Aborigin Australia… "We are all gifted with the opportunity to succeed. But you get further if you extend the hand of friendship."
 
Melalui persahabatan yang tulus maka hubungan Indonesia dan Australia, bukan saja bermanfaat bagi kesejahteraan kedua negara, namun juga bagi kawasan di sekitar kita dan bagi dunia keseluruhan.
 
Terima kasih

Artikel Terkait