Bisnis

Imbas Covid-19, Kadin Sebut Jumlah Korban PHK Akan Terus Meningkat

Oleh : Ronald - Rabu, 10/06/2020 22:01 WIB

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani. (Foto : Ist

Jakarta, INDONEWS.ID - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut saat ini jutaan pekerja di RI sudah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terdampak virus corona Covid-19 dan menunggu bantuan dari pemerintah. Bahkan jumlah tersebut diperkirakan akan terus melonjak selama perekonomian belum pulih.

"Asosiasi di bawah Kadin sampaikan kepada kami bahwa PHK makin lama makin meningkat," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani di forum diskusi secara virtual, Rabu, (10/6/2020).
 
Rosan menuturkan angka pengangguran terbaru lebih tinggi dari data yang disampaikan Kementerian Tenaga Kerja. Jumlah pengangguran terbaru akibat PHK menyentuh dua juta orang.

"Angka kami yang dirumahkan atau di-PHK itu sudah mencapai 6,4 juta orang. Mungkin dari angka Kementerian Tenaga Kerja masih dua juta orang, angka ini kami dapat dari laporan asosiasi-asosiasi secara berkala," ungkapnya.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan jumlah ini masih akan bertambah dengan pekerja di sektor informal. Oleh sebab itu Rosan berharap stimulus yang diberikan pemerintah mampu memberikan dampak guna menyelamatkan diri dari kesulitan ini.
 
Adapun sektor transportasi seperti Organda telah merumahkan sebanyak 1,4 juta tenaga kerja. Kondisi tersebut tak lepas dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di banyak daerah.
 
Kemudian sektor perhotelan yang merumahkan 430 ribu orang lantaran 2.000 hotel di Indonesia terdampak pandemi.
 
Selain itu, lanjut Rosan, Asosiasi Pertekstilan Indonesia mencatat 2,1 juta pekerja telah terdampak. Kemudian 500 ribu pekerja dirumahkan khusus di industri alas kaki.
 
"Kalau yang dirumahkan itu kurang lebih 90 persen dan di-PHK ini 10 persen secara empiris. Dirumahkan ini kalau diperhatikan PHK ada konsekuensi bayar pesangon mereka tidak dalam posisi untuk mampu bayar pesangon," paparnya.
 
Meskipun industri farmasi mendapatkan keuntungan di masa pandemi covid-19, sektor ini masih menghadapi kendala kekurangan bahan baku impor dan harganya naik hingga 400 persen.
 
"Harga bahan baku naik 300-400 persen, sementara raw material masih impor. BPJS kesehatan juga masih ada utang Rp6 triliun sehingga mereka juga merumahkan dan PHK karyawan," tuturnya.
 
Karena itu, Rosan memperkirakan ekonomi domestik pada kuartal II-2020 akan lebih berat dibanding kuartal pertama. Pertumbuhan bahkan bisa menyentuh nol persen.
 
"Asumsi Kemenkeu, apabila ada pengangguran baru lebih dari 5,2 juta orang kita masuk pada skenario berat, pertumbuhan ekonomi kita minus 0,4 persen dan kemiskinan baru 4,8 juta orang," ujarnya. 

Rosan juga menjelaskan butuh waktu cukup lama untuk mengembalikan laju ekonomi. Pasalnya, produksi, distribusi dan konsumsi sangat terganggu dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

Meski begitu, ia menyebut upaya pelonggaran yang mulai dilakukan pemerintah dapat menjadi angin segar bagi pengusaha untuk menyelamatkan bisnis dan karyawannya.

"Kalau ini enggak mulai dilonggarkan yang dikhawatirkan PHK akan terus bertambah dan tekanan semakin sulit," pungkasnya. (rnl)


Artikel Terkait