Nasional

Luhut Sebut Investor China akan Tambah Investasi Baterai Lithium Rp38,5 T

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 13/08/2020 19:30 WIB

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan/Foto: Rachman Haryanto

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI) tetap tumbuh di masa pandemi Covid-19.

Salah satunya investasi dari perusahaan asal China bernama Contemporary Amperex Technologi (CATL) dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik sebesar US$2,6 miliar atau sekitar Rp38,59 triliun (kurs Rp14.734 per dolar AS).

"FDI saya lihat angkanya masih cukup tinggi. Misalnya di daerah Morowali, Bintan, dan Halmahera Utara itu angkanya terus naik. Malah kemarin CATL mengumumkan akan investasi lagi untuk lithium baterai US$ 2,6 miliar," ujar Luhut dalam webinar yang digelar Apindo, Kamis (13/8).

Luhut menyampaikan investasi baterai kendaraan listrik merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi produk hasil tambang di Indonesia. Hanya saja terkadang investasi tersebut terkendala dengan adanya penolakan masyarakat terhadap orang asing yang dipekerjakan.

Padahal, kata Luhut, keberadaan tenaga kerja asing di proyek-proyek tersebut hanya untuk transfer pengetahuan dan ke depannya justru bermanfaat bagi penciptaan lapangan kerja.

"Ada yang suka mempertanyakan soal penggunaan tenaga asing. Tenaga asing itu hanya menjembatani untuk ciptakan lapangan kerja. Untuk transfer teknologi dan meyakinkan bahwa orang yang punya uang itu, uangnya memang diinvestasikan dengan benar," imbuhnya.

Ia melanjutkan, transfer teknologi tersebut dapat dilihat dengan adanya pembangunan politeknik Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang merupakan pabrik baterai lithium terbesar di Indonesia.

Di sana, tegas Luhut, perusahaan yang menanamkan modalnya untuk pengembangan baterai mobil listrik wajib mendidik tenaga kerja lokal.

"Di Morowali ada politeknik, nah ini bagus 600 orang per tahun. Yang mengajar dari ITB, UI, UGM, senior-senior mengajar di sana. Ada praktik, tersedia industrinya. Di mana lagi dapat politeknik seperti ini? Jadi itu bisa menjadi politeknik terbaik di Indonesia. Begitu juga di Konawe Utara, Halmahera tengah," jelasnya.

Di sisi lain, Luhut menilai tenaga kerja asing juga penting untuk membantu Indonesia masuk ke dalam dari rantai pasok dunia dengan adanya hilirisasi industri. Pasalnya hingga saat ini Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan pekerja untuk program hilirisasi industri.

"Nikel ore inilah yang dulu kita ekspor. Sekarang kita mau membuat lithium battery, lalu kita buat lagi recycling lithium battery, sehingga kita bisa gunakan lagi itu nanti. Ini yang berpuluh-puluh tahun nggak pernah kita buat. Ini kan butuh teknologi, kita kan nggak bisa sendiri," tandasnya.*

 

Artikel Terkait