Opini

Petahana VS Penantang

Oleh : luska - Kamis, 27/08/2020 07:28 WIB

Pemred Indonews.id bersama Lufthy Mutty politikus dari Partai Nasdem

Penulis : Lufthy Mutty (Politikus Nasdem)

Jakarta, INDONEWS.ID - 270 daerah akan menggelar pilkada serentak tgl 9 Desember 2020. Sayangnya sy tidak punya data. Berapa orang petahana yg kembali berpasangan dgn wakilnya. Berapa orang yg pecah kongsi. Berapa orang petahana yg maju tanpa penantang. Baik krn memang dia sangat berhasil di periode pertamanya, sehingga tdk ada yg berani menantang, maupun krn semua partai sudah "dibeli".

Pilkada hakekatnya adalah mengajak orang utk memilih. Baik petahana maupun penantang, yg dijual tentu program. Lewat program itu rakyat menumbuhkan harapan. 

Bagi petahana, setidaknya dia sdh punya modal memadai. 5 tahun adalah waktu yg lebih dari cukup untuk meyakinkan rakyat dgn program2 yg telah dilakukannya. Apalagi jika program2 itu sangat dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Hasil kerja itu menjadi "sucsess story". Pembangunan fisik yg sdh dibuat tentu menjadi kebanggaan warganya. Itu akan menjadi ingatan kolektif rakyatnya. 

Baca juga : Tantangan PSBB

Sucsess story juga berkaitan dgn upaya perbaikan kualitas hidup rakyatnya. Ada tiga hal yg paling relevan. 1. Terobosan apa yg telah dilakukan untuk mendongkrak tingkat pendidikan warganya. 2. Apa program unggulan yg sudah dilakukan utk memperbaiki derajat kesehatan warganya. 3. Upaya apa yg sudah dilakukan di bidang ekonomi sehingga dapat meningkatkan daya beli rakyatnya. Ketiganya dikenal dgn IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Yakni indikator makro yg menjadi acuan universal dlm mengukur tingkat perkembangunan sosial ekonomi suatu daerah. 

Khusus untuk daya beli, hal Ini sangat terkait dgn "core competencies" suatu daerah. Masing2 daerah memiliki core competencies yg berbeda. Mendefinisikan dgn tepat core competencies sangat membantu mewujudkan tujuan pemberian otonomi. Salah satunya mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. Jika daerah itu core competenciesnya adalah pertanian, maka pemda harus memberi perhatian ekstra ke sektor pertanian. Hal itu tercermin pada program2 yg telah dilakukannya. Misalnya, langkah2 apa yg telah dia lakukan utk meningkatkan kapasitas petani baik secara individu maupun secara kelompok. Berapa persen dari APBD dialokasikan utk pengembangan core competencies. Strategi yg tepat atas core competencies pasti akan berbanding lurus dgn peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, ketidaktahuannya menangani core competencies akan membuat dia terjebak pada rutinitas kerja. Apa yg dia lakukan tidak menyentuh hal2 yg substansial. Kering trobosan. Hanya sibuk kerja seremonial.

Hal lain yg juga harus dicermati adalah apakah selama 5 tahun kepemimpinan petahana, benar2 MEMBANGUN DAERAH atau hanya sekedar MEMBANGUN DI DAERAH. Hal ini sekilas sama. Tetapi sesungguhnya ada perbedaan substansial.

Dalam MEMBANGUN DAERAH ada dimensi PEMBERDAYAAN. Aktivitas dan hasil pembangunan tidak sekedar terlihat secara fisik. Tetapi rakyat benar2 ikut dilibatkan dlm proses dan ikut serta menikmati "kue" pembangunan. Jika semua yg saya sebutkan itu benar bisa dirasakan oleh rakyat, maka petahana seharusnya tidak usah khawatir. Bahkan tidak perlu capek2 berkampanye. Apalagi hanya sekedar selfie2 pencitraan. Krn hasil kerjanya itulah yg akan bicara ke rakyat. Sebab rakyat lebih percaya pada apa yg dia rasakan dan dia lihat dari pada apa yg dia dengar. Satu fakta lebih bermakna dari seribu kata. Satu kenyataan lebih berarti dari seribu foto selfie. Pendek kata, rakyat pasti akan mendukung utk melanjutkan masa baktinya. 

Adapun MEMBANGUN DI DAERAH dpt diartikan, secara fisik ada pembangunan. Tetapi tidak ada dimensi pemberdayaan. Rakyat semata mata jadi obyek pembangunan. Mereka tidak terlibat dlm proses apa lagi menikmati "kue" pembangunan. 

Teori ekonomi mengajarkan bahwa pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh 3 faktor. Investasi, distribusi barang dan jasa, dan konsumsi rumah tangga. Bagi sebagian besar daerah, investasi umumnya digerakkan oleh belanja pemerintah (government spending). Maka, jika volume APBD kian besar, namun angka kemiskinan juga kian bertambah, itu artinya ada yg salah. 

Secara sederhana dapat dijelaskan. Dengan investasi maka tenaga kerja akan terserap melalui lapangan kerja yg tercipta. Artinya, pengangguran akan berkurang yg berimplikasi pada menurunnya angka kemiskinan. Jadi, jika investasi pemerintah terus bertambah sejalan dgn bertambahnya volume APBD, tetapi angka kemiskinan tidak berkurang, mungkin sebabnya krn sebagian besar kegiatan fisik pembangunan dikerjakan orang luar daerah. Artinya, kontraktor yg memenangkan tender umumnya berasal dari luar daerah. Mereka tentu datang dgn armadanya. Maka sopir2 lokal angkutan material akan menanggur. Mereka juga datang dgn tukang, buruh, dan material. Maka tukang dan buruh lokal akan menganggur. Mereka juga datang dgn material. Seperti semen, besi, tegel dll. Maka toko2 material lokal akan sepi pembeli. Atau mungkin ada satu perusahaan yg mengerjakan sebuah pekerjaan dgn anggaran fantastis. Ini berakibat pada menganggurnya pengusaha2 lokal. Karena terjadi monopoli. Uang yg banyak, yg seharusnya beredar dlm daerah, sebagian besar lari ke luar daerah. Padahal uang bagi ekonomi ibarat darah bagi tubuh. Ibarat bahan bakar bagi mesin. Mereka yg kekurangan darah pasti lesu dan lemas. Sehebat apapun kualitas mesin, jika tidak memiliki bahan bakar, maka mesin itu tidak lebih dari onggokan besi. Begitulah ekonomi yg tdk ditopang oleh uang yg beredar. Akan lesu. Tengoklah pasar. Jika aktivitas jual beli lesu, itu berarti daya beli rakyat rendah. Artinya, rakyat miskin. Lihatlah juga bank. Jika antrian orang di bank sedikit atau malah tidak ada yg antri, itu berarti ekonomi lesu. Perhatikan kantin2 sekolah. Jika sepi, berarti anak2 ke sekelah tidak mengantongi uang saku. Lihat juga warung2. Jika sepi, berarti daya beli rakyat rendah. Semua itu penyebabnya satu. Rakyat miskin. 

Bagaimana dgn penantang? Mereka harus kerja keras utk meyakinkan rakyat agar mau memilihnya. Mereka tidak punya sucsess story yg bisa "berbicara" pada rakyat pemilih, sebagamana petahana. Satu2nya yg mereka bisa lakukan adalah "menjual harapan". Yakni apa yg akan mereka lakukan jika terpilih. Selain itu, "track record" sang penantang patut menjadi pertimbangan dalam "menjual diri".

Jika demikian adanya, apakah peluang penantang sangat kecil utk menumbangkan petahana? Jawabnya tidak. Banyak kejadian, petahana tumbang oleh penantang. Sebabnya sederhana. Hasil kerja petahana selama 5 tahun tidak dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Tidak ada sesuatu yg spektakuler yg petahana lakukan. Bekerja sekedar "programe as usual".

Artikel Terkait