Nasional

Marah! Palestina sebut Bahrain Pengkhianat lantaran Berdamai dengan Israel

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 12/09/2020 11:30 WIB

Israeli Prime Minister Benjamin Netanayhu (L) and Bahraini King Hamad bin Isa Al Khalifah

Jakarta, INDONEWS.ID - Palestina mengutuk keras Bahrain karena telah melakukan perjanjian damai Israel. Palestina lantas menyebut Bahrain pengkhianat terhadap perjuangan Palestina.

Perjanjian damai ini dikhawatirkan akan melemahkan pan-Arab lama yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah Palestina yang didudukinya dan menerima kemerdekaan Palestina.

"Pimpinan Palestina menolak langkah yang diambil oleh Kerajaan Bahrain dan menyerukannya untuk segera mundur dari itu karena kerusakan besar yang ditimbulkannya pada hak-hak nasional yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan tindakan bersama Arab," tulis sebuah pernyataan yang mewakili pimpinan Palestina, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/9/2020).

Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan duta besar Palestina untuk Bahrain dipanggil kembali untuk konsultasi.

Di Gaza, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan keputusan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel "merupakan kerugian besar bagi perjuangan Palestina, dan mendukung pendudukan."

Normalisasi hubungan Bahrain dengan Israel terjadi dengan latar belakang ketakutan bersama tentang ancaman yang mungkin ditimbulkan Iran di wilayah Arab.

Amerika Serikat, Israel, dan UEA telah mendesak para pemimpin Palestina untuk terlibat kembali dengan Israel. Negosiasi terakhir antara Israel dengan Palestina pada 2014 gagal dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menolak untuk melakukan hubungan politik dengan Gedung Putih Trump selama lebih dari dua tahun, menuduhnya bias pro-Israel.

Hossein Amir-Abdollahian, penasihat khusus urusan internasional untuk ketua parlemen Iran, melalui akun twitternya menyebut keputusan Bahrain sebagai pengkhianatan besar bagi perjuangan Islam dan Palestina.

"Para pemimpin yang kurang hati-hati di UEA, #Bahrain tidak boleh membuka jalan bagi skema Zionis," cuit pejabat itu.

Sebelumnya, Bahrain diketahui mengikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA) yang menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Kebijakan ini didorong oleh ketakutan terhadap Iran tetapi bisa membuat Palestina terisolasi.

Hal ini diketahui setelah Presiden AS Donald Trump memposting pengumuman di Twitter setelah dia berbicara melalui telepon kepada Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Ini benar-benar hari bersejarah," kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/9/2020). Trump pun yakin negara lain akan mengikuti.

"Membuka dialog langsung dan hubungan antara dua masyarakat dinamis dan ekonomi maju ini akan melanjutkan transformasi positif Timur Tengah dan meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan," kata Amerika Serikat, Bahrain dan Israel dalam pernyataan bersama.*

Artikel Terkait