Opini

Kado Fortuner dan Kapal Cepat untuk Uskup

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 30/10/2020 17:30 WIB

Fortuner seri VRZ ini berplat nomor unik yakni L 276 VJ dimana 276 merupakan hari pencoblosan 27 Juni 2018 sementara VJ merupakan singkatan dari Victory-Joss.

oleh: Pater Charles Beraf, SVD., Sosiolog, Pastor Paroki Detukeli, Ende - Flores

Kiriman Pembaca, INDONEWS.ID - Saya pernah merinding ketika tahu bahwa Uskup Maumere Mgr. Ewaldus, Pr. dapat kado mobil fortuner dari tokoh nomor 1 dan 2 NTT. Dan beberapa hari lalu, saya lagi-lagi merinding ketika membaca berita bahwa Ben Tenti (pengusaha kawakan Lembata) beri "kado" kapal cepat kepada Keuskupan Larantuka.

Kenapa merinding? Mungkin ini reaksi yang agak kampungan. Tapi saya memang selalu berpikir dua tiga kali ketika urusan kegembalaan dihadapkan dengan urusan kekuasaan, mamon atau materi apapun yang mewajah dalam rupa yang tak rutin: mobil Fortuner dan Kapal Cepat!

Salahkah pemberi kado? Tidak! Salahkah penerima kado? Tidak juga! Yang missing, menurut saya, adalah filter di antara penerima dan pemberi.

Pernahkah penerima kado itu mempertimbangkan dampak dari hal menerima mobil Fortuner atau menerima Kapal Cepat ketika misalnya dalam kasus-kasus tertentu GEREJA DITUNTUT UNTUK PUNYA SIKAP YANG JELAS...YA JELAS DI HADAPAN KESALAHAN PEMBERI KADO SEKALIPUN? Atau barangkali (maaf)pertanyaan ini terlalu mengandai-andai.

Pertanyaan lain: seberapa perlukah hal menerima mobil atau kapal cepat dalam urusan kegembalaan atas domba-domba yang nota bene masih "babak belur" dalam urusan kesejahteraan?

Kok bisa pengusaha sekelas Ben Tenti memberi "pisau" u "lawan bisnis" yang bisa berdampak pada matinya bisnisnya sendiri? Ben punya kapal: ini urusan bisnis. Lalu berani-beraninya ciptakan bisnis sejalur untuk keuskupan larantuka?

Bukankah Ben sedang menggali lubang untuk mengubur bisnisnya sendiri? Rasanya pertanyaan ini tidak penting. Yang penting itu, menurut saya, filter! Kita butuh filter untuk mempertimbangkan penting atau tidak pentingnya mobil atau kapal cepat dalam urusan kegembalaan.

Mempertimbangkan entahkah hal memberi (lalu menerima) sungguh-sungguh bukan modus demi hal yang sama sekali lain di luar urusan kegembalaan.

Usai Uskup menerima Fortuner di Maumere, saya hingga saat ini menunggu SUARA USKUP KETIKA misalnya MASYARAKAT BESIPAE, TIMOR ditindas gara-gara mempertahankan ulayat mereka.

Siapa di balik itu? Ya, saya merindukan suara uskup! Pun usai keuskupan Larantuka menerima hadiah kapal, saya akan selalu rindu suara uskup apalagi di tengah carut marut situasi masyarakat Lembata yang banyak dilindas kaum pemodal.

Saya khawatir saja: bahkan ketika "kepala Yohanes sudah di talam, Herodes pun tak mampu bicara apapun. Suara hanya bisa lantang, kalau mulut tak cukup tersumbat.*

Tulisan ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi indonews.id. 

Artikel Terkait