Nasional

Tito Karnavian Sebut Praja IPDN yang Lakukan Kekerasan Akan Ditindak Tegas

Oleh : Mancik - Minggu, 08/11/2020 19:01 WIB

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian.(Foto:Istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengatakan kepada praja IPDN, kekerasan bukan merupakan budaya Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). IPDN adalah lembaga pendidikan yang siap mendidik anak bangsa yang memiliki karakter dan kepribadian yang baik.

Pada kesempatan memberikan kuliah umum di depan praja IPDN, Tito menegaskan, praja IPDN yang terbukti melakukan kekerasan akan ditindak tegas dan dituntut sesuai dengan hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Penegasan tersebut ia sampaikan sebagai upaya menghilangkan perilaku kekerasan yang sering terjadi di IPDN selama ini.

"Sanggup untuk tidak ada kekerasan? Terutama yang senior, sanggup tidak? Anda harus memberi contoh, yang tingkat 4, sudah cukup kekerasan jangan dilanjutkan jangan meninggalkan legacy atau warisan yang buruk kepada junior- junior. Kalau kedengaran itu saya akan perintahkan kepada Pak Rektor untuk pecat, laporkan ke polisi dan pidanakan," kata Tito di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu,(7/11/2020) kemarin.

Pada kesempatan tersebut ia menekankan, cara-cara kekerasan sudah tidak lagi relevan dalam institusi pendidikan yang akan mendidik generasi muda untuk mengisi pos-pos penting di pemerintahan di Indonesia. Lembaga IPDN mesti lebih mengarahkan seluruh prajanya untuk mengasah ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman.

Adapun upaya untuk melakukan pembinaan mental, menurut Tito, itu sah-sah saja. Tetapi, mantan Kapolri itu menggarisbawahi, proses pembinaan mental kepada praja muda IDPN tidak mesti dengan cara-cara yang berujung pada tindakan kekerasan yang terkadang mengorbankan yunior-yunior yang baru masuk.

"Kalau ada yang salah tindak fisik saja tidak apa-apa, squad jam atau push-up yang bisa membuat sehat, tapi juga capek juga, tapi tidak merusak. Tapi kalau pemukulan, betapa banyak yang menjadi korban, ada yang patah rusuknya, ada yang kakinya cacat. Orang tua yang mengirim anaknya untuk sekolah di sini bukan mengharapkan anaknya untuk dipukul, digebuki. Tolong dipahami betul itu," ungkap Tito.

Ia pun menbanding model pendidikan yang ada di luar negeri. Menurut Tito, medote pendidikan di luar negeri tidak ada yang namanya kekerasan, tetapi lulusan dari lembaga tersebut mampu bekerja di masyarakat secara profesional.

"Saya sudah sekolah di mana-mana, sekolah di Inggris, Amerika, Australia, New Zealand saya juga melihat sekolah Hometown Academy Singapura, tidak ada pukul-pukulan tetapi mereka bisa bekerja profesional," tutupnya.*

Artikel Terkait