Nasional

Penyelenggaraan Workshop Ekonomi Syariah untuk Jurnalis Masuk Hari ke-3

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 27/11/2020 12:59 WIB

Wakil Ketua Indonesian Halal Life Center, Jetti R. Hadi (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Workshop Ekonomi Syariah untuk Jurnalis yang diselenggarakan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) secara online melalui paltform Zoom selama tiga hari, mulai Rabu-Jumat (25-27 November 2020) memasuki hari ke-3 Jum`at (27/11/20).

Workshop ini diselenggarakan dalam rangka turut meningkatkan literasi dan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai ekonomi dan keuangan syariah melalui para jurnalis.

Wakil Ketua Indonesian Halal Life Center, Jetti R. Hadi mengatakan Indonesia memiliki jumlah penduduk mulism terbesar di dunia. Artinya, kita harus memiliki keinginan untuk menerapkan gaya hidup halal dan thayyib sesuai dengan Quran dan Hadist.

Namun, CEO Majalah Noor ini mengaku, untuk memunculkan kesadaran dan pengetahuan seperti itu di kalangan masyarakat muslim dibutuhkan edukasi dan informasi terus menerus yang kemudian berkembang menjadi sebuah keyakinan. Sehingga peran media menjadi kunci dalam merealisasikan skema besar ini.

Menurutnya, media dapat menyelaraskan pola konsumsi masyarakat Indonesia sehari-hari dengan seluruh daur hidup produksi barang dan jasa dengan kriteria halal dan thayyib.

"Media memiliki peran untuk bagaimana memunculkan kesadaran dengan informasi edukatif pada perempuan muslim Indonesia agar bisa aktif berkegiatan sesuai profesinya dengan tetap berpegang pada panduan Qur`an dan hadis," ungkap ibu Tila.

Anggota tim ahli Dewan Industri Kreatif Syariah Indonesia ini mengaku hal tersebut yang telah sukses dilakukannya ketika menjalankan Majalah Noor. Pada 2003, ia bersama ketiga rekannya bergerak dalam dunia literasi mengedukasi terkait gaya hidup halal dan thayyib sesuai tuntunan Qur`an dan Hadis.

Alahsil, majalah tersebut sukses terjual hingga ratusan ribu oplah. Yang lebih menariknya lagi, kisahnya Ibu Tila, sapaan akrabnya, pembaca Majalah Noor, banyak yang berasal dari Indonesia Timur, secara khusus Papua.

"Orang tidak suka digurui, tapi, kita media harus terus menerus memberikan informasi tentang manfaat menerapkan gaya hidup yang halal dan baik. Kesadaran ini nantinya akan menjadi cerminan," tutur lulusan ITB ini.

Halal, lanjut, penasehat di Indonesia Fashion Chamber ini bermakna sesuatu yang boleh untuk dilakukan, digunakan datau dikonsumi menurut hukum Islam. Sementara `thayyib` bermakna baik, yang mencakup keselamatan, kesehatan, lingkungan, keadilan, serta keseimbangan alam.

Nantinya, jika para muslimah menerap gaya hidup halal dan thayyib, maka akan berdampak pada ekonomi islam global dan domestik saat ini. Alasannya, karena Indonesia dapat memproduksi produk halal dan thayyib dimana konsumennya tak hanya umat muslim tapi semua.

Pengamat fesyon muslim ini pun membeberkan beberapa pengalamannya bagaiman media berperan dalam memperkenalkan dan mempopulerkan gaya hidup halal dan baik kepada masyarakat.

"Media dapat menjadi teman dan penyedia informasi penting soal gaya hidup hala bagi perempuan muslim seperti mengetengahkan kehidupan perempuan muslim di tengah masyarakat di berbagai negara, memperluas, silaturahmi dengan sesama manusia, berbagi keyakinan tentang gaya hidup yang halal dan baik serta bertukar pengalaman antara perempuan muslim di keluarga dan tempat kerja," tutur Ibu Tila.

Lebih lanjut, wanita kelahiran Bukittinggi, 6 Januari 1956 ini mengatakan, pasar sektor gaya hidup halal di Indonesia cukup menjanjikan. Setidaknya ada 10 sektor yang bisa digarap oleh brand halal dan baik antara lain halal food, keuangan, pariwisata, fashion, media dan rekreasi, seni dan budaya, medical care dan kesehatan, pendidikan serta kecantikan.

Bahkan berdasarakan laporan dari Global Islamic Economic Report, lanjut lulusan Sarjana teknik ITB ini merinci, total dana yang dihabiskan pada sektor fesyon muslim menyentuh $16 miliar sementara sektor makanan total $144 miliar dan perjalanan ke luar negeri mencapai $112 miliar.

"Harapan saya, Indonesia tidak hanya menjadi konsumen produk-produk halal dan baik ini, tapi menjadi produsen. Jadi kita tidak hanya menikmati produk halal import tapi justru kita mengekspor. Produk kosmetik Indonesia, menjadi ketiga terbaik di Malaysia," ungkapnya.

Ibu Tila juga membeberkan kegiatan yang dilakukan lembaganya yakni Indonesia Halal Center. Sejauh ini, IHC telah melakukan berbagai kerjasama dengan berbagai negara melakukan riset soal halal lifestyle. IHC juga mengadakan inhalas, Indonesia halal bertempat di Ciputra Halal center.

"PR kita ke depannya adalah bagaimana menjadi produsen, bukan konsumen dalam memajukan industri halal di Indonesia dan dunia. Sebab industri dapat bergerak jika ada konsumennya, pembelinya atau pemakainnya. Padahal, kriteria ini kita punya," tutup ibu Tila.

Pada acara Workshop ini selain menyampaikan materi hukum ekonomi syariah, jual beli syariah, sekaligus diskusi dan pelatihan mengenai konsep-konsep ekonomi dan keuangan syariah yang harus diketahui oleh para jurnalis.

Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai global-hub ekonomi Syariah, pemerintah mengambil beberapa langkah sebagai bentuk komitmen terhadap pengembangan ekonomi Syariah di Indonesia.

Langkah itu antara lain penerbitan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI) pada tahun 2015, ditindaklanjuti dengan pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) pada tahun 2016 yang kemudian berubah menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di tahun 2020, serta peluncuran MEKSI di tahun 2018.

Selanjutnya, di akhir tahun 2019, KNEKS (masih sebagai KNKS) bersama dengan pemangku kepentingan menyusun Rencana Implementasi Pengembangan Ekonomi Syariah Indonesia 2020-2024 sebagai rujukan atau referensi bagi Kementerian/Lembaga maupun Institusi terkait dalam melaksanakan rencana pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait