Opini

Dinasti Solo Vs. Dinasti Menteng

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 12/12/2020 20:59 WIB

Christianto Wibisono. (Ist)

Oleh: Christianto Wibisono, Penulis Buku Kencan Dinasti Menteng

Opini, INDONEWS.ID - Saya mendapat banyak pertanyaan sehubungan dengan terbitnya buku Kencan Dinasti Menteng dengan sambutan 4 tokoh seperti Menko Perekonomian 2001-2004, Prof Dr. Dorojatun Kuncorojakti, DR Fachry Ali, Marzuki Darusman SH, Ir Sarwono Kusumaatmaja.

Prof Dr. Dorojatun Kuncorojakti: selalu ada Sisi Iain dari yang secara formal dipresentasikan tentang struktur serta sistem kehidupan suatu negara-bangsa. Mereka yang ingin mendalami isu potensi risiko dari berbagai jangka waktu, baik saat melakukan kegiatan bisnis demi pemanfaatan pasar, maupun kegiatan politik dalam posisi sebagai warga yang peduli atau berkepentingan langsung, pasti ingin mengetahui hal-ihwal yang disampaikan dalam buku ini.

(Semoga tidak terkecoh oleh judul buku yang dramatis ini.) Sebagai seorang pengamat yang jeli, dengan segudang pengalaman di bidang "investigative journalism", Saudara Christianto Wibisono adalah ahlinya dan yang sudah dikenal lama di Indonesia. Silahkan disimak buku ini dengan kritis.

Fachry Ali ‘Kencan Dinasti Menteng’. Judul ini terasa ‘eksotik’ dalam konteks budaya politik. Karena Menteng adalah kawasan di Jakarta di mana elite generasi pertama Indonesia berdiam. Walau Christianto Wibisono, sang penulis karya ini, juga berbicara tentang Covid-19 dan kondisi geopolitik global, jejak intuisi imajinasi intelektualnya tetap berasal dari pengalaman kesejarahannya tentang ‘politik Menteng’."

Marzuki Darusman: Buku dalam serial `anti-memoir ini perlu dibaca dengan tekun agar tidak mudah teralihkan perhatian oleh orisinalitas judulnya yang tertuju untuk memikat selera pembaca tua muda kontemporer. Itulah keadaan dasar kita, yaitu bahwa kebudayaan adalah apa saja yang bisa mengisi kebutuhan kita akan hiburan.

Sebagai aktifis, jurnalis, publisis dan ekonomis yang membentang lebih dari setengah abad, Sdr Christianto Wibisono mengenal benar cara berkisah dalam budaya dimana apa yang `jalan` itulah yang dianggap benar dan baik, bukan sebaliknya.

Kontribusi buku ini ialah dalam mengganggu hati dan pikiran kita tentang senjang yang membesar - dan hampir permanen - antara realitas dan yang ideal. Apakah ini merupakan situasi `ketabahan ditengah ketiadaan harapan`, mungkin itulah masalahnya.

Sarwono Kusumaatmaja: Buku Kencan Dinasti Menteng sepertinya mencoba menghubungkan berbagai fenomena besar seperti sejarah, keyakinan, pandemi dan minculnya elit dalam berbagai bidang kehidupan. Semuanya dirangkai dalam alur yang saling terkoneksi.

Perkembangan di Indonesia kelihatan di coba digambarkan sebagai dinamika elit politik yang menghuni kawasan Menteng di Jakarta Pusat. Ini semua menjadikan buku Kencan Dinasti Menteng suatu bacaan yang tidak mudah dipahami. Cocok sebagai bahan bacaan bagi kita yang harus menjalani sebagian besar waktu di rumah karena pandemi covid 19. Semoga para pembaca tercerahkan.

Pendapat 4 tokoh itu melengkapi dan menyempurnakan upaya buku ini untuk menyajikan “pengetahuan sejarah” dalam kemasan 3Ein1 , Educating, Entertaining, Enlightening agar generasi muda milenial mengoreksi masa lalu dengan kebijakan masa kini yang bajik mewujudkan alternatif sejarah masa depan Indonesia Seabad 2045. Target kita adalah Indonesia no 4 sedunia dalam kualitas th 2045.

Rekapitulasi apa dan siapa hubungan kekerabatan menteri kabinet menemukan: 1 kerabat dengan 8 anggota kabinet, 3 kerabat dengan 5 menteri, 1 kerabat dengan 4 menteri, 6 kerabat dengan 3 menteri dan 19 keluarga dengan duet menteri. Jadi total ada 83 orang dari 30 kerabat menteri dari total 738 menteri kabinet sejak Proklamasi. Nomor yang berada di belakang nama adalah “NIM,” yakni Nomor Induk Menteri, yang daftar lengkapnya dapat ditemukan di Lampiran I.

Tabel 14.1 : Delapan Puluh Tiga Dinasti Menteng

 

 

PDBI menelusuri apa dan siapa menteri kabinet sejak studi 1996 an terus di up date sesuai perkembangan. Sejak Proklamasi ada 738 menteri dengan Nomor Induk Menteri NIM 001 untuk Bung Karno dst. Setiap menteri meski diangkat berulang kali dalam pelbagai portofolio dapat satu NIM.

Elite ini kita sebut Dinasti Menteng ini bila ditelusuri Sebagian memang bibit unggul yang mewarisi GEN atau DNA politik sehingga mempunyai paling sedikit dua orang anggota keluarga sebagai menteri kabinet.

Tabel diatas memperlihatkan 83 orang DInasti Menteng atau hanya 11,05%. 655 lagi adalah one man show single fighter dalam sejarah kabinet. Termasuk Presiden Jokowi yang dari Solo sulses menaklukkan Dinasti Menteng tulen Prabowo Subianto dari klub Sumitro-Suharto dengan 5 anggota kabinet Bung Karno memiliki kekerabatan rekor 8 orang sedang kerabat Mochtar-Sarwono dan Gus Dur juga menyamai peringkat kedua dengan 5 orang.

Segera harus dicatat belum tentu kerabat kompak seperti kerabat ini karena konflik antar ponakan. 1 kerabat dengan 4 menteri adalah Hartarto. Lalu 6 kerabat dengan 3 menteri serta 19 keluarga punya duet ayah anak, ibu anak, suami istri, mertua menanti, kakak adik, paman ponakan dan ayah kakek.

Optimisme PDBI dengan kemenangan Bobby Gibran adalah Dinasti Menteng harus terus membuka diri agar ada pendatang baru seperti Jokowi dari Solo, bisa mengalahkan dinasti mapan turun temurun. Nepotisme bukan masalah sepanjang politisi yang bersangkutan memang qualified dan berkinerja puncak mencerminkan meritokrasi.

Dinasti Jokowi adalah genre baru elite daerah yang bukan dari Menteng seperti 6 presiden terdahulu. Kapabilitas kinerja Bobby Gibran akan menentukan apakah dinasti Jokowi akan sukses pasca berakhirnya kepresidenan Jokowi 2024.

Tidak ada koneksi atau kolusi yang bisa menjamin keberlanjutan DInasti Jokowi. Hanya kinerja Meritokrasi dan Righteousness yang akan diberi peluang oleh Providensial Dei belajar dari sejarah 75 tahun Republik memasuki Seabad 2045 ditangan generasi pasca Jokowi*

Artikel Terkait