Nasional

Peresmian Paroki Sta. Fautina Kowalska Bojonggede

Uskup Bogor: Tugas Penggembalaan Harus Dilaksanakan dengan Sukacita

Oleh : very - Selasa, 23/02/2021 17:30 WIB

Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM dalam misa Peresmian Paroki Santa Faustina Kowalska. (Foto: Ist)

Bogor -- Bertepatan dengan pesta Tahta Santo Petrus, Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur meresmikan Paroki Santa Faustina Kowalska, Bojonggede, Bogor, pada Senin (22/2) sore.

Peresmian tersebut berlangsung dalam perayaan ekaristi dengan konselebran utama Uskup Paskalis dengan dibantu oleh RD Mikael Endro Susanto dan RD Christophorus Lamen Sani.

Dalam khotbahnya, Uskup Bogor mengisahkan cara Tuhan Yesus memilih pemimpin, yang akan menggantikannya. Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah Engkau mengasihi Aku”. Lalu Petrus menjawab, “Ya Tuhan aku mengasihi Engkau”. Maka Yesus meminta Petus untuk “Gembalakan domba-dombaku”. Pertanyaan tersebut terjadi sebanyak tiga kali.

Hal ini, kata Uskup, adalah gambaran bahwa menjadi gembala yang baik, yang dikehendaki Yesus, adalah harus mencintai umat. “Kita yang menjadi gembala harus memiliki cinta pada umat yang digembalakan itu,” ujarnya.

Hal lain, kata Uskup Paskalis, yaitu seorang gembala harus menggembalakan umatnya dengan penuh sukacita. “Kita harus menggembalakan umat dengan sukacita, jangan dengan terpaksa. Atau mencari untung sendiri. Ini berkaitan dengan tugas kegembalaan,” ujarnya.

Uskup mengatakan, inilah cara Yesus untuk terus mendampingi kita. Dari awal, Yesus hendak mempercayakan muridnya untuk memimpin umat-Nya. Karena itu, dia memilih satu di antara para muridnya untuk menjadi pemimpin, yaitu Petrus. “Yesus memilih Petrus untuk menjadi pemimpin. Yesus yakin bahwa Petrus memiliki roh seperti yang Yesus miliki. Dan itulah Petrus, walapun kita tahu bahwa Petrus memiliki kelemahan,” ujarnya.

Pendampingan Tuhan Yesus itu, kata Uskup, diteruskan oleh gereja, mulai dari Paus, Uskup dan para imam yang ditugaskan untuk menggembalakan umatnya.

Karena itu, kita semua yang membangun persekutuan bersama dalam bentuk lahirnya paroki baru ini, hendaknya mengikuti pola yang diajarkan Yesus. Inilah pola rutin yang diterima oleh Gereja Katolik. “Maka dalam konteks paroki, kita memiliki gembala, di Keuskupan kita memiliki seorang Uskup, dan di paroki kita memiliki seorang pastor paroki,” ujarnya.

Uskup mengatakan, Romo Hendro (Mikael Endro Susanto sebagai pastor paroki) dan Romo Christo (Christophorus Lamen Sani sebagai pastor vikaris) melanjutkan penggembalaan Yesus melalui Paus dan Uskup di paroki baru ini.

Karena itu, tugas penggembalaan tersebut, kata Uskup, tidak boleh dilakukan secara sendiri-sendiri, atau bekerja sendiri-sendiri tapi harus dalam relasi dengan keuskupan dan gereja katolik Roma.

Dia mengatakan, ada satu keistimewaan dalam gereja katolik yaitu gereja menampung umat untuk secara bersama-sama membangun hidup menggereja. “Ini satu keistimewaan kita. Memang ada direksi, arahan yang satu dan sama, tapi dia tidak bekerja sendiri-sendiri. Dia bersama dengan orang lain. Dan itulah yang berlaku di keuskupan kita dengan dibentuknya Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki. Karena itu, Anda membantu pastor paroki dalam hal membimbing umat. Karena itu, pastor paroki tidak bekerja sendiri,” ujarnya.

 

(Pastor paroki St Faustina Kowalska Mikael Endro Susanto saat memberikan hadiah buku kepada Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samodro di paroki St Faustina Kowalska, pada Senin sore, 22/2)

Pengalaman 7 Tahun sebagai Uskup

Dalam khotbanya, Uskup Paskalis mengatakan bahwa pada hari ini (Senin, kemarin), dirinya juga merayakan tahbisan episcopal yang ketujuh. Dalam perjalanan memimpin Keuskupan Bogor tersebut, Uskup Paskalis merasa sangat terbantu dengan adanya Dewan Pastoral Keuskupan, Dewan Keuangan Keuskupan, Dewan Presbiter, dan Konsulotes.

Uskup mengatakan, semua dewan tersebut diarahkan untuk membangun hidup bersama. “Yang penting adalah kita punya satu arah yang jelas dan ada satu pemimpin di sana. Namun pemimpin bukan yang menggurui, tapi mengarahkan. Harus ada seorang gembala yang menghantar umatnya ke rumput yang hijau. Dalam arti menghantar umat agar menerima Yesus sebagai penyelamat kita. Dia adalah Allah yang hidup. Dengan keyakinan itulah kita memulai kehidupan kebersamaan khususnya sebagai paroki,” ujarnya.

Namun, kata Uskup Paskalis, muncul berbagai pertanyaan terkait dengan kelanjutan Paroki Faustina Kowalska pasca ditetapkan sebagai paroki baru. Misalnya, bagaimana cara menghidupi umat, bagaimana cara menghidupi pastor, dan bagaimana membangun gedung gereja.

Okelah kalo ada kecemasan, tetapi kita harus percaya sebagai kawanan Allah dan Ia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendirian,” ujar Monsinyur Paskalis.

Sebagai paroki baru, tentu ada kecemasan umat apakah roda kehidupan paroki dapat berjalan dengan baik. Namun jika kita sungguh percaya bahwa kita adalah kawanan umat Allah, maka tentu kita tidak akan dibiarkan bekerja seorang diri.

“Di situlah peran iman kita. Karena itu, jangan putus asa, putus harapan, atau cemas. Biarpun kita menghadapi pandemi seperti ini kita harus tetap yakin bahwa Allah menyertai kita,” ujarnya.

 

Devosi pada Kerahiman Ilahi

Mengacu pada pemilihan nama Paroki St. Faustina Kowalska, Uskup Paskalis berharap umat dapat mengembangkan Devosi Kerahiman Ilahi dan menjadi duta kerahiman Tuhan.

Uskup mengatakan, kita harus yakin bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup itu adalah Allah yang memiliki hati yang maharahim.

“Karena itu kita harus mengembangkan devosi kerahiman ilahi di paroki ini. Dalam arti kita menjadi duta kerahiman. Mudah-mudahan dalam hidup keluarga kita, walaupun ada tantangan, tapi spirit roh kerahiman Allah, Allah yang mahakasih itu terus ada dan terwujud,” ujarnya.

Dalam misa yang berlangsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan itu Uskup Paskalis juga melantik Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) periode 2021-2024.

Selain itu, dalam acara ini juga diluncurkan buku “Paroki St. Faustina Kowalska Bojonggede” yang berisi sejarah pertumbuhan dan perkembangan iman katolik di tatar Bojonggede. Buku ini ditulis oleh sejarawan dan penulis asal Nusa Tenggara Timur, Thomas Ataladjar dengan tim editor yaitu Daniel Mangu, Frans Asisi Datang, dan Thomas Bambang Murtianto.

Selanjutnya diikuti acara penandatanganan prasasti peresmian Paroki St. Faustina oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur, dengan didampingi RD Paulus Haruna, RD Mikail Endro Susanto, RD Christophorus Lamen Sani, dan RD Dominikus Savio Tukiyo.

Paroki Faustina Kowalska, Tajurhalang, Bogor ini memiliki batas-batas yakni sebelah utara berbatasan dengan Citayam, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Baru, sebelah barat berbatasan dengan Inkopad, dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Ciliwung. (Very)

 

Artikel Terkait