Sosok

Jejak Alumni SMAN III Teladan Jakarta di Bidang Ekonomi

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 07/04/2021 13:45 WIB

Alumni SMAN III Teladan Jakarta, Bidang Ekonomi, Darwin Cyril Noerhadi, Marita Alisyabana, Abiprayadi Riyanto, Faisal Basri

Sosok, INDONEWS.ID - Sekolah Menengah Atas Negeri III Teladan Jakarta atau SMAN III Teladan Jakarta akan menyambut Dies Natalis ke-68 yang jatuh pada 24 Oktober mendatang.

Sebagaimana diketahui, dalam usianya yang sudah lebih dari setengah abad ini, SMAN II Teladan Jakarta telah berkontribusi banyak pada perkembangan dan kemajuan bangsa.

Hal itu diwujudkan dengan lahirnya sejumlah tokoh nasional yang bergelut dan berdedikasi di bidangnya masing-masing dalam rangka memajukan bangsa dan negara.

Dalam seri sebelumnya, media ini telah memuat para tokoh yang pernah menimba ilmu dan kebijasanaan serta mendapatkan tepaan dari sekolah yang berlokasi di Setiabudi, Jakarta Pusat ini.

Dalam seri kali ini, Media INDONEWS mengangkat profil para tokoh, alumni SMAN III Teladan Jakarta yang bergelut dan berkontribusi di sektor ekonomi.

Beberapa tokoh itu antara lain ekonom Faisal Basri, banker Abiprayadi Riyanto, Darwin Cyril Noerhadi selaku Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi dan Marita Alisyabana selaku Dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi.

Siapakah Mereka

Faisal Basri

Faisal Batubara atau yang lebih dikenal dengan nama Faisal Basri adalah seorang ekonom dan politikus asal Indonesia. Faisal Basri lahir di Bandung tanggal 6 November 1959.

Nama belakang Basri diambil dari nama ayahnya, Hasan Basri Batubara, sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ayahnya.

Pria berdarah Batak yang juga merupakan salah seorang keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik ini turut menjadi salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) yang nantinya akan berkembang menjadi Partai Amanat Nasional hingga akhirnya dia dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal yang pertama dan pasca Kongres I di Yogyakarta dipercayakan sebagai salah satu Ketua.

Dia juga menjadi pendiri beberapa organisasi nirlaba lainnya seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.

Sejak mahasiswa, Faisal sudah aktif di berbagai organisasi. Dia masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada tahun 1978 tatkala kampus sedang bergejolak. Gejolak politik membawanya kian larut dalam berbagai gerakan organisasi.

Setelah menyelesaikan studinya di sana, Faisal kemudian diangkat menjadi dosen mata kuliah baru yakni Ekonomi Politik yang baru diperkenalkan di FEUI pada akhir 1980-an. Pada tahun 2000, Faisal ditunjuk untuk menjadi anggota Tim Asistensi Ekonomi Presiden RI.

Setelah mundur dari PAN pada awal 2001, dia tetap aktif dalam kehidupan politik. Faisal mendirikan organisasi politik Pergerakan Indonesia (PI) dan menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional sejak Kongres I tahun 2004 sampai 2010.

Ia tercata pernah menjadi Anggota American Economist Association (AEA), Anggota Society for International Development (SID).

Atas dedikasinya, ia memperoleh penghargaan di antaranya "Dosen Teladan III Universitas Indonesia (1996)", Penghargaan “Pejuang Anti Korupsi 2003,” diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), 2004 dan "FEUI Award 2005" untuk kategori prestasi, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial kemasyarakatan 2005.

Pemred Indonews.id bersama sesama alumni SMAN III Teladan Jakarta Ekonom Senior Faisal Basri

Abiprayadi Riyanto

Pria yang akrab dipanggil Abiprayadi ini lahir di Jakarta pada 2 Oktober 1957. ia telah banyak menduduk posisi penting di berbagai lembaga keuangan sebelum dirinya didapuk menjadi Presiden Direktur Mandiri Sekuritas pada 1 Desember 2012.

Ia antara lain pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi pada 2004-2012, Managing Director Mandiri Sekuritas pada 2002-2004, Technical Advisor NISP Sekuritas pada 2002.

Sebelum itu, yakni antara 1996 hingga 2001, ia menjabat sebagai Presiden Direktur dan Country Manager PT ABN AMRO Manajemen Investasi pada 1996-2001. Semantara jabatan Associate Director dan PT Mees Pierson Finas Investment Management ia jabata pada 1990-1996.

Jabatan yang diraihnya tidaklah mudah, karena gelar pendidikannya yang sangat mumpuni, seperti meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Gajah Mada (UGM) pada 1986 dan gelar Master of Business Administration (MBA) dari Indonesia Institute of Management pengembangan (IPMI) pada 1990.

Pemred Indonews.id bersama sesama alumni SMAN III Teladan Jakartabankir senior Abiprayadi Riyanto

Darwin Cyril Noerhadi

Pemerintah menetapkan tiga nama sebagai dewan pengawas SWF Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Investasi. Salah satunya adalah Darwin Cyril Noerhadi, seorang alumnus SMAN III Teladan Jakarta.

Sebelum ditunjuk menjadi pengawas SWF Indonesia atau Lembaga Pembiayaan Investasi, Darwin Cyril Noerhadi tercatat sebagai Ketua dewan investasi perusahaan investasi Creador Capital Group.

Perusahaan investasi ini memiliki portofolio bisnis yang membentang di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Cyril telah bergabung dalam firma investasi ini sejak 2011. Sebelumnya, dia menjalankan karir sebagai CFO pada perusahaan minyak yang didirikan Arifin Panigoro, PT Medco Energi International. Ini seiring dengan pendidikannya sebagai sarjana Geologi ITB.

Alumnus doktoral manajemen strategis di Universitas Indonesia ini juga tercatat sebagai Corporate Finance Partner di kantor PricewaterhouseCoopers Jakarta.

Peraih MBA bidang Keuangan dan Ekonomi dari University of Houston ini juga pernah tercatat sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia.

Darwin Cyril juga tercatat sebagai komisaris PT Austindo Nusantara Jaya (ANJT), Presiden Komisaris pada jaringan PT Medikaloka Hermina pengelola rumah sakit Hermina, ia juga pernah menjadi Komisaris Utama Mandiri Sekuritas.

Marita Alisyabana

Presiden Joko Widodo telah mengumumkan dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI), dana abadi Indonesia yang bernama Indonesia Investment Authority (INA).

Dari lima nama tersebut, salah satu yang menarik adalah Marita Alisjahbana. Ia satu-satunya perempuan yang dipilih untuk berada dalam jajaran itu.

Menariknya juga, ia ternyata merupakan putri dari sastrawan angkatan Pujangga Baru serta pendiri Universitas Nasional, Sutan Takdir Alisjahbana (STA).

Sebagai informasi, Sutan Takdir Alisjahbana, ayah Marita, adalah salah satu sastrawan terkemuka Indonesia yang mendirikan dan memimpin majalan Poedjangga Baru, era 1933-1942 dan 1948-1953.

Ia juga berjasa terhadap modernisasi bahasa Indonesia sehingga menjadi bahasa nasional saat ia pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936).

Kembali ke Marita. Ia didapuk menjadi Chief Risk Officer di lembaga dana abadi pemerintah tersebut. Sebelum didapuk menjadi direksi LPI, ia menjabat sebagai Country Risk Manager Indonesia untuk Citi sejak 1988 sampai sekarang (32 tahun).

Lulus dari ITB jurusan arsitektur tahun 1975-1982. Lalu Marita menanamatkan jenjang master arsitektur pada 1986 dari University of California Los Angeles, sebagaimana tercantum di situs LinkedIn pribadinya.

Pembentukan INA sendiri diperintah langsung UU Cipta kerja, kelembagaan kerja jelas sebagaimana diatur dalam PP Nomor 74/2020. INA juga dijamin menjadi institusi profesional yang dilindungi UU dan menggunakan pertimbangan profesional dalam menentukan langkah-langkah kerjanya.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait