Nasional

LPER Berharap Kebaya Menjadi Bagian Pemulihan Ekonomi Nasional

Oleh : luska - Selasa, 06/04/2021 08:25 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Komunitas Perempuan yang tertergabung dalam Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) mendorong masyarakat Indonesia menggunakan busana kebaya, dengan demikian kebaya dapat dibawa ke UNESCO untuk diakui sebagai busana khas perempuan Indonesia.

Demikian kata pembuka Lana T Kuntjoro selaku Ketua Panitia Kongres Kebaya Nasional 2021. Kongres diselenggarakan secara daring pada tanggal 5-6 April 2021.

Keynote speaker Pixy, SE., M.Phil (mewakili Menteri Koperasi dan UKM yang mendadak Ratas dengan Presiden Jokowi) pada acara diskusi yang bertema: "Mengembangkan Potensi Ekonomi Kebaya sebagai Pendukung Gerakan Budaya" Ia mengatakan "busana kebaya yang dikonotasikan kuno oleh kalangan anak muda, berpotensi memiliki peluang pasar untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Maka keberadaan para desainer muda, sangat dibutuhkan untuk merancang busana kebaya yang disesuaikan dengan gaya hidup milenial dimasa sekarang. Agar sampai pada tahap mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO, maka kebaya harus terus dibudayakan di dalam negeri secara terus menerus tidak berhenti pada even tertentu namun sampai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara" ungkapnya.

Masih menurut Pixy, "bahwa Kementeriannya telah menyediakan pelatihan, pendampingan bagi pelaku usaha khususnya UMKM, memasarkan ke marketplace".

Kebaya secara tradisional dipakai juga oleh penduduk Singapura, Brunei dan Malaysia disebabkan mereka dan Indonesia serumpun Melayu,sehingga menjadi pangsa pasar yang bisa dikembangkan.

Nara sumber bidang ekonomi Dr. Francisca Sestri, MM. Sekjen LPER dan Pembantu Ketua I STIE Insan Pembangunan, mengungkapkan disaat pertumbuhan ekonomi minus, UMKM terdampak, Daya beli masyarakat anjlok di pertengahan 2020, mengakibatkan  pengangguran bertambah 2,6 juta orang pada tahun 2020.  Tekstil dan Pakaian Jadi yang pada tahun 2019 tumbuh lebih dari 7 % diharapkan memberikan peluang untuk bangkit kembali melalui pengembangan industri kebaya dan turunannya seperti kain,sarung, songket dan perhiasan. Bagi  pelaku UMKM yang terkendala modal kerja, dapat mengakses Fintech  produk keuangan dengan persetujuan OJK menjadi pembiayaan yang solutif. 

Kolaborasi antar pihak terkait, menjadi keharusan diantaranya, dengan pemerintah pusat, pemda, BUMN,Perbankan, dan  asosiasi -asosiasi lainnya, guna mewujudkan kesepakatan antara Pemerintah terkait, Asosiasi,Pelaku Usaha,Desainer dan DPR-RI agar harapan Perempuan Berkebaya se Nusantara, pada saatnya terwujud dan diakui Pemerintah sebagai "Hari Berkebaya Nasional" seperti halnya Batik yang kita kenal.

Maka dari itu peran media akan menjadi tulang punggung, alat ampuh dalam mengomunikasikan serta mempromosikan kebaya baik tingkat lokal, nasional dan global yang pada akhirnya akan berkontribusi mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Nara sumber Lenny Agustin designer muda dan fokus mengembangkan kebaya dengan pasarnya milenial. Oleh karenanya karya designnya tetap tumbuh disaat pandemi covid-19 melanda Indonesia. Contoh yang sudah sehari hari ada repead order untuk acara formal, pernikahan, wisuda dan lain-lain, secara ekonomi sangat menjanjikan. Lenny juga menambahkan agar para perempuan Indonesia, minimal ada 1 kebaya dalam lemari pakaiannya,dengan penuh harap.

Sedangkan perancang busana Musa Widyatmojo, mengupas tentang fashion kebaya agak rumit dan tidak mudah, karena harus memenuhi kriteria tata krama dan sosial, peraturan- peraturan seperti adat Jawa  sehingga fashion ini dapat diterapkan, dan kapan didobrak sehingga kebaya harus berevolusi menyesuiakan acara, tempat dan kondisinya. Ia mengatakan "Berkebaya seharusnya secara otomatis menjadi life style masyarakat, hingga tidak ditinggalkan kaum muda".

Pemakaian kebaya ini tidak hanya pada momen khusus seperti hari Kartini, atau Hari ibu, kongres perempuan saja, namun harus sudah menjadi kebiasaan. Disini tugas bersama dan bukan hanya desiner untuk mempromosikan kebaya, para pelaku usaha diharapkan menciptakan demand dan suppy akan menyeimbangkan kebutuhan pasar tersebut, harapan kedepan kebaya mampu bertahan mengikuti perubahan zaman.

Diskusi ini dipandu oleh Dewi Suspaningrum selaku moderator, dengan sigap ia menjelaskan pertanyaan- pertanyaan peserta kongres yang jumlahnya lebih dari 500 orang, baik dari dalam maupun luar negeri. (Lka)

TAGS : Lper kebaya

Artikel Terkait