Nasional

Usai Idul Fitri, Kita Harus Terus Jaga Fitra Kemanusiaan dan Kesuciaan

Oleh : very - Senin, 17/05/2021 17:47 WIB

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Mathla`ul Anwar (PBMA) KH Oke Setiadi Affendi, M.Sc. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Umat Islam baru saja merayakan hari raya Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19 pada pekan lalu. Meski Idul Fitri sudah berlalu, namun hingga saat ini umat Islam di dunia termasuk di Indonesia masih terus merayakan Idul Fitri sebagai puncak kemenangan dan kebahagian. Masyarakat masih terus melakukan silaturahmi ke sanak saudara dan handai taulan sebagai upaya untuk menjalin dan menjaga tali silaturahmi. Momen Idul Fitri harusnya dapat semakin memperkuat semangat kebersamaan dan persaudaraan kita.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Mathla`ul Anwar (PBMA) KH. Oke Setiadi Affendi, M.Sc, mengatakan bahwa Ramadan dan Idul Fitri merupakan hari kemenangan. Dia bukan sekadar menang melawan hawa nafsu, tetapi bagaimana kita di hari Idul Fitri bisa kembali kepada jati diri kita sebagai manusia, kembali kepada fitrah kita, kepada jati diri kemanusiaan kita.

“Nah ini, memang salah satu (bentuk) menjaga Fitrah kita, menjaga kemanusiaan diri kita, tentunya bukan hanya di Bulan Romadan saja, tetapi juga di luar bulan Ramadan seperti sekarang ini usai Idul Fitri, tentunya harus terus kita jaga fitrah kita, kemanusiaan kita atau kesucian kita,” ujar KH. Oke Setiadi Affendi, M.Sc, di Jakarta, Senin (17/5/2021).

Tetapi ia menyebut bahwa khusus di Bulan Ramadan harusnya upaya kita dalam memelihara fitrah, insaniyah kita atau kemanusiaan kita seharusnya bisa lebih kreatif, bahkan lebih luar biasa lagi setelah Idul Fitri. Karena kita sudah selesai menjalankan ibadah puasa.

“Lalu bagaimana cara kita kemanusiaan diri kita? Ya tentunya kita tidak terlibat dalam hal-hal yang tidak berguna yang dapat merugikan orang lain, apalagi kalau sampai merusak. Untuk itu mari jaga fitrah kita setelah Idul Fitri ini,” tegas pria yang juga dosen bidang Ekonomi Islam di Universitas Mathla`ul Anwar itu melaui siaran pers Pusat Media Damai BNPT, di Jakarta, Senin (17/5).

Lebih lanjut Kiai Oke juga menyampaikan bahwa bukan hal yang tidak berguna saja yang tidak diperbolehkan, apalagi yang merusak orang lain atau masyarakat. “Nah hoaks dan penyebaran provokasi ini adalah bagian dari sesuatu yang merusak orang lain dan juga merusak diri kita. Di luar dia tidak lagi puasa seperti sekarang pun tidak baik, apalagi ketika dia kemarin sedang mengerjakan ibadah puasa,” jelas Oke.

Oleh karena itu pria yang juga sebagai Council Member of UNIW (Union NGO’s of Islamic World) berharap bahwa situasi pandemi Covid-19 ini agar bisa segera berlalu. Kemudian dia juga mengingatkan dengan situasi pandemi yang ada ini tentu harus disikapi dengan prihatin. Karena ia menyebut dengan situasi pandemi seperti ini kita sudah banyak saudara-saudara kita yang kembali kepada Allah SWT atau wafat.

“Sehingga dengan Idul Fitri kemarin ini yang masih dalam situasi pandemi Covid-19 ini maka dikembalikan oleh Allah SWT, fitrah kita setelah sebulan penuh kemarin berpuasa, keprihatinan kita, kemudian mawas diri kita harusnya lebih besar lagi di tengah situasi pandemi ini,” terangnya.

Meskipun begitu, peraih gelar Master dari International Institute of Islamic Economic Islamabad Pakistan itu menyebut bahwa dengan kemajuan teknologi saat ini kita bisa tetap dapat berkomunikasi dan menjalin silaturahmi dengan teknologi. Pun demikian, menurutnya dengan teknologi juga bisa mengirim paket baik makanan mentah sampai makanan jadi pun bisa dikirim lewat paket secara cepat.

“Jadi karena situasi ini kita berharap rasa empati kita ini kita sampaikan kepada saudara-saudara kita walaupun tidak harus bertatap muka, walaupun tidak harus berbentuk  kerumunan yang besar. Bisa berupa kiriman pesan lewat teknologi, bisa bertukar pikiran lewat teknologi, bertukar ucapan selamat juga lewat teknologi, bahkan berkirim sesuatu barang pun juga bisa dengan teknologi dan berbagai macam cara,” ujarnya.

Dirinya juga menambahkan, pada Idul Fitri tahun ini untuk kedua kalinya pemerintah melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman karena sebagai upaya pencegahan Covid-19. Oleh karena itu dengan puasa yang telah dilakukan di Bulan Ramdan jika umat muslim ridho maka hal tersebut sudah menjadi ketentuan Allah yang menciptakan alam semesta ini.

“Sehingga dengan keridhaan kita kepada ketentuan Allah ini, apa saja yang kemudian menjadi turunan dari ketentuan Allah ini, misalnya saja pemerintah telah menganjurkan  kepada kita, bahkan meminta dengan tegas agar kita tidak pulang kampung, maka kita harus melakukannya demi kebaikan kita bersama,” ucap peraih gelar Sarjana bidang Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia ini.

Dia mengatakan, menunda kesenangan untuk tidak berkumpul merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman tentunya ada relevansinya dengan tujuan puasa Ramadan. Karena dengan puasa untuk menahan hawa nafsu yang bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menunda kesenangan untuk  berkumpul dengan keluarga di kampung halaman agar tidak menyebarkan virus Covid-19 itu.

“Karena kumpul dengan keluarga itu memang menyenangkan, tapi karena risikonya tinggi di tengah pandemi ini, ya kita tunda dulu pertemuan itu.  Karena hal itu  demi kebaikan untuk semua masyarakat. Bukan buat kita saja, tetapi buat seluruh masyarakat, termasuk kita sendiri dan keluarga,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait