Nasional

Usada Barak, Obat Tradisional Bali yang Diklaim Ampuh Percepat Sembuhkan Penderita Covid-19

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 24/06/2021 19:45 WIB

Ketua Tim Ahli Pembangunan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt., M.Si

Jakarta, INDONEWS.ID - Sejak Novel Corona Virus 2019 atau Covid-19 menyerang Indonesia pada awal Maret 2020 lalau, negara dibuatnya jadi tak berdaya.  Virus yang banyak memunculkan spekulasi nan mematikan ini, tak hanya melumpuhkan sektor kesehatan, namun juga  ekonomi. Lebih jauh, virus ini bahkan mampu mengubah tatanan sosial dan budaya masyarakat dunia.

Pasalnya, kemunculan virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China berjenis SARS-CoV-2 ini statusnya benar-benar baru. Sehingga belum ada temuan obat yang dapat menyebuhkan para pasien yang terpapar.

Ketika seseorang dinyatakan positif, kemungkinan untuk sembuh dan selamat dari sangat kecil, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan atau penaykit penyerta.

Hal ini membuat negara dan seluruh stakeholdernya mengerahkan segala daya upaya untuk menemukan obat dalam rangka melawan virus yang menjadi pandemi ini.

Salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali. Sejak awal pandemi, Pemprov Bali telah melibatkan berbagai potensi kearifan lokal dalam penanganan Covid-19 di daerah tersebut. Salah satunya pengobatan tradisional Usada Barak.

Langkah yang diambil Pemprov Bali adalah menunjuk Prof. Dr. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt., M.Si untuk bergabung dalam Tim guna meneliti Usada Cukil Daki dalam penanganan Covid-19. Prof Made Gelgel yang juga bekerja sebagai dosen Farmasi FMIPA Universitas Udayana itu pun ikut menjadi Anggota Tim Ahli Pembangunan Provinsi Bali bidang Kesehatan dan Pendidikan.

Berbekal keahlian farmasi bahan alam dan toksikologi forensik, Made Gelgel mencari potensi tanaman lokal Bali yang sudah tertuang dalam lontar Usada untuk membuat ramuan pemanfaatan arak sebagai bahan dasar pengobatan.

Berdasarkan hasil kajian, penelusuran dan penelitian bersama Timnya, sosok yang lebih akrab dipanggil Prof Gelgel ini pun akhirnya mendapatkan potensi beberapa ramuan yang berasal dari bahan arak, ekstrak daun lemo atau jeruk purut, dan minyak daun kayu putih.

Alhasil, Tim Ahli Pembangunan Provinsi Bali ini sukses mempersembahkan produk bernama Usada Barak Aromatheraphy dalam upaya penanganan covid-19.

Prof Gegel menjelaskan Usada Barak merupakan terobosan produk herbal inovasi berbasis kearifan lokal Bali dengan khasiat membantu mengurangi gejala pada penyakit saluran pernafasan dan sebagai aromaterapi yang menyegarkan dan menenangkan.

"Kita telah menguji secara empiris, ramuan ini kita coba pada pasien OTG yang diisolasi. Efek yang ditimbulkan adalah melegakan pernafasan," tutur Prof. Gelgel dalam sambungan telpon pada Kamis (24/6/21) siang.

Prof Gelgel menjelaskan bahwa ketika seseorang terpapar virus covid-19, masalah kesehatan yang dihadapinya adalah gangguan pernafasan. Pasien covid-19 akan mengalami sesak nafas.

"Problematis covid-19 itu sendiri adalah sesak nafas. Jika kita legakan pernafasan, udara atau oksigen bisa masuk dengan gampang, tidak terhambat, otomatis penyembuhan akan lebih cepat terjadi. Efeknya, mereka yang menggunakan obat ini," tambah Prof Gelgel.

Ramuan tradisional Bali ini lantas diklaim ampuh mempercepat penyembuhan pasien Covid-19, terutama pasien dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Sebab, cara kerja obat ini yakni melegakan pernapasan, meningkatkan asupan oksigen, dan membantu meningkatkan sistem imun tubuh.

Prof Gelgel menyampaikan bahwa ramuan Usada Barak ini telah memiliki izin edar sebagai obat tradisional dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan nomor TR-23682391.

Prof Gelgel menyatakan, pihaknya telah melakukan uji coba empiris terkait khasiat obat ini pada pasien OTG yang diisolasi berdasarkan izin Gubernur dan Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Bali.

Hasilnya, obat Usada Barak ini dapat mambantu meningkatkan level kesembuhan pasien terinfeksi virus corona di Bali dari 51% pada Juni 2020 menjadi 89,72% pada minggu ketiga Oktober 2020.

Menurutnya, hampir semua pasien yang diterapi uap Usada Barak sembuh. Hanya 1% yang dirujuk ke rumah sakit karena faktor penyerta lainnya.

Terapi uap Usada Barak diklaim memberikan tingkat kesembuhan 67% dalam dua hari dan 95% setelah terapi selama delapan hari.

Hal yang berbeda diperoleh pada kelompok pasien yang tidak mendapatkan terapi Usada Barak. Tingkat kesembuhan pada hari ke-2 hanya 3%, dan hingga hari ke-8 berkisar 54%.

Proge Gelgel juga menuturkan bahwa sampel obat Usada Barak ini tercatat telah didistribusi ke luar negeri antara lain ke Amerika Serikat, Jerman, Finlandia, Brazil dan Ukraina.

Kandungan Usada Barak

Lebih lanjut, Prof Gelgel menjelaskan bahwa Tim Peneliti menyebut ramuan arak tersebut dengan nama Formula F2C Tetabuhan C19.

Formula F2C Tetabuhan C-19 merupakan komposisi akhir produk Usada Barak, yang terdiri dari ekstrak daun jeruk puruk dalam arak, dan minyak kayu putih (olium Eucalyptus globulus).

Arak yang digunakan berasal dari destilasi hasil fermentasi tuak menggunakan ragi lokal. Fermentasi itu umumnya menghasilkan sejumlah kecil metanol.

Metanol itu dihilangkan dengan alat destilasi khusus. Alat tersebut mampu menghilangkan metanol sekaligus mengekstrak kandungan aktif daun jeruk purut.

Sehingga formula tersebut menghasilkan ekstrak Citrus Hystric folium 33% dalam arak terdestilasi, 3% olium Eucalyptus yang ditambah air hingga 100%.

Ia menambahkan, kandungan food grade etanol memiliki fungsi membersihkan secara menyeluruh bagian dalam rongga hidung dan mengoptimalkan mekanisme pengeluaran partikular asing, salah satunya virus di saluran pernafasan.

"Sementara eucalyptol, yang merupakan kandungan dalam minyak daun eucalyptus diketahui menunjukan sidat mukolitik dan bronkodilator pada saluran pernafasan," terang Prof Gelgel.

Selanjutnya kandungan ekstrak daun jeruk purut, berdasarkan penilitiannya menunjukan bahwa ekstrak citrus hysterix memiliki inhibitory effeck yang dapat menghambat bakteri patogen pada sluran pernapasan.

Selain itu, ungkap lulusan doktoral dari Institute Farmasi-Universitas Hamburg ini, adalah terletak pada penggunaan bahan herbal yang sudah terstandarisasi dengan data ilmiah sebagai penunjang klaim kasiat.

"Juga efek samping yang sangat rendah ditinjau dari aspek toksikologi forensik," beber mantan Kepala Laboratorium Kimia Forensik-Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana ini.

Ketua Jurusan Farmasi, FMIPA Udayana 2008 – 2016 ini juga menuturkan banwa formula Usada Barak ini telah didaftarkan untuk mendapatkan Paten Sederhana, dengan Nomer pendaftaran No HKI.3-KI.05.01-S00202005710 di DJKI KemenKumHam dan telah didafarkan ijin edarnya ke BPOM sebagai Produk Jamu dengan ijin edar POM TR 203682391.

"Berdasarkan izin dan arahan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, formula tersebut digunakan oleh pasien tanpa gejala di seluruh tempat karantina di Bali," pungkasnya.

Selanjutnya, terbit Peraturan Gubernur Bali Nomor 55 tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali yang melegalkan penggunaan formula tersebut. Formula itu pun digunakan sejak 1 Juli 2020 hingga sekarang.

Dalam Pelayanan Kesehatan Tradisonal Bali Empiris, ramuan Usada Barak diberikan tiga kali sehari kepada pasien OTG.

Berdasarkan survei pada penerapan minggu pertama Juli 2020, sebanyak 176 pasien OTG merasakan efek ramuan Usada Barak. Pasien menyatakan mendapatkan efek pernapasan yang lebih lega, hingga hilangnya sesak napas dan hidung tersumbang.

Berdasarkan uji empiris tersebut, Tim Ahli menyimpulkan bahwa Usada Barak memiliki efek melegakan pernapasan yang dapat membantu meningkatkan asupan oksigen ke dalam tubuh.

"Efek tersebut juga dilaporkan dalam Lontar Usada Cukil Daki. Untuk penderita Covid 19, asupan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh," imbuh Prof Gelgel.

Hal tersebut bisa membantu tubuh membentuk imunitas untuk melawan virus corona. Selain itu, pernafasan yang lebih lega dapat membantu pasien beristirahat dengan cukup sehingga dapat mempercepat kesembuhan.

Penggunaan dan Harga

Cara penggunaan obat ini juga terbilang mudah yakni dengan inhalasi atau dihirup dengan menggunakan alat nebulizer atau nano spray.

Obat ini cukup terjangkau. Saat ini, dikatakan Prof Gelgel, masyarakat dapat memiliki obat ini dengan harga Rp75.000 dan akan mendapatkan nano spray sebagai aplikator penggunaan obat ini.

"Harga kita kasih support ke masyarakat. Jadi yang tadinya harga 135.00 dengan nano spraynya, sekrang kita kasi bonus nano spraynya untuk bantu masyarakat. Jadi cukup bayar 75.000," tutup Prof Gelgel.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait