Opini

Rasa Bahagia Itu Menguatkan Batin yang Resah

Oleh : luska - Selasa, 31/08/2021 08:49 WIB

by : Noryamin Aini (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)

Saya selalu mengatakan bahwa kehidupan ini sungguh tidak selalu indah, tidak selalu mudah. Ini faktual. Duka personal, bencana, tragedi, bahkan katastropi, terkadang datang silih berganti, seakan tidak mengenal kesedihan para korbanya. 

Inilah realias hidup. Mau disesali? anda mau mencari pihak yang akan ditumbalkan? mau lari dari kenyataan? terus menyiksa diri lebih lama lagi dalam duka yang menyengsarakan? 

Sudah tidak zamannya lagi menghidupkan perasaan sengsara seperti ini. Itu penyakit orang-orang tertindas. 

Baca juga : UJI MIND-SET

Sahabat! Dalam duka pandemi Covid-19, banyak di antara kita yang kehilangan orang-orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Sesal dan keluh sedih pun tidak ada gunanya. Keluh kesah, sedih tidak akan mengembalikan hidup orang-orang yang wafat, mereka yang telah pergi meninggalkan kita. 

Lepaslah kepergian mereka dengan doa. Janganlah bersedih, karena duka lara yang berlanjut membuat kita tenggelam dalam ketidak-berdayaan. Terjebak dalam penjara kesedihan membuat kita sulit move on.

Jika hari-harimu sering dirias oleh pengalaman buruk, bahkan kejam, maka ingatlah kutipan bijak ini:

"Jiwa yang bahagia adalah perisai terbaik untuk dunia yang kejam".

Bahagia itu pilihan. Jangan biar hati kita terus diusik sedih oleh duka dunia yang tidak bersabahat. Hari esok akan datang dengan buah tangan yang membahagiakan.

Ku pilih rasa bahagia, karena itu perintah Allah. Bahagia itu indah, dan membuat dunia terasa menyenangkan. Dalam batin bahagia selalu ada syukur. Alhamdulillah.

Pamulang, 30 Agustus 2021
#Semua-hal-yang-berlalu-tidak-akan-kembali.

TAGS : Noryamin aini

Artikel Terkait