Daerah

Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur NTT

Oleh : Mancik - Kamis, 09/09/2021 10:34 WIB

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, saat melakukan kunjungan kerja di di Desa Colol, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.(Foto:sorotntt.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, terus melakukan upaya pengembangan terhadap berbagai desa wisata. Beberapa desa wisata dikembangkan sesuai dengan karakteristik loka desa setempat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai Timur, Albertus Rangkak, mengatakan, pihaknya telah merencanakan pengembangan desa wisata berbasis masyarakat dengan fokus pada lima desa potensial. Kelima desa tersebut memiliki potensi masing-masing untuk dikembangkan sebagai desa wisata.

"Dalam konsep ini masyarakat digerakkan sebagai pelaku utama dalam pembangunan pariwisata terutama pembangunan desa wisata," kata Albertus Rangkak seperti dikutip media ini dari Antara, Kamis,(9/9/2021)

Albertus memberikan penjelasan secara terperincis mengenai potensi masing-masing desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata berbasis masyarakat oleh Pemda Manggarai Timur. Desa-desa ini yakni Desa Colol, Desa Golo Loni, Desa Compang Ndejing, Desa Bamo dan Desa Nanga Mbaur.

Desa Colol terkenal sebagai desa dengan penghasil kopi. Karena itu, sangat tepat untuk dikembangkan konsep agrowisata kopi. Selain itu, desa Colol berpotensi menampilkan antraksi budaya.

Desa Golo Loni terkenal dengan wisata buatan Golo Depet, river tubing, wisata pertanian, dan pesona Danau Rana Mese. Adapun Desa Compang Ndejing terkenal dengan potensi wisata pantai, aktivitas nelayan, dan aktivitas pertanian seperti pengolahan sawah secara tradisional.

Desa Wisata Bamo dikenal dengan potensi kemampuan menampilkan atraksi seni budaya tarian vera, ritual adat kebhu, perkemahan di sabana Nanga Rawa, wisata pantai, dan aktivitas nelayan. Adapun Desa Wisata Nanga Mbaur dikenal dengan wisata pantai, pengamatan satwa langka buaya darat (rugu) atau komodo, dan atraksi pertanian masyarakat lokal.

Keberadaan lima desa wisata ini, tegas Albertus, akan dikembangkan dengan konsep desa wisata berbasis masyarakat yakni melibatkan seluruh kekuatan masyarakat dalam merencanakan dan mengembangkan seluruh potensi wisata di desa.

Hal ini dapat dilakukan dengan menyiapkan beberapa paket wisata bekerja sama unsur pemerintah daerah.

Dalam mewujudkan rencana di atas, kata Albertus Pemda Matim akan melakukan berbagai macam pelatihan pengelolaan desa wisata, pengelolaan homestay, digitalisasi branding, pemasaran dan pelatihan memandu.

Albertus berharap, program mendapat dukungan dari semua pihak. Dengan demikian, keberadaan desa wisata semakin maju dan ekonomi masyarakat semakin meningkat.*

Artikel Terkait