Opini

Partai Demokrat di Tengah Badai

Oleh : indonews - Kamis, 09/09/2021 13:09 WIB

Tenaga Ahli DPR RI Komisi III, Wilibaldus Kuntam.(Foto:Istimewa)

Oleh: Wilibaldus Kuntam*)

INDONEWS.ID - Partai Demokrat memasuki usia 20 tahun pada tanggal 9 September 2021. Partai ini, sebagaimana juga partai yang lainnya, didirikan bukan tanpa alasan. Alasannya sederhana. Partai Ingin agar negara ini menjadi nasionalis, religius, demokratis, sejahtera dan seterusnya.

Nyatanya negara ideal yang diharapkan oleh Partai Demokrat tak kunjung tercapai. Idealitas di satu sisi dan realitas di sisi lain selalu saja kontradiktif. Bagai mencampurkan air dengan minyak.

Semenjak partai ini berdiri hingga kini, berbagai persoalan kebangsaan yang dinamis dan kompleks tak bisa terhindarkan. Di tengah situasi seperti ini, Partai Demokrat berharap menjadi instrumen politik guna menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan yang ada.

Tentu saja ini bukan proyek sosial dan politik yang rampung dalam waktu yang singkat melainkan butuh waktu yang relatif lama. Apakah ini khayalan semata? Tentu tidak. Untuk itu, tak salah bila sejenak mengenang sepak terjang masa lalu partai ini.

Mengenang Masa lalu

Masa lalu Partai Demokrat penuh dengan kisah gemilang. Saya bisa sebutkan beberapa contoh. Pemilihan umum legislatif tahun 2009, Partai Demokrat mendulang suara terbanyak dan menguasai parlemen. Pada pemilihan presiden 2005 dan dan 2010, Partai Demokrat pun menang dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden.

Beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Selama menguasai parlemen dan menjadi presiden dua periode, Partai Demokrat telah membuat program yang dikenang hingga saat ini. Berbagai kesuksesan partai membangun negeri pada beberapa periode memimpin pun tak bisa terbantahkan.

Sampai saat ini, apa yang dibuat Partai Demokrat pada masa lalu justru diteruskan pemerintahan pada masa sekarang. Soal ini masyarakat dan elit sekalipun mesti mengakuinya. Tak perlu merasa malu dan gensi-gensian mengakui semuanya ini.

Semua kesuksesan partai pada masa lalu telah membawa kesan abadi badi di hati rakyat. Namun, sejarah acapkali berbalik arah. Selain berkesan dan dikenang rakyat, partai pun mesti rela dilupakan rakyat. Bolehlah ini dibilang badai. Badai seperti ini tak bisa ditunggu agar berlalu, tapi mesti menyiasatinya.

Menghadapi Badai

Masa lalu Partai Demokrat tak berjalan tanpa badai yang kompeks dan dinamis. Tak hanya eksternal tapi juga internal. Tentu badai dan konflik adalah niscaya bagi partai politik manapun. Mengapa? Sebab kehidupan selalu berdialektika. Bila yang satu negatif maka yang lain positif. Namun, setiap negativitas mengandung dalam dirinya positivitas. Inilah yang disebut dialektika. Memang bila direnung, dunia ini tanpa dialektika, rasanya lumayan aneh, gersang seperti padang pasir dan sedamai kuburan.

Partai Demokrat pun senantiasa hidup dalam dialektika. Semula menang kemudian kalah. Setelah lama berkuasa pada gilirannya juga akan kehilangan kekuasaan. Soal ini, saya hanya memberikan beberapa contoh. Pada pemilihan legislatif 2014 dan 2019, Partai Demokrat memperoleh suara yang cenderung menurun.

Begitu pun pada pemilihan presiden. Pemilihan presiden tahun 2015 tak bisa mengusung kader partai. Hal yang sama pun terjadi pada pemilihan presiden 2020. Partai Demokrat tak bisa mengusung kader partai dan calon yang diusungnya kalah dalam pertarungan. Semuanya ini adalah kenyataan masa lalu.

Masih ada kenyataan lain yang tak boleh terlupakan. Belum lama ini, Partai Demokrat ingin diambilalih oleh Moeldoko yang bukan kader partai. Ini merupakan konflik internal yang sangat hebat dalam sejarah partai sejak berdirinya. Di tengah persoalan yang beragam ini, partai terus membangun siasat menghadapi masa depan.

Menyiasati Masa Depan

Partai Demokrat tentu tak bisa menunggu badai berlalu sebab itu merugikan masa depan partai. Sebaliknya, partai harus menyiasatinya. Apa itu bisa? Sangat bisa. Posisi Partai Demokrat sebagai partai oposisi pemerintah saat ini sangat strategis. Kalau dilihat dari komposisinya di senayan, Partai Demokrat terbilang kecil, yakni 54 kursi, sementara partai oposisi lain, seperti PKS, hanya mendapatkan 50 kursi.

Di sisi lain, partai koalisi pemerintah berjumlah 471 kursi. Keduanya bertarung dan pertarungan ini seperti pertarungan Goliath versus Daud. Artinya pertarungan antara dua kekuatan yang sama sekali tak seimbang. Namun, Partai Demorkat bisa menjadi pemenang dalam medan pertarungan. Tentu banyak alasan ini terjadi. Salah satunya adalah posisi Partai Demokrat sebagai partai oposisi.

Partai Demokrat menjalankan peran sebagai partai oposisi dengan baik. Kritik dan solusi atas beberapa persoalan krusial kebangsaan telah dilakukan secara baik Saya sebutkan kasus korupsi. Kasus korupsi yang cenderung bertambah di era pemerintahan Jokowi dinilai merusak generasi kini dan mendatang. Begitu pula soal undang-undang cipta kerja. Partai Demokrat sangat tegas menolaknya.

Ternyata peran oposisi seperti ini mendapat dukungan rakyat banyak. Rakyat sudah memahami bahwa mereka sedang menderita dan negara sedang menghadapi persoalan pelik saat ini dan ke depan. Persoalan pelik bukan hanya karena pandemi covid`19 tapi berbagai persoalan mendasar lainnya. Dalam situasi ini, mereka membutuhkan partai yang kritis dan memberikan solusi.

Soal peluang partai menyiasati masa depan, ada baiknya pula kita membaca survei. Survei beberapa lembaga belakangan ini memberikan sinyal kuat bahwa Partai Demokrat merupakan partai yang banyak didukung rakyat. Misalnya survei VoxPopuli Research Centre yang merilis posisi Partai Demokrat pada posisi ke-3 dengan perolehan suara 11,2 %.

Survei ini bisa saja meleset pengaruh metedologi. Ini tentu biasa dalam dunia survei. Meski begitu, hasil survei yang hampir sama dari setiap lembaga survei tanah air bisa dibilang bahwa Partai Demokrat sudah kembali mendapat dukungan rakyat. Rakyat rupanya tak bisa lagi percaya pada propaganda politik, manipulasi dan kebohongan yang dinarasikan oleh partai tertentu.

Dengan melihat berbagai survei dan kerja nyata partai selama ini, peluang menang dalam pertarungan politik ke depan sangat mungkin. Ulang tahun partai saat ini bolehlah dilihat sebagai momen refleksi dan aksi nyata meraih mimpi merebut kembali kekuasaan yang telah hilang.

Mewujudkan mimpi untuk merebut kekuasaan tentu melewati badai tapi sekali lagi, tak bisa menuggu agar badai itu berlalu. Setiap usaha menyiasati badai akan jatuh cinta pada kesuksesan.*

*)Penulis adalah Tenaga Ahli DPR RI Komisi III

Artikel Terkait