Opini

Kapan Kita Ucapkan Selamat Tinggal Kepada Covid-19?

Oleh : luska - Minggu, 12/09/2021 12:34 WIB

Penulis :Denny JA

- Data lima negara

Virus Covid-19 tidak lagi seganas sebelumnya. Tapi kita akan hidup lebih lama bersama covid-19. Setidaknya, 50 tahun lagi.

Itulah kesimpulan membaca dua kumpulan data, dan satu kumpulan berita.

Para ahli menyebutnya dengan istilah. Kita memasuki era transisi hidup bersama Covid-19 sebagai pandemi, yang perlahan berubah menjadi endemi.

-000-

Data dari Worldometer  itu menunjukkan pola yang sama. Jumlah terpapar setiap hari jauh menurun. Jumlah yang mati setiap hari juga jauh menurun.

Sengaja saya pilih kasus lima negara. Empat dari lima negara itu  ada di  rangking teratas dari sisi jumlah populasi terpapar virus corona. Yaitu Amerika Serikat, India, Brazil dan United Kingdom. Satu negara lainnya: Indonesia.

Dari Amerika Serikat hingga Indonesia, data itu dibuat dalam grafik sejak Febuari 2020 hingga awal September 2021.

Untuk kasus Amerika Serikat, grafik itu nampak seperti gambar beberapa gundukan. Di antara gundukan itu, berdiri dua gunung tinggi. Gunung pertama jauh lebih tinggi dibanding gunung kedua.

Gunung dalam grafik itu dapat dikenali sebagai puncak gelombang serangan Covid-19.

Puncak  gunung pertama  terjadi sekitar tanggal 8 Januari 2021. Ini puncak di Amerika Serikat ketika per hari, yang terpapar Covid-19 sebanyak 304, 810 orang.

Lalu jumlah terpapar terus menurun. Tapi mereka yang  terpapar per hari, menaik lagi mulai tengah Juli 2021. Salah satu puncaknya tanggal 27 Agustus 2021. Total yang terpapar harian 196. 308 orang.

Walau turun naik, tapi data puncak di gunung kedua (gelombang kedua) hanya 60 persen dibandingkan data puncak gunung pertama (196.308 versus 304,810 orang).

Jumlah kematian per hari juga menunjukkan pola yang sama. Grafiknya membentuk dua gunung tinggi di antara gundukan lain. Puncak gunung kedua juga jauh lebih rendah.

Jumlah kematian per hari paling tinggi di Amerika Serikat itu, salah satunya, tertanggal 21 Januari 2021.  Jumlah yang mati hari itu karena virus Covid-19 sebanyak 4.446 orang.

Lalu angka kematian per hari terus menurun. Mulai tengah Juli 2021, jumlah kematian per hari menaik lagi. Puncaknya tanggal 27 Agustus 2021. Jumlah yang mati hari itu 1651 orang.

Jumlah populasi yang terpapar Covid-19 di puncak gelombang kedua itu 60 persen dibanding puncak gelombang kedua. Tapi puncak yang mati di gelombang kedua itu hanya 40 persen dibanding puncak gelombang kedua.

Semakin lama semakin sedikit lagi prosentase yang mati setelah terpapar Covid-19.

Pola dua gunung itu, dua gelombang itu, juga terjadi untuk kasus India, United Kingdom dan Brazil. 

Yang terpapar harian di United Kingdom (puncak 1: 67.775 orang, puncak 2: 47.626 orang). India (puncak 1: 409.300 orang, puncak 2: 36.127 orang). Brazil (puncak 1: 114,552 orang, puncak 2 belum nampak).

Yang mati harian karena Covid-19 di United Kingdom (puncak 1: 1729 orang, puncak 2: 178 orang). India (puncak 1: 5,015 orang, puncak 2: 462 orang). Brazil (puncak 1: 4211 orang, puncak 2: 882 orang).

Kasus Indonesia sedikit berbeda. Namun juga menunjukkan trend menurun signifikan yang sama.

Kasus harian terpapar tertinggi di Indonesia, salah satunya, tanggal 15 Juli 2021: 56. 757 orang. Kini 5 Sept 2021 hanya 5403 orang.

Yang mati paling tinggi per-hari, salah satunya, di tanggal 27 juli 2021: 2069 orang. Kini 6 sept 2021: puncak kematian per hari sekitar 612 orang.

Apa yang kita tangkap dari grafik ini? Covid berkurang keganasannya secara sistematis. Jumlah harian terpapar jauh lebih berkurang, walau di momen tertentu Ia menaik. 

Yang terpapar Covid-19 pun  lebih sedikit menyebabkan kematian.

Apa penyebab menurunnya keganasan Covid-19 secara sistematik ini?

-000-

Jawabannya ada di kumpulan data kedua. Tak lain adalah vaksin, vaksin, vaksin. 

Sengaja kata vaksin diulang- ulang tiga kali. Karena itulah satu satunya pembeda yang ada. Walau mutasi virus bertambah ganas dengan hadirnya varian Delta, vaksinasi tetap bisa menjinakkannya.

Vaksin dimulai di United Kingdom, tanggal 8 Desember 2020. Kini pada tanggal 12 September 2021, sebanyak 41,7 persen populasi di dunia sudah divaksin minimal satu kali.

Di empat negara yang kita jadikan sampel, jumlah vaksin pertama juga signifikan. 

Saat esai ini ditulis, di Amerika Serikat yang sudah divaksin setidaknya satu kali sebanyak 62 persen. United Kingdom: 71 persen. India: 40 persen. Brazil: 66 persen. 

Indonesia masih rendah, tapi terus melaju: 26 persen.

Data menunjukkan mereka yang sudah divaksin bukan jaminan tidak terpapar virus corona. Namun probabilitas terpapar lebih kecil.

Data juga menunjukkan mereka yang divaksin tak berarti tidak akan mati jika terpapar Covid-19. Apalagi kematian dapat juga disebabkan oleh unsur penyakit lain yang diderita.

Namun jelas pula vaksin membuat probabilitas kematian jauh lebih berkurang.

Karena efektivitas vaksin lah, para ahli bersepakat. Covid-19 segera berubah dari pandemi menjadi endemi.

-000-

Aneka penyakit ini pernah menjadi pandemi yang mematikan di zamannya. Tingkat kematian yang disebabkannya bahkan lebih ganas dibanding Covid-19 hari ini.

Ini penyakit yang pernah menjadi pandemi lalu berubah menjadi endemi: Flu. Malaria. Cacar.  Demam (Yellow Fever). Polio. Kolera. 

Pandemi itu sebutan untuk wabah penyakit yang skalanya meluas, skala global. Mendunia. 

Tingkat penularannya eksponensial. Yang tertular per-hari di hari ini bisa lebih banyak dibanding kemarin. Yang tertular besok juga bisa lebih banyak dibanding hari ini.

Resiko kematian yang disebabkannya tinggi. Dan efek wabah bagi kondisi ekonomi juga besar.

Pandemi menjadi endemi ketika tingkat penularannya jauh berkurang. Itu terjadi akibat kekebalan alami atau vaksinisasi.

Ketika Ia menjadi endemi, virusnya tidak pergi. Tapi efeknya hanya datang dan pergi pada kawasan tertentu.

Endemi tak lagi menyebabkan economic breakdown. Ia tak lagi membuat kita Working From Home, Mall tutup, restoran hanya boleh delivery. Sekolahpun hanya online.

Tentu endemi tetap menyebabkan kematian. Namun itu bukan lagi kematian yang berskala massif seperti yang disebabkan pandemi.

Malaria sudah ada sejak tahun 1897 (2). Kini lebih dari 120 tahun malaria masih hadir bersama kita.

Covid-19 juga akan berkarakter sama. Virus ini hadir mulai tahun 2019, bulan desember. Covid-19 sebagaimana Malaria tak akan pergi 3-5 tahun ini.

Para ahli menyatakan setidaknya Covid-19 akan bersama kita hingga 50 tahun lagi.  Tapi di era itu, berbagai jenis vaksin untuk
Covid-19 tersedia.  Juga obat untuk virus ini akan ditemukan.

-000-

Delapan belas esai dalam buku ini anak kandung dari Work From Home, sejak tanggal 3 Juli 2021. Tak terduga, setelah kembali bekerja setelah terkena Covid-19, Indonesia sempat menjadi epicenter dunia bagi wabah itu.

Sejak tanggal 3 Juli 2021, diberlakukan apa yang disebut PPKM darurat.  Aktivitas sosial tatap muka berhenti total.

Dari rumah saja, saya mengisi waktu menjadi Youtuber. Hanya bermodalkan Handphone saja, saya merekam berbagai opini yang berkembang saat itu.

Topiknya meluas. Mulai dari Singapore yang menyiapkan public policy hidup jangka panjang dengan Covid-19. Di era itu juga ada expert judgement yang menetapkan rangking Donald Trump selaku salah satu presiden terburuk di Amerika Serikat sepanjang sejarah.

Topiknya beragama, mulai dari tetap diselenggarakannya di era Covid-19 pameran lukisan 3 dimensi skala raksasa pelukis legendaris Van Gogh. Hingga ulah seorang penduduk memelihara hewan sapinya menjadi sapi memakai masker agar tak tertular Covid-19.

Video opini itu di samping dipublikasi di Youtube hari itu juga, hari ketika Ia direkam, juga beredar luas di berbagai WA grup.

Kini versi transkripsi dari serial 18 video itu dikumpulkan menjadi buku.

Satu berkah dari pandemik ini, dari Work From Home, memberikan saya kegiatan baru menjadi Youtuber. Ia ikut mengubah saya dari menulis teks, kini juga menulis melalui audio visual. Berorasi di depan handphone.

Covid-19 segera berubah dari pandemi ke endemi. Namun 2 tahun pengalaman pandemi telah menciptakan tradisi baru: webinar,  orasi youtube, work from home, online education.

Covid-19 boleh pergi. Namun tradisi positif yang turut dilahirkannya menetap.***

September 2021

(1). Data terpapar dan kematian berasal dari Worldometer.

https://www.worldometers.info › cor...Coronavirus Cases - Worldometer

(2) Malaria sudah ada sejak tahun 1897, dan sebelumnya. Kini 110 tahun kemudian, Malaria masih ada.

https://www.cdc.gov/malaria/about/history/ross.html

TAGS : Denny ja

Artikel Terkait