Opini

Piala Thomas memperkenalkan WADA dan ALDI

Oleh : luska - Rabu, 20/10/2021 07:06 WIB

Penulis : Chappy Hakim (Pusat Studi Air Power Indonesia)

Ditengah keberhasilan, kebanggaan dan kebahagiaan ketika regu bulu tangkis Indonesia meraih sukses menggondol kembali Piala Thomas muncul banyak pihak yang bertanya.   Pertanyaan tentang mengapa Sang Merah Putih tidak berkibar ditengah gemuruhnya lagu kebangsaan Indonesia Raya yang mendirikan bulu roma para pendengarnya.   Terlihat dari 3 bendera negara peraih kejuaraan yang dikibarkan, justru bendera negara sang juara pertama tidak tampak.   Pertanyaan yang tidak ada hubungannya sekaligus tidak mengurangi respect dan rasa bangga kepada para pemain pelatih dan pembina yang telah sukses menjalankan misi meraih juara.  Juara pertama peraih piala yang sangat bergengsi pada cabang olah raga bulu tangkis bernama Thomas Cup.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa ternyata Indonesia tengah menjalani “hukuman berat” dari WADA yang dijatuhkan kepada LADI.   Performa LADI telah menyebabkan WADA menjatuhkan hukuman yang antara lain berisi melarang Indonesia mengibarkan bendera kebangsaan ketika meraih gelar juara di pentas internasional.   Sebuah Ironi ditengah demikian majunya teknologi informasi terutama media sosial, sebagian besar dari khalayak pencinta olah raga tidak tahu menahu tentang adanya hukuman tersebut.   Tidak hanya tentang jenis hukuman yang dijatuhkan, bahkan keberadaan WADA dan LADI pun ternyata banyak yang tidak tahu, benda apa itu gerangan ?

WADA atau World Anti Doping Agency adalah sebuah lembaga yang diinisiasi oleh IOC atau International Olympic Committee dan kantor pusatnya berada di Kanada.   WADA tugasnya mempromosikan, mengkoordinasikan dan memonitor perang melawan narkoba dalam kegiatan olah raga di seluruh dunia.   Sedangkan LADI atau Lembaga Anti Doping Indonesia adalah institusi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan berkait anti doping dalam olah raga di Indonesia.   Konon sudah sejak awal tahun 2021 Indonesia dinilai tidak patuh pada penegakan standar anti doping karena tidak mengikuti program Test Doping Plan yang dibuat pada tahun 2020.  Hal inilah yang menyebabkan Indonesia menerima sanksi yang antara lain tidak boleh mengibarkan bendera negaranya saat menjadi juara di panggung kejuaraan antar bangsa.   Itu sebabnya ketika regu bulu tangkis Indonesia keluar sebagai juara pertama dan meraih piala Thomas, maka pada ritual khusus yang dikenal sebagai “Victory Ceremony”  , upacara penghormatan pemenang, kita harus menerima kenyataan bahwa bendera merah putih di larang dikibarkan. 

Agak sulit mencari penyebab ketika Indonesia tengah menerima hukuman yang sangat serius itu, sebagian besar rakyatnya tidak tahu.   Apabila secara luas diketahui Indonesia tengah menghadapi masalah besar, dipastikan kita semua akan bergotong royong mencari jalan keluar untuk mengatasinya.   Mencari jalan keluar menyelamatkan martabat bangsa dari sebuah hukuman yang sangat cemar dan memalukan.   Perhatian terhadap masalah seperti ini memang terlihat sudah cukup lama luntur.   Kini kita tengah mengikuti proses permasalahan serius lainnya tentang Maskapai Garuda Indonesia.   Perkembangan terakhir terdengar Garuda tengah berada dalam proses menuju “pailit” yang dengan enteng disebut sebagai tidak apa apa karena ada juga negara yang tidak memiliki Maskapai pembawa bendera.   

Kembali tentang Thomas Cup, harus disadari bahwa komunikasi yang kurang transparan dibidang olah raga akan menyebabkan simpang siurnya berita yang beredar.   Berita yang tidak bersumber dari pihak yang kurang layak dipercaya dan tidak kompeten pada akhirnya akan merugikan pembinaan olah raga secara keseluruhan.   Seharusnya sudah sejak awal saat mengikuti kejuaraan Piala Thomas, masyarakat sudah tahu tentang Indonesia yang tengah berstatus sebagai negara “terhukum”.    Dengan demikian tidak akan terjadi banyak pertanyaan tentang tidak berkibarnya Sang Merah Putih saat upacara penghormatan pemenang.    

Perhelatan Thomas Cup usai sudah,  apresiasi yang tinggi  sepatutnya disampaikan kepada regu bulu tangkis Indonesia beserta segenap jajaran pelatih, pembina dan ofisial lainnya yang telah sukses membawa pulang kembali Piala Thomas.   Sebuah prestasi yang sangat membanggakan, ditengah merajalelanya wabah pandemic covid 19 mereka tetap berjuang keras dan berhasil.   Berhasil memulangkan kembali piala Thomas setelah menghilang selama 19 tahun dari bumi pertiwi.   Selamat Sukses dan membanggakan.

Kali ini  pada masa menjelang akhir tahun 2021, ada catatan unik tersendiri pada momentum kembalinya Piala Thomas ke Indonesia. Thomas Cup ternyata telah turut memperkenalkan pada kita semua tentang siapa dan apa itu WADA dan LADI dengan segala dampak dan varian ikutannya.    

Jakarta 19 Oktober 2021

TAGS : Chappy Hakim

Artikel Terkait