Nasional

Sambut Hari Anak Sedunia, Ars86care Foundation Gelar Webinar bagi Guru PAUD

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 30/11/2021 21:33 WIB

Ars86care Foundation Gelar Webinar bagi Guru PAUD

Jakarta, INDONEWS.ID - Peringatan Hari Anak Sedunia pada 20 November, dimulai sejak tahun 1954, dimana keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak disuarakan dalam kebersamaan internasional. Pada tanggal yang sama tahun 1989 Konvensi Hak Anak dideklarasikan oleh PBB.

Sejak saat itu, gaungnya terdengar di penjuru dunia dalam bentuk upaya pemenuhan hak anak, yang salah satunya adalah hak anak untuk mendapat pendidikan yang layak.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju mencetuskan istilah Merdeka Belajar yang merupakan program kebijakan baru beresensi kemerdekaan berpikir, pembentukan karakter, dan belajar di luar kelas.

Berbagai bentuk definisi dan interpretasi dari Merdeka Belajar, banyak yang mengacu pada pendidikan di Finlandia yang memiliki posisi teratas dari ranking pendidikan dunia (Pisa test).

Bagaimana dengan Indonesia? Adakah nilai-nilai karakter asli Indonesia yang bisa digali dari tokoh Pahlawan Nasional di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantoro, mengenai merdeka belajar?

WEBINAR yang diselenggarakan oleh Ars86care foundation pada tanggal 20 November yang lalu berupaya menggali gagasan yang sudah berakar di negeri tercinta ini, dengan tema Merdeka Belajar ala Ki Hajar Dewantara.

DR. Fachruddin Faiz, Doktor lulusan ilmu filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, gagasan Ki Hajar Dewantara dikupas tuntas.

Dibuka dengan konsep pendidikan kerakyatan, bahwa mendidik anak merupakan bagian dari mendidik rakyat. Rakyat yang kuat akan melakukan segala daya upaya untuk membuat negeri ini makmur.

Pendidikan harus bisa membuat anak mencintai bangsanya, dan membuat anak-anak menjadi sosok yang memiliki kemanusiaan. Beliau juga mengkritisi pendidikan cara Eropa yang malah menumbuhkan penyakit “intelektualisme” dan mendewakan angan-angan.

Semangat yang menimbulkan kemurkaan diri dan kemurkaan benda atau individualism dan materialism, yang menyebabkan hancurnya damai dan tentram dalam kehidupan masyarakat.

Prinsip-prinsip hidup merdeka menurut beliau, dapat memahami kodrat alam sebagai petunjuk, bebas dari segala ikatan kepada hal-hal selain Ilahi, dan suci hati. Karakter manusia yang hidup merdeka adalah ketetapan hati dan pikiran yang akan menentukan kualitas seseorang (Tetep – Mantep – Antep).

Merdeka bisa dipahami dalam bentuk percaya kepada Tuhan dan percaya kepada diri sendiri dan untuk itu menjadi berani, tangguh dan tawakal, serta kuat lahir batin dan mampu bekerja rangkap (Ngandel – kendel – bandel – kandel).

Selain itu juga tentram lahir batin atau meneng, jernih pikiran atau wening, kuat sentosa kokoh lahir batin atau hanung, dan berhak dan kuasa atas usaha kita senidiri atau menang (neng – ning – nung – nang). Ini semua melengkapi semboyan Ki Hajar Dewantara yang cukup terkenal Ing Ngarso sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

WEBINAR dibuka dengan sambutan dari Direktur Operasional yayasan Arsitek 86 Peduli, Bapak Budhi Mar’at, dilanjutkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Dharmanto. Dan yang membuat gembira Bapak-bapak dan Ibu-ibu peserta adalah kehadiran Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur provinsi Jawa Tengah, disela-sela kesibukannya menghadiri pembukaan MotoGP di kawasan Mandalika, dan cukup memberi motivasi kepada seluruh partisipan.

Peserta guru PAUD dari Demak, Grobogan, Boyolali (Jawa Tengah), dan Gunungkidul (Yogyakarta) yang tergabung dalam Paguyuban Mitra Yayasan Arsitek86 Peduli, yakni guru2 dari TK desa yang dibangun oleh ars86care, guru-guru dari IGTKI di 4 kabupaten di atas, maupun guru-guru TK di seluruh Indonesia sebanyak 147 guru, menyimak paparan nara sumber.

Dengan di moderatori oleh Ibu yang cantik, seorang aktivis dan politikus, Ibu Ninies Wahyudiono, para peserta aktif mengikuti quiz dan memberikan pertanyaan dengan hadiah2 yang menarik untuk penanya terbaik.

Terakhir, “Setiap Orang adalah Guru, Setiap Rumah adalah Sekolah”, bahwa pendidikan untuk anak-anak tidak berhenti di bangunan sekolah saja, tapi juga di rumah, di jalan, di ruang-ruang publik, dimana-mana.

Sehingga perlu digaungkan kembali untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ataupun mengingatkan supaya bersama-sama kita membangun generasi penerus bangsa yang cerdas, mau bekerja keras, dan tangguh.*

Artikel Terkait