Sosok

Kisah Ibu Parisih, `Miss Independent` Asal Jepara

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 15/12/2021 11:27 WIB

Ibu Parisih, seorang Nasabah PNM sedang mengerjakan toples kayu (Foto: Dok. PNM)

Jepara, INDONEWS.ID - Kota Jepara terkenal dengan kerajinan ukiran kayu. Kerajinan ukiran kayu di daerah itu memiliki sejarah yang panjang. Konon, kerajinan ukiran kayu di Jepara sudah ada sejak tempat itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Kalinyamat. Walaupun sempat mengalami pasang surut, kini kerajinan ukir kayu di Jepara terus bergeliat.

Salah satunya adalah Ibu Parisih. Ibu Parisih adalah seorang pengrajin toples kayu asal Jepara. Bakat Ibu Parisih yang ia sudah miliki sejak lama dituangkan dalam ukiran toples-toples kayu, yang beliau buat bersama suami dari tahun 1987.

Dengan hasil karyanya, Ibu Parisih memiliki jiwa seni ditambah keahlian dan ketelatenan tinggi sehingga menghasilkan karya ukiran yang menarik dan enak dipandang mata. Selain itu, Ibu Parisih selalu mengikuti tren zaman sehingga motifnya tidak monoton sejak dari dulu.

Pada tahun 2016, Ibu Parisih bergabung dengan PNM Mekaar dengan pembiayaan sebesar 2 juta rupiah. Ia memulai bisnisnya dengan dari membeli kayu mahoni gelondongan, dilanjutkan dengan memotong kayu, membubut, sampai mengukir ia lakukan sendiri bersama sang suami. Di awal bisnisnya, Ibu Parisih mendapatkan pesanan toples kayu sebanyak 1000 toples.

Awalnya pesanan 1000 toples saya tolak, karena saya dan suami tidak punya modal. Tapi pelanggan saya terus memaksa karena sudah percaya sama saya. Alhamdulillah, bertepatan dengan pembiayaan dari PNM Mekaar, saya bisa menyelesaikan pesanan sebanyak 1000 toples.” ungkapnya.

Usaha Ibu Parisih kian berkembang, hingga ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Namun, setiap usaha pasti ada pasang surutnya. Pada tahun 2017, suami Ibu Parisih meninggal dunia. Hal ini membuat Ibu Parisih putus asa dan ia memutuskan untuk berhenti berusaha dan tidak menerima pesanan toples kayu.

Setelah 6 bulan, Ibu Parisih didukung oleh anak sulungnya untuk melanjutkan bisnis. Dengan semangat anak sulungnya yang berjanji akan membantunya meneruskan bisnis ayahnya, Ibu Parisih tergerak untuk melanjutkan usahanya.

Karena Ibu Parisih menyadari, tidak hanya butuh ketekunan dalam membangkitkan bisnis yang sedang turun, namun juga perlu menjaga mental agar tidak patah semangat lagi di tengah jalan.

Ibu Parisih memulai dengan mencoba mengajukan pembiayaan lagi sebesar 4 juta rupiah untuk membeli mesin bubur baru yang lebih besar, dengan sisanya ia belikan kayu. Karena pembeli setia Ibu Parisih, omzetnya mencapai 6 juta perbulan.

Setiap harinya, Ibu Parisih bersama anak sulungnya dapat membuat toples sampai 25 buah. Hingga saat ini, Ibu Parisih akhirnya naik kelas dengan menjadi nasabah PNM Mekaar Plus dengan pembiayaan sebesar 8 juta rupiah.

Artikel Terkait