Opini

Hidup Ini Sederhana dan Menyenangkan Dalam Syukur

Oleh : luska - Sabtu, 18/12/2021 15:05 WIB

Penulis : Noryamin Aini (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)

Sahabat! 
Hidup ini sederhana dan menyenangkan, sangat membahagiakan. Bahagia itu indah, dan ia tidak perlu ditebus dengan biaya mahal dan tidak harus dilalui dengan perjuangan dan jalan berliku. Bahagia itu adalah rasa kenikmatan yang dihadirkan oleh subyektivitas hati yang damai, tenang, penuh syukur. 

Alam mengajar kesederhaan ini. Setiap pagi, matahari setia menyapa kita tanpa pesanan dan bayaran untuk kita menikmati terang dan energi yang menyehatkan. Udara dengan oksigen segar disediakan secara gratis oleh alam (Tuhan), dan kita tinggal menikmatinya. Keramahan sosial, dan kehangatan kebersamaan kita dengan keluarga membuat kebutuhan dasar sosial dan emosional kita semakin mudah terpenuhi. Sapaan dan kehangatan sosial membuat semuanya semakin merekah dalam kebersamaan.

Betul! Kita sering terjebak dalam tarik ulur kebutuhan dan keinginan. Ini adalah simpul, awal, dan hulu kebahagiaan, serta juga kesedihan. Kebutuhan hidup, sejatinya, sangat standar, terukur dan obyektif; tidak muluk-muluk. Alam dan pengalaman hidup manusia mengajarkan kesederhanaan ini. 

Baca juga : UJI MIND-SET

Sahabat!
Saat terlahir, kita tidak membutuhkan macam-macam. Kebutuhan dasar bayi (minuman, makanan, dan nutrisi sempurna) tersedia instan, sederhana dan cukup dalam wujud ASI (air susu ibu). ASI tersedia secara alamiah untuk kebutuhan bayi. Ketika beranjak anak-anak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia, kebutuhan kita juga tidak banyak, tidak kompleks, tidak rumit, dan tidak mahal. Tetapi keinginan berlebih (seperti medan naik alat berputar hedonic treadmill) telah membuat semuanya menjadikan keadaan sering terasa kurang, menjebak kita dalam gerak naik, tanjakan yang melelahkan dan tidak berujung kepuasan.

Keinginan ternyata lumrah melampaui batas kebutuhan. Keinginan juga ternyata lazim memenjarakan kita dalam rasa ketidak-puasaan (dissatisfaction), dan nafsu ketidak-cukupan (insuffiency). Dalam jerat keserakahan, keinginan sering membuat banyak pemujanya melupakan norma, batasan formal benar-salah, dan standar moral baik-buruk untuk memburu kepuasan. Akhirnya, keinginan “suka-kaya” telah memenjarakan banyak pelakunya dalam sunyi hotel prodeo “SUKA-MISKIN”, di Bandung.

Pitutur adiluhung membisikkan pesan bijak bahwa "memanjakan keinginan adalah ibarat kita mengejar bayangan diri sendiri. Semakin dikejar, bayangan kita akan terus berlari, menjauh, menjadi kabur (blurred), semu, bahkan menghilang, dan ujungnya, ia mustahil untuk diraih". 

Sejatinya, kebutuhan kita (hajat material-finansial) tidak banyak untuk meraih bahagia dalam ridlo Allah. Beberapa potong pakaian terbukti cukup untuk menutupi tubuh kita. Beberapa pasang alas kaki cukup menjaga kaki saat melangkah untuk terlindungi dari unak, duri yang mengancam. Kita juga hanya perlu beberapa suap makanan dan beberapa gelas minuman untuk bertahan hidup. Kita cukup bergerak rutin untuk berolahraga, dan berjemur gratis di sinar matarhari guna menjaga kebugaran tubuh.

Kebutuhan teknologi, dan alat transportasi kita, juga, tidak perlu mewah untuk memenuhi kebutuhan dasar. Keliaran keinginan sering membuat banyak orang terbiasa gonta-ganti kendaraan, sebatas, terkadang untuk pamer kelebihan. Kendaraan mewah karena spirit glamour, itu sejatinya adalah perasaan superiotas, yang terkadang dibalut dalam emosi kesombongan, untuk memanjakan dan mengabdi pada semua rasa dan nafsu yang tidak mengenal batas ujung kepuasan. 

Sahabat! 
Semuanya dalam hidup ini sangat sederhana. Sedikit dari jumlah aset yang kita miliki, sebetulnya, terasa cukup untuk kebutuhan hidup di batas standar dasar. Jumlah banyak, juga, ternyata ludes, habis tidak tersisa, bahkan tidak cukup, saat semuanya dihambur oleh glamour euforia yang tidak mengenal arti dan rasa syukur. 

Kita tidak perlu harus menebus mahal semua kebutuhan hidup untuk bahagia, untuk menjadi orang baik. Alam telah menyediakan kebutuhan standar kita. Tuhan telah membekali kemampuan dan semangat kita untuk menggapai rasa bahagia. Kita semua dengan modal sosial, finansial dan fisikal yang pas-pasan, mampu melakukan itu semua. Hati, keramahan dan kehangatan sosial, dapat merawat semua kebutuhan hidup kita dalam batas normal yang menjadi bingkai wadah pembentuk kebahagiaan. 

Lalu, apa hal-hal lain yang membuatmu meresahkan hidup ini, dan tidak bahagia? Di akhir pekan ini, keluarga terkasihmu hadir bercengkrama ramai dan ramah denganmu. Hidangan secangkir kopi di teras rumah, atau di balkon anjungan santai menambah kemeriahan hangat bersama keluarga. Kenapa harus galau saat kalian memulai hari ini ketika sudah dikelilingan oleh orang yang mengasihi? memikirkan hari esok? Kegalauan itu adalah rasa yang dihadirkan oleh hati yang tidak yakin akan kemudahan dan kesederhanaan. Sejatinya, semuanya menjadi sederhana dalam kerendahan hati yang rela, ikhlas, siap bernegosiasi, dan beradaptasi dengan kondisi obyektif kita.

Sahabat! 
Tidak bisa diingkari bahwa cara pandang dan gaya kita menyikapi, juga memperlakukan kebutuhan hidup ini, membuat kondisi kehidupan kita sering menjadi rumit seperti jebakan laba-laba yang siap melilit mangsanya. "Kebutuhan sering dirusak oleh mimpi-mimpi keinginan yang terus memburu hal-hal yang berlebih". Keinginan terus melambungkan kita dalam ilusi dan halusinasi mengejar kepuasaan yang tidak berbatas, sampai-sampai kita mengabaikan keluarga dan norma kewajaran, norma kesopanan, dan juga norma moral serta agama. Pada saatnya, kita tersadarkan bahwa keinginan berlebih tidak perlu dimanjakan, karena ia akan menjadi perangkap kesedihan.

Hidup ini nyata, dan ia terus setia menyapa kita semua dalam kesederhanaan. Hiduplah dalam masa kini, hari ini, saat ini, dengan kondisi kekinian dan kedisinian, karena ia kenyataan yang harus dilakoni. Hari ini adalah kehidupan yang paling nyata dalam episode perjalanan hidup kita. Maka, janganlah persulit hidup hari ini. Janganlah korbankan "hari-ini-mu" untuk memburu mimpi esok yang tidak pasti, yang akan mengurangi rasa bahagiamu hari ini. Jangan pernah membuang karunia yang sedikit hanya karena tertipu dan tersesat mengiba untuk memburu ilusi yang tidak nyata! Selamat bersantai dan berbahagia dengan orang-orang yang dikasih, dan saling mengasihi.

Jika esok masih ada, maka, pikirkanlah masa depan-mu secara proporsional, karena ia adalah arah dan harapan yang mau dituju, dan mutlak harus diperjuangkan. Lupakan masa lalumu, minimal tidak usah diingat berlebihan, karena ia hanya menjadi tumpukan, residu kenangan yang membuatmu, terkadang, tersenyum sendiri, di pojok ruangan, tenggelam dalam lamunan kerinduan, romantisisme. Sebaliknya, masa lalu, juga sering, membuatmu terpenjara dalam bilik-bilik hukuman yang menjeratmu dalam terpurukan hati yang sulit move on.

Sahabat! 
Hidup adalah dinamis, mobile. Hidup ini adalah keyakinan dan perjuangan, menuju akhir yang diidolakan, di titik khusnul khatimah, happy ending dalam ridlo Allah. Di ujung akhir pekan nanti, saat selesai bermanja dengan keluarga, jangan lupa bahwa diam adalah kejumudan, stagnasi, kebekuan yang akan menguburmu dalam monumen kematian. Teruslah bergerak untuk merangkai dan menyempurnakan harapan. 

Nikmatilah hidup ini walaupun dalam keadaan yang serba susah dan penuh keterbatasan, seperti kondisi sulit kita saat ini. Bagi mereka yang telah merancang liburan bersama keluarga di akhir tahun 2021, PPKM membatasi ruang gerak spasial, sosial, dan ekonomi. PPKM mungkin menekan kita pada titik nadir keterpurukan. Tetapi hati, jiwa, dan nalar yang berpikir positif membuat semua kesulitan hidup menjadi sederhana, dan terpecahkan.

Sahabat!
Jika jumlah sedikit terasa cukup, dan tumpukan jumlah banyak justru juga habis, ludes tidak berbekas tanpa membuatmu bahagia, dalam rumus kesederhanaan, lalu apa sebetulnya kondisi hati yang kalian cari, yang diimpikan? Kalian mau memburu, memanjakan keinginan yang tidak pasti, atau malah sering melambungkanmu dalam mimpi buruk yang terus menderamu dalam kesedihan dan ketidak-puasan?

Jika hidup yang membahagiakan adalah pilihan, maka, mari kita sediakan bingkai hati (qalbun saliim) yang damai, tanpa dendam, tanpa kebencian; hati yang penuh cinta dan kasih sayang. Kerumitan hidup adalah buah dari halusinasi memburu keinginan yang tidak mengenal batas kepuasan.

Selamat berbahagia bersama orang-orang yang membutuhkan sapaan, rangkulan, pembelaan kita di akhir pekan. Kebahagiaan akan menambah keceriaan kerabat kita dalam intimitas hangat kepedulian. Diri kita memang tidak sempurna, tetapi kepedulian dan kehangatan bersama di akhir pekan ini dengan orang yang terkasih, akan merajut serpihan kekurangan tersebut menjadi batin yang bahagia.

#Aku-memilih-bahagia
Pamulang, 17 Desember 2021

TAGS : Noryamin Aini

Artikel Terkait