Opini

Kopi Beneran vs Kopi Darat-Silaturahim

Oleh : luska - Kamis, 27/01/2022 16:34 WIB

by: Noryamin Aini (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)

Pagi ini, saya mendapat kiriman video tentang manfaat minum kopi. Narasi narasumber dikemas dengan ilustrasi kepulan uap membayang dari secangkir kopi panas. Isi narasinya mencerahkan, dan ilustrasinya bikin nafsu mau mencicipi kopi.

Jujur, saya memang tidak penyuka kopi. Belum tentu setahun sekali, saya minum kopi. Ini adalah konstruksi kisah masa kecilku di kampung udik yang tidak akrab dengan tradisi kopi. Tetapi, kisah kopi tetap penuh inspirasi untuk kita renungi.

Sahabat!
Walaupun saya bukan penikmat kopi, video tentang kopi tetap kusimak dengan cermat. Saya memang penganut aliran kepercayaan bahwa “pasti selalu ada pelajaran, hikmah indah, dari setiap peristiwa”, termasuk kisah dan peristiwa sedih. Ia mengajarkan empati dan strategi religi, psikologis, juga sosial, untuk kita tidak terjebak lagi dalam kesedihan-keburukan yang sama.

Dengan teliti, dan geliat perasaan ingin paham, kusimak kisah dan pesan indah tentang kopi. Saya mencoba menghadirkan nalar di luar dan di atas bingkai filosofi tradisional kopi. Saya berharap mendapatkan inspirasi out of the box dari makna kopi (coffee) yang sesungguhnya.

Ya ya ya. Inilah celotehku yang mengepul dari uap artifisial dan visual yang meninggi dari seduhan secangkir kopi panas dalam video itu. Saya tersadarkan oleh ide Kopi Darat yaitu media pertemuan di dunia nyata. Ya, dunia kenangan kisah indah masa lalu dan dunia silaturahim.

Sahabat!
Media sosial (WA, IG, FB, Youtube, Twitter, Tik-tok, Line, Tumbir, Pinterest, Telegram, Reddit, Snapchat, dan Linkedln) melayani banyak kebutuhan bersama kita. Kita terhubung mudah dengan kisah masa lalu di dan melalui media sosial. 

Tetapi, media sosial juga telah memenjarakan dunia sosial kita menjadi serba semu. Dalam senyum yang hadir melalui media sosial, ternyata masih tersisa ketidak-tahuan kita tentang wujud wajah keriput yang hakiki dari orang-orang yang telah membuat kita tersenyum dan bahagia di waktu kecil.

Dalam jebakan media sosial, tidak ada lagi sentuhan fisikal yang membuat salam dalam wujud ekspresi jabat tangan, rangkulan, dan pelukan yang membuat batin kita merasa lebih hangat dan akrab. Di sinilah kisah Kopi Darat yang dapat meretas kebisuan dan menerobos batas kuasa media sosial.

Dari video yang kutonton tadi pagi, "kopi alamiah" sungguh memanjakan nafsu dengan aromanya. Lalu, bagaimana dengan Kopi Darat? Walaupun "uap" Kopi Darat tidak ngepul dan tidak eksentrik, tetapi wangi perekat sosialnya luar biasa. Kopi Darat menuntun kita turun ke dunia nyata; untuk melantai bersama di dunia sentuhan fisikal, dunia pembauran, dan ranah cubitan yang mengingatkan bahwa kita masih hidup. Kopi Darat juga mengingatkan bahwa kita membutuhkan teman untuk berbagi banyak kisah, guna melepas rindu, membuang bebas psikologis, dan kepenatan kerja. 

Sahabat!
Kopi Darat adalah dermaga kebersamaan untuk kita bersandar sesaat dari lelah petualangan entah-berantah di “dunia maya”. Wow, dunia maya telah memanjakan dan memenjarakan kita dalam "bilik-bilik" kesendirian, walaupun sejatinya, kita, sudah dan masih, tersambung dengan kawan dan masa lalu di ingatan seberang. 

Dalam kesendirian di dunia maya, kita terbiasa senyum dan sedih sendiri. Inilah wujud artikulasi kegembiraan dan kesedihan yang sering kita tahu persis ranah batinnya di lintasan petualangan hati yang menginginkan semuanya menjadi nyata.

Sahabat!
Dalam Kopi Darat terbangun interaksi (silaturahim). Beyond kopi alamiah, dan kemudahan media sosial, saya merenungkan makna Kopi Darat. 

(1) Kopi Darat mengurangi kerutan, sirosis, penyempitan dunia sosial. Ia meluas dengan silaturahim. Ia membuat dunia menjadi semakin mekar, meluas dalam kesadaran hati yang tidak kesepian;

(2) Kopi Darat mengurangi demensia sosial. Ia mengingatkan dan menghubungkan kita pada kisah-kisah, kenangan indah masa lalu yang penuh kebahagiaan. Akhirnya, kita tidak mudah pikun terhadap orang-orang yang begitu bermakna dalam perjalanan karir profesional kita, dulu dan sekarang.

Akhirnya:
(3) Kopi Darat juga bisa mengakrabkan kita dalam dunia relasional, dunia berjamaah (kebersamaan) yang akan membuat hidup indah dalam warna-warni tawa canda ria masa lalu.

Yuk perbanyak Kopi Darat, agar silaturahim kita menjadi tersambung. Petuah bijak dari Rasulullah mengatakan bahwa "Siapa yang menginginkan jejak kebaikannya terus tersambung untuk fungsi kebaikan psikologis, sosial dan materialnya, maka hendaklah dia selalu mewujudkan dan merawat Kopi Darat, silaturahim di dunia nyata (HR. Bukhari).

#Indah-dalam-kebersamaan
Pamulang, 27 Januari 2022

TAGS : Kopi

Artikel Terkait