Nasional

Konflik Rusia Vs Ukraina dalam Pandangan Pusat Studi Air Power Indonesia

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 28/03/2022 18:26 WIB

Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID – Serangan siber kerap kali menyerang sistem data dan informasi publik, hal ini kerap terjadi sejak lama. Tidak terkecuali pada sistem pertahanan dan keamanan sebuah negara. Hal ini menarik dibahas karena sedang hangatnya perang antar dua negara Russia dan Ukraina.

Meski demikian, kita kerap melihat perang antar dua negara tersebut adalah perang fisik angkat senjata, namun siapa sangka bahwa serangan siber pun kerap dilakukan untuk saling menyerang demi mempertahankan negara masing-masing.

Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim dalam PSAPI Monthly Meeting yang diselenggakan dalam jaringan sebagai pembuka menyampaikan PSAPI ingin turut serta mensosialisasikan dunia siber dengan mengangkat kasus konflik Rusia dan Ukraina untuk memetik pelajaran bagi Indonesia.

Chappy Hakim juga berharap kedepannya, pertemuan tersebut dapat menjadi masukan pihak pengambil kebijakan agar mampu mengembangkan kembali kekuatan teknologi di Indonesia.

Serangan Siber Sudah Ada Sejak Lama

Perlu kita ketahui, bahwa serangan siber bukanlah hal yang baru. Beberapa sejarah telah mencatat negara Russia melakukan serangan siber terhadap negara Estonia pada 2007.

Dikutip dari Wikipedia.com, serangan dimulai pada 27 April 2007, serangkaian serangan siber menargetkan situs web organisasi Estonia, termasuk parlemen Estonia, bank, kementerian, surat kabar, dan lembaga penyiaran, di tengah ketidaksepakatan negara itu dengan Rusia tentang relokasi Prajurit Perunggu Tallinn, sebuah kuburan era Soviet yang rumit. penanda, serta kuburan perang di Tallinn.

Sebagian besar serangan yang memiliki pengaruh pada masyarakat umum didistribusikan serangan tipe penolakan layanan mulai dari individu tunggal menggunakan berbagai metode seperti banjir ping hingga penyewaan botnet mahal yang biasanya digunakan untuk distribusi spam.

Spamming komentar dan perusakan portal berita yang lebih besar termasuk situs web Partai Reformasi Estonia juga terjadi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa konflik besar terjadi untuk mengedit versi bahasa Inggris dari halaman Wikipedia Prajurit Perunggu.

Dari Mana Serangan Siber Berasal?

Sederhana saja, siber merupakan sebuah sistem jaringan yang terhubung dalam suatu alat komunikasi. Serangan siber datang menggunakan sistem internet, di mana internet adalah jaringan komputer global yang menyediakan berbagai fasilitas informasi dan komunikasi, terdiri dari jaringan yang saling terhubung menggunakan protokol komunikasi yang terstandarisasi.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Dekan Fakultas Teknik Militer Universitas Pertahanan RI Kolonel Sus Dr. Ir. Rudy Gultom, M.Sc., CEH., CIQaR.
Pentingnya Sistem Keaman Siber. Masalah keamanan menjadi aspek penting dari sebuah manajemen sistem informasi. Sayang sekali masalah keamanan ini sering kali kurang mendapat perhatian dari para pemilik dan pengelola sistem

informasi. Seringkali masalah keamanan berada di urutan kedua, atau bahkan di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang dianggap penting. Apabila menggangu kinerja dari sebuah sistem, seringkali keamanan dikurangi atau ditiadakan. Apalagi sudah merugikan sebuah sistem pertahanan dan keamanan sebuah negara.

Hal ini pun disampaikan oleh Ketua Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja, S.H., M.B.A. Ia juga menambahkan bahwa sistem malware jika sudah terkena serangan tidak bisa diperbaiki layaknya penyok mobil yang didempul. Sehingga sistemnya harus diganti.

Ancaman Terbesar Di Masa Depan

Saat ini yang terlihat ancaman bagi sebuah negara mungkin hanya kita lihat dari alutsistanya, atau mungkin kita berpikir jika negara tersebut memiliki nuklir yang kuat maka dia adalah negara yang terkuat. Tetapi siapa sangka, ternyata tidak hanya itu.

Research and Development Pusat Studi Air Power Indonesia Dr. Tommy Andoko memaparkan bahwa ada tiga ancaman besar bagi masa depan yaitu ancaman fisik kepada infrastruktur vital, serangan siber kepada infrastruktur vital, dan Bio-Chemical Attacks (NUBIKA atau CBRN).

Dalam kesempatan ini juga, para praktisi memaparkan eskalasi konflik Rusia dan Ukraina, serta membahas aspek-aspek yang perlu dikembangkan di Indonesia antara lain teknologi siber yang semakin berkembang pesat sesuai perkembangan zaman perlu didukung dengan kemampuan SDM serta teknologi yang mumpuni demi mendukung keamanan nasional dari ancaman di dunia siber.

Hadir juga dalam kesempatan putra sulung Presiden RI pertama Guntur Soekarnoputra, Kepala Pusat Litbang Transportasi Udara Kemenhub Capt Novyanto Widadi, Kepala Pusat Potensi Dirgantara Marsma TNI Fajar Adriyanto, para akademisi dan praktisi.*

Artikel Terkait