Nasional

Menkes Budi Inisiasi Enam Pilar Transformasi Sektor Kesehatan

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 31/05/2022 11:45 WIB

Menkes Budi Gunadi Sadikin (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan. Setidaknya ada 6 jenis transformasi yang akan dilakukan.

Antara lain transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.

"Kita melakukan enam transformasi. Pertama adalah layanan primer ini yang paling penting di promotif preventif," katanya, Selasa (31/5).

Pada transformasi Layanan Primer, Budi ingin menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan. Saat ini, ada sekitar 12 ribuan Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Namun, jumlah tersebut tidak dapat mencapai pemerataan pelayanan kesehatan.

Guna meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan, Budi akan merevitalisasi Posyandu agar menjadi lebih formal dengan anggaran yang sesuai. Nantinya, Posyandu bisa diatur oleh Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Posyandu akan bertindak secara lebih aktif bukan hanya melayani bayi dan ibu tapi akan melayani seluruh siklus hidup termasuk remaja, dewasa, dan lansia. Budi juga menilai perlu mereformasi laboratorium kesehatan masyarakat.

"Jadi setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalkan 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional," ujar Budi.

Pada transformasi Layanan Rujukan, dia akan memulai dari tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker. Dia mengambil contoh penyakit jantung, tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung. Data sementara, dari 34 provinsi hanya 28 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring.

"Terus kalau pasien sudah dipasang ring juga tidak bisa, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka, ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi," tuturnya.

Budi menargetkan rumah sakit di seluruh provinsi pada 2024 harus bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Setiap rumah sakit dengan dokter yang berprestasi akan dipertemukan dengan dokter dari negara lain untuk menjalin kerja sama.

Sedangkan dokter-dokter yang terbaik dari luar negeri akan didatangkan ke Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dokter Indonesia.

Untuk tranformasi Ketahanan Kesehatan, Budi ingin memastikan bahwa vaksin diagnostik dan terapeutik semuanya ada di Indonesia. Minimal 50 persen diproduksi di dalam negeri dari hulu ke hilir.

"Kita ingin memastikan sudah bikin rencananya nanti ini lebih berlaku untuk teman-teman di Farmasi dan bidang industri. Jadi kalau mereka melakukan produksi dalam negeri semua government, proquirement, akan berikan prioritas ke mereka," ujar Budi.

Berikutnya, tranformasi Pembiayaan Kesehatan. Pada tranformasi ini, Budi akan melakukan transparansi dan perhitungan yang bagus. Upaya itu untuk menghindari terjadinya masalah antara penyedia jasa dan yang membayar jasa.

"Kita nanti akan bikin annual health account-nya setiap tahun dan menjadi kewajiban semua fasilitas kesehatan untuk lapor," ujar Budi.

Annual health account ini harus ada untuk bisa mengukur transparansinya. Budi menilai dengan itu informasi yang kini simetris menjadi asimetris.

"Kita akan bikin informasi itu menjadi simetris dan itu akan kita buat dalam bentuk regulasi sehingga dengan demikian akan transparan," katanya.

Penambahan Jumlah Dokter

Khusus transformasi SDM Kesehatan, Budi mengaku fokus pada penambahan jumlah dokter. Idealnya, jumlah dokter satu per 1000 penduduk. Sementara kebutuhan di Indonesia belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata.

Pemerataan SDM Kesehatan yang berkualitas diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui academic health system.

Academic health system merupakan sebuah model kebijakan yang mengakomodir potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.

Konsep ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran bergelar dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya yang memiliki rumah sakit pendidikan atau berafilisasi dengan rumah sakit pendidikan, sistem kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.

Melalui academic health system diharapkan dapat menghitung jumlah dan jenis lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi kebutuhan wilayah;

Mendefinisikan profil dan value SDM Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut; serta menentukan pola distribusi SDM Kesehatan yang sustainable mulai dari layanan primer hingga tersier.

"Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum maupun dokter spesialis," ucap Budi.

Pada transformasi Teknologi Kesehatan, yang sedang diupayakan selain aplikasi PeduliLindungi ialah memastikan rekam medis di rumah sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital.

Budi akan meminta tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan untuk menyerahkan rekam medis secara keseluruhan kepada pasien.

"Jadi rekam medisnya standarnya itu sudah kita atur kamus-kamusnya, sudah kita susun. Jadi yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu mesti sama kodenya di seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain pun kodenya mesti sama," katanya.

Rekam medis pasien nantinya dimasukkan ke database rumah sakit. Sehingga bila satu pasien pindah rumah sakit maka tidak perlu melakukan rontgen ulang atau tes darah ulang sehingga akan jauh lebih efisien

"Sehingga dengan demikian akan menjadi lebih transparan informasi mengenai pasien kepada pasiennya sendiri dan semua data itu adalah milik pasien," jelasnya.

Selain itu, Budi berharap ke depan bioteknologi bisa dipakai sebagai alat diagnosis yang canggih. Sebelumnya untuk melihat kondisi kesehatan seseorang diambil dari darah, MRI, CT Scan.

"Ke depan diagnosisnya menggunakan genom sequencing karena dengan ini bisa dilihat secara benar-benar rinci, yang ada di tubuh kita itu kondisinya seperti apa, kesehatan kita, malah ke depannya bisa jadi seperti apa," ucapnya.

Mesin genome sequencing saat ini hanya ada 12. Nantinya akan ada sekitar 30 mesin genome sequencing yang akan digunakan di rumah rujukan nasional antara lain RS Kanker Dharmais,

RS PON untuk stroke, RSCM untuk penyakit metabolik seperti diabetes dan ginjal, RS di Yogyakarta, kemudian RSPI untuk infeksi, dan RS Sanglah untuk aging and wellness.

Artikel Terkait