Nasional

Maumere dan Poco-Poco "Guncang" Malmo Swedia

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 23/08/2022 20:30 WIB

Momen peringatan 77 tahun kemerdekaan Indonesia dengan acara Piknik Kemerdekaan di taman Pidammsparken yang terletak di pusat kota Malmö, pada hari minggu lalu (21/8).

Jakarta, INDONEWS.ID - Masyarakat Indonesia di Swedia Selatan, merayakan peringatan 77 tahun kemerdekaan Indonesia dengan acara Piknik Kemerdekaan di taman Pidammsparken yang terletak di pusat kota Malmö, pada hari minggu lalu (21/8).

Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 orang lebih ini diselenggarakan oleh Asosiasi Swedia-Indonesia Bagus atau disingkat Bagus. Bagus adalah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk membantu promosi Indonesia dan meningkatkan pengertian antara Swedia Indonesia, khususnya di Swedia Selatan.

Sebagai pembuka, para peserta piknik menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khidmat. Selanjutnya disusul dengan pemotongan tumpeng kemerdekaan. Dalam sambutan pembukaan, Hans Hansson, ketua Bagus, mengatakan kegembiraannya karena Indonesia berhasil menangani pandemi dan diaspora Indonesia di Swedia bisa kembali pulang kampung. Dalam
kesempatan ini, penari-penari Bagus menampilkan tarian tradisional Dayak, yakni Tari Gantar.

Duta Besar Indonesia untuk kerajaan Swedia, Kamapradipta Isnomo mengapresiasi masyarakat Indonesia di Malmö dan sekitarnya, karena bisa memelihara kebersamaan. Ia menegaskan bahwa,pandemi memang membuat situasi menjadi sulit.

Tapi ternyata dibalik setiap kesulitan itu ada kesempatan bagus buat Indonesia. Perdagangan Indonesia dengan Swedia meningkat 22% pada 2021. Sebaliknya invetasi Swedia ke Indonesia meningkat 45%.

Yang lebih menggembirakan, lanjut Duta Besar Kamapradipta, perusahaan produsen bearing terbesar Swedia, SKF (Svenska Kullagerfabriken AB) membangun ulang pabriknya di Cakung, Jakarta.

Ini merupakan proyek SKF yang pertama kalinya di Asia Tenggara. SKF akan menggunakan konsep Swedia dalam sistem daur ulang, teknologi yang berkelanjutan dan green economy.

”Ini kesempatan baik bagi Indonesia untuk mempelajari sistem green economy dari Swedia,” SKF akan
menggunakan 99% tenaga kerja lokal dari Indonesia, dimana sebagian besar adalah lulusan ITB.

Lebih jauh Duta Besar Kamapradipta, mengekspresikan kebanggaannya, bahwa para politisi di parlemen dan juga para pejabat Swedia punya kesan yang baik terhadap diaspora Indonesia.

”Menurut mereka, orang Indonesia adalah penduduk yang baik, pekerja keras, memberi kontribusi di bidang ekonomi, taat hukum dan bisa berintegrasi dengan masyarakat Swedia,” ujarnya.

Sebagaimana layaknya sebuah pesta rakyat, acara Piknik Kemedekaan ini dimeriahkan dengan permainan-permainan ala 17an seperti; tarik tambang, balap karung, lomba jalan dengan bakiak dan lain-lain. Lomba makan kerupuk dalam wadah
selama 5 menit yang dinamakan Makan Ullared menjadi lomba pertama.

”Perlombaan yang paling exciting di dunia!”, kata Holley Stringham, mahasiswi asal Amerika Serikat yang sedang
belajar di Universitas Lund. Holley yang pernah tinggal di Jakarta dan fasih berbahasa Indonesia itu merasa senang bisa mengikuti perayaan kemerdekaan Indonesia.

Puncak acara semakin seru dengan joget dangdut dan tentu saja tari Maumere dan Poco-Poco, yang dipimpin oleh Shintia Suryama, instruktur zumba profesional yang sedang mendampingi suaminya mengikuti pendidikan pasca sarjana. Maumere terbukti bisa membuat peserta piknik yang berasal dari Indonesia dan Swedia tertarik untuk bergoyang
bersama dibawah terik matahari musim panas.

Yolan Erlanda, mahasiswa Indonesia yang baru seminggu belajar Environment and Sustainable Science di Lund University mengatakan: ”Ini kegiatan 17an pertama yang saya ikuti di luar negeri. Gak nyangka suasananya sangat kekeluargaan.”

Sementara Dian Wahyu Utami, mahasiswi Indonesia asal Yogyakarta yang baru menyelesaikan pendidikannya di bidang Human Geography selama dua tahun di Universitas Lund punya kesan: ”Meskipun jauh di luar negeri,
akhirnya saya bisa tetap merayakan Hari Kemerdekaan bersama Bagus. Saya bisa merasakan kehangatan dan kebersamaan khas Indonesia. Saya jadi merasa bahwa Indonesia itu memang besar.”

Artikel Terkait