Nasional

Pekerja Migran Indonesia di Malaysia Bantu Kepulangan Alm Prof Azyumardi Azra Ke Tanah Air

Oleh : luska - Kamis, 22/09/2022 21:01 WIB

Penulis : Amin Shabana (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Indonesia masih sangat berduka atas berpulangnya cendikiawan muslim Prof Azyumardi Azra pada Minggu (18/9) lalu di RS Serdangg Selangor Malaysia. Berbagai tokoh, politisi, akademisi hingga aktivis yang pernah berhubungan dengan guru besar UIN mengungkapkan rasa kesedihan dan kehilangan mereks. Begitu pula berbagai media nasional menuliskan liputan atas jasa luar biasa Prof Azra (demikian sahabat dekat memanggil beliau) dalam menyuarakan Islam yang modern dan toleran dalam dakwah yang dilakukanya. Dakwah yang membawanya ke berbagai forum internasional hingga akhirnya almh Ratu Elizabeth II memberikan gelar kehormatan Commander of The Order of British Empire (CBE). Gelar pertama bagi orang Indonesia yang layak mendapat sebutan Sir.

Tulisan singkat ini tidak akan mengulas jasa dan kiprah almarhum Prof Azyumardi Azra yang sudah ditulis begitu luar biasa oleh berbagai media massa tanah air. Laporan singkat ini mencoba untuk mengungkap cerita tersembunyi yang tidak banyak publik ketahui bagaimana kebesaran nama almarhum juga menggugah kelompok masyarakat Indonesia yang bekerja di Malaysia membantu kepulangan beliau ke tanah air. Mereka adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada dalam organisasi Ikatan Keluarga Madura (IKMA) yang berlokasi di Pantai Dalam,Kuala Lumpur.

Kabar bahwa banyak Pekerja Migran Indonesia yang mengadu nasib di negeri jiran Malaysia mungkin sudah tidak asing lagi. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa PMI kita juga ada yang berorganisasi berdasarkan kesamaan latar belakang daerah asal. Salah satu organisasi PMI yang cukup dikenal solid adalah IKMA. Organisasi yang di motori oleh Jatim (Ketua), M. Toha dan Sulhan ini resmi berdiri tahun 2016. Warga Madura di Malaysia sendiri konon jumlahnya ratusan ribu jiwa. 

IKMA inilah yang menjadi "rumah" tempat berkumpul dan berorganisasi mereka. Tidak sekedar memiliki jumlah anggota PMI yang besar, IKMA juga mampu mengelola unit usaha untuk membantu warga Madura yang mendapat kemalangan berupa sakit hingga kematian. Usaha yang dijalankan tersebut bernama Tajhiz Service SDN. Bhd. Jika awal pembentukan Tajhiz hanya membantu warga Madura,  saat ini terbuka bagi semua PMI di Malaysia. Meski tergolong baru, salah satu jasa yang mereka berikan adalah membantu kepulangan jenazah warga negara Indonesia yang meninggal di Malaysia ke tanah air. Yang mengejutkan setidaknya teryata 1-2 warga negara Indonesia setiap hari diterima di Tajhiz dalam keadaan sudah tidak bernyawa. 

Proses Kepulangan alm. Prof. Azyumardi Azra

Kembali kepada berpulangnya Prof Azyumardi Azra beberapa saat lalu. Ternyata ada kontribusi yang dilakukan oleh Tajhiz dan IKMA di sana. Kontribusi yang mungkin tidak sebanding dengan jasa yang diberikan almarhum kepada bangsa dan pemikiran Islam kepada dunia internasional. Tetapi meski kontribusi kecil, tapi ketulusan dalam melalukannya menjadikan istimewa.

Sebenarnya hampir setiap hari ada kabar duka  yang diterima pengurus Tajhiz untuk dibantu kepulangannya. Begitu pula Minggu siang itu, Jatim menerima sambungan telpon dari KBRI Malaysia untuk siap sedia membantu kepulangan warga negara Indonesia yang meninggal di RS Serdang Selangor. Pada saat kabar masuk kebetulan penulis juga sedang berada dan tinggal sementara di Tajhiz. Pengurus Tajhiz kemudian menyebutkan nama besar yang membuat penulis sangat kaget. Kemudian penulis menginformasikan profile almarhum Prof Azyumardi Azra kepada pengurus Tajhiz. Profile yang membuat mereka sangat kaget karena sangat berbeda dengan yang biasa mereka urus.

Tidak lama setelah mendapat kabar siapa yang akan mereka hadapi, pengurus Tajhiz segera menyiapkan segalanya. Sempat tersiar kabar, jika pihak RS Serdang Selangor memberikan izin jenazah keluar maka proses pemandian hingga sholat jenazah akan dilakukan di Tajhiz. Seketika semua keperluan seperti ruang kantor, pemandian hingga mushola disiapkan sebersih mungkin. Bahkan, Tajhiz sudah menghubungi Ustad senior yang akan memimpin pemandian hingga sholat jenazah. Semua dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada sang tokoh.

Tidak berhenti di sana, bahkan Tajhiz juga rela mencarikan peti jenazah yang sesuai kriteria KBRI pada hari minggu sore. Hari dimana semua kegiatan usaha sudah tutup beroperasi. Tetapi karena didorong oleh jasa almarhum kepada bangsa, maka lobi dilakukan kepada pemilik usaha yang menyediakan berbagai peti jenazah. Peti dari yang harganya 300 Ringgit hingga belasan ribu Ringgit. Singkat kata, peti jenazah terbaik berhasil dikirimkan ke kantor Tajhiz.

Setelah semua perlengkapan dan personil lengkap, Tajhiz tinggal menunggu kedatangan sang Profesor. Proses tersebut terasa lebih panjang karena menunggu kepastian izin keluarnya jenazah dari RS. Semua menunggu kedatangan hingga subuh, namun tidak kunjung tiba. Hingga akhirnya, pihak KBRI memberi kabar untuk membawa peti jenazah ke RS Serdang Selangor. Seketika itu juga peti dimasukkan ke dalam mobil Innova yang disulap menjadi kendaraan operasional sebagai ambulans menuju lokasi yang diminta.

Tidak mengalami kemacetan, mobil yang membawa peti jenazah akhirnya tiba di RS. Pada saat tiba, beberapa pengurus Tajhiz masih harus menunggu proses administrasi RS hingga pemandian, sholat jenazah hingga diletakkannya jenazah ke dalam peti yang dibuat dari kayu jati yang kokoh tersebut. Meski dilakukan dengan sangat sederhana, namun suasana haru menyeruak di hati pengurus tajhiz yang melihatnya dari jauh. 

Pihak RS akhirnya menutup peti jenazah tersebut dan meminta pengurus Tajhiz membungkus rapih. Kafan bersih kemudian menutup keseluruhan peti hingga yang tampak hanya kain putih yang menyelimuti tokoh bangsa ini. Setelah selesai kemudian peti jenazah dimasukkan ke dalam ambulans milik Tajhiz disaksikan Dubes KBRI di Malaysia , Hermono dan beberapa staf kedutaan. Semua bersholawat dengan khusyuk menggontong peti ke dalam mobil.

Setelah masuk, ambulans kemudian dibawa menuju KLIA. Terdapat 3 orang pengurus Tajhiz yang ada didalamnya diikuti oleh pengawall dari kepolisian Malaysia. Saat itu langit tampak cerah sepanjang perjalanan. Seakan sangat ikhlas mengiringi kepulangan beliau. Begitu tiba di bandara, proses penyerahan berjalan dengan lancar didampingi otoritas terkait kedua negara.

Seusai pengantaran jenazah, pengurus Tajhiz merasakan betapa dicintainya almarhum Prof Azyumardi Azra di tanah air melalui berbagai liputan media massa online. Mereka sangat bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari proses kepulangan Pahlawan Bangsa ini. Proses yang mengantarkan Sang Guru Bangsa  pulang kepada negeri, bangsa, sahabat dan keluarga yang menyayanginya. 

 

Artikel Terkait