Nasional

FAO Hadirkan Karya untuk Ekonomi Biru Indonesia pada Lokakarya GEF Asia Pasifik di Bali

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 12/01/2023 09:27 WIB

FAO bekerja dalam ekonomi biru untuk pengelolaan berkelanjutan dalam perikanan darat (IFISH) & ekosistem laut besar laut (ISLME) dipresentasikan pada lokakarya GEF Asia Pasifik di Bali (Harriansyah/ FAO Indonesia)

Nusa Dua, INDONEWS.ID - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di Indonesia menampilkan pencapaian-pencapaian kerja pada Ekosistem Laut Besar Indonesia dan keanekaragaman hayati untuk perikanan darat dalam empat tahun terakhir pada Lokakarya Global Environment Facility (GEF) se-Asia Pasifik di Bali.

Dewan GEF menyetujui 78.5 juta dolar untuk 13 proyek yang dipimpin FAO di 16 negara termasuk Indonesia. Banyak pekerjaan telah dilaksanakan dalam mengelola keanekaragaman hayati perairan darat dan laut di Indonesia, beberapa yang cukup besar adalah bermitra dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam ISLME (Proyek regional untuk manajemen keberlanjutan pada ekosistem laut besar Indonesia) dan IFISH (Proyek Konservasi di Perikanan Darat)

“Manajemen kegiatan ‘ekonomi biru’ yang berkelanjutan, mencakup ‘pangan biru’ – Pangan yang dihasilkan dari laut, danau, dan sungai – `Pangan biru` memiliki peran penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri kekurangan gizi, dan membangun sistem pangan yang sehat, positif alam, dan tangguh di dunia”, kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste.

Lebih dari 3.000 spesies hewan dan tumbuhan air ditangkap atau dibudidayakan untuk digunakan sebagai makanan di dunia. Mereka diproduksi melalui berbagai macam sistem – mulai dari pabrik kapal pukat laut hingga tambak ikan – dan pembudidaya ikan air tawar. Pangan biru telah menjadi landasan sistem pangan global, menyediakan sumber nutrisi penting bagi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia ,dan mata pencaharian bagi ratusan juta orang.

Mengelola Keanekaragaman Hayati di Indonesia secara berkelanjutan

Bekerja sama dengan KKP, proyek FAO ISLME mempromosikan pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan yang berkelanjutan di Laut Indonesia, seluas lebih dari 2,3 juta hektar, dimiliki bersama oleh Indonesia (98 persen) dan Timor-Leste (2 persen).

Wilayah ISLME terletak di jantung kawasan biogeografis samudra Indo-Pasifik bagian barat, yang memiliki spesies laut terkaya di dunia. Terdapat 500 jenis terumbu karang, 2500 jenis ikan laut, 47 jenis mangrove dan 13 jenis lamun.

Dalam Lokakarya Asia Pacific FAO ISLME dipilih sebagai salah satu Stasiun Pembelajaran GEF atas dukungan ISLME terhadap keberlanjutan lintas batas, perlindungan habitat perair laut besar, dan produktivitas marikultur. Kegiatan proyek digerakkan oleh data berdasarkan bukti-bukti di lapangan, dan dalam kemitraan erat dengan akademisi dan berbagai kepentingan kelompok seperti nelayan, kelompok perempuan dan sektor swasta.

ISLME bekerja untuk membantu kedelapan perikanan unggulan pada pendekatan ekosistem dan manajemen perikanan (EAFM) dan strategi panen, terutama lobster, kepiting, bakau, rajungan, kakap, kerapu, lemuru, rumput laut dan teripang.

Produk ini menawarkan potensi ekonomi jangka Panjang untuk pembangunan tingkat nasional. ISLME mendukung area 712, 713 , 714 dalam wilayah perairan laut Indonesia dan perairan utara Timor Leste. ISLME juga membantu analisis diagnostik lintas bantas dalam perairan Indonesia dan Timor Leste.

FAO-IFISH adalah proyek FAO lain yang dilaksanakan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengarusutamakan nilai konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan ke dalam praktik perikanan darat.

Proyek ini merupakan proyek perikanan darat terbesar di Indonesia yang saat ini sedang berlangsung. Perikanan darat di Indonesia umumnya dilakukan oleh industri skala kecil dan masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai. Pada tahun 2018, sedikitnya 965.756 keluarga nelayan menggarap perikanan darat di seluruh Indonesia.

Salah satu terobosan proyek yang ditampilkan dalam pameran tersebut adalah kerja sama pembangunan fishway di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ikan sangat penting untuk siklus hidup jalur migrasi ikan seperti Anguilla sp. belut dan ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya.

Desain yang dikembangkan saat ini adalah yang pertama di Indonesia karena dikembangkan berdasarkan serangkaian penilaian keanekaragaman hayati dan hidrologi ikan sejak Desember 2021. Konsep fishway juga telah diadopsi oleh pemerintah provinsi Jawa Barat sebagai prasyarat pembangunan bendung dan bendungan baru di provinsi tersebut.

Kunjungan resmi ke Sukabumi akan dilakukan pada tanggal 14 - 15 Januari 2023 untuk meninjau pekerjaan proyek konservasi dan pengembangan perikanan darat berkelanjutan untuk penyediaan barang dan jasa ekosistem.

Kemitraan FAO- GEF- Indonesia

Proyek FAO GEF bermitra dengan berbagai Kementerian Indonesia termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Proyek GEF-FAO mengatasi krisis lingkungan global yang berdampak pada produktivitas dan keberlanjutan -sistem pangan pertanian di lahan dan air di lima benua.

Global Enviroment Facility (GEF) didirikan di Earth Summit di Rio pada tahun 1992 untuk membantu mengatasi masalah lingkungan. Sejak saat itu, GEF telah memberikan lebih dari $21,1 miliar dalam bentuk hibah dan memobilisasi tambahan $114 miliar untuk pembiayaan bersama lebih dari 5.000 proyek di 170 negara.

Artikel Terkait