Opini

Perbedaan Diteras Batin yang Sempit-Sumpek

Oleh : luska - Jum'at, 27/01/2023 19:30 WIB

Penulis : Noryamin Aini

*Sahabat!*
1) Saat kebenaran dipersoalkan, lalu disalahkan;
2) Saat perbedaan opini dan opsi disimpulkan sebagai kesalahan dan keburukan;
3) Saat keunikan dinilai kejanggalan, lalu dihindari karena ketakutan; 
4) Dan puncaknya, saat kesalahan dihujat dan dimurkai tanpa ampunan;

maka psikologi nalar apatis, apriori, dan "julit" seperti ini akan menjadi monster toleransi yang mengancam keheningan di relung perbedaan. Ia akan "menyesaki" ruang batin ketenangan dengan kebencian dan permusuhan. 

Ujungnya, kedamaian akan terusik. Ketenangan akan terampas di palung qalbu yang selalu bermanja bahagia dengannya. Akhir pertaruhannya adalah kegelisahan abadi di qalbu.

Baca juga : UJI MIND-SET

Karenanya, 
1) Agar ruang batin kita selalu lapang; 
2) Agar ruang sosial kita ramah, hangat, dan inklusif; 
3) Agar ruang jelajah spasial kita membuana, nyaris tanpa batas fisikal;
4) Agar ketenangan hati kita dalam kesendirian dan keramaian tidak terusik;

makanya

1) Singkirkan nalar yang sempit, apatis, dan apriori;
2) Tutuplah lubang ideologi yang serakah dan sadis, suka memonopoli ketunggalan kebenaran; 
3) Rawatlah qalbu yang mengakui keniscayaan perbedaan, karena ia adalah wujud keniscayaan titah Tuhan.

Saat di qalbu kita, 

1) Tidak ada hal-hal yang dihujat; 
2) Tidak ada hal yang dimusuhi, 
4) Tidak ada hal yang dihindari di ruang gerak batin-qalbu, 

Maka, qalbu kita tidak memiliki sumber dan alasan untuk terusik, tidak tenang, dan tidak bahagia.

Alhamdulillah.
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang (dalam, dan karena kesucian), kembalilah kepada Rabb (Tuhan)-mu dengan kerinduan qalbu yang terpuaskan, lagi di-ridhoi-Nya! 

Wahai jiwa yang tenang masuklah kalian ke komunitas hamba-hamba-Ku, dan masuklah kalian ke surga-Ku (taman yang menyenangkan!) [QS. 89:27-30].

Pamulang, Jumat Hikmah, 27 Januari 2023

TAGS : Noryamin Aini

Artikel Terkait