Nasional

Menjelang Pergantian Menteri Pertanian dan Sekaratnya Nasib Petani

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 28/02/2023 12:28 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Rabu pon di bulan Maret jatuh pada tanggal 8. Konon Presiden akan melakukan penyegaran terhadap beberapa bidak catur kementerian yang membantu roda kepemimpinannya.

Apakah hilal akan nampak di tanggal 8 maret 2023 atau perlu sidang isbat dulu? Yang jelas nasib petani benar benar-benar sudah terjerembab terlebih dahulu.

Yang jelas, kaum petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah menjelang panen raya Maret sampai April persawahannya sudah terendam banjir.

Yang sawahnya lepas dari terjangan banjir pun dihadang harga jual yang tidak sebanding dengan tingkat harga produksi. Harga jual semakin menurun sedangkan ongkos produksi semakin melambung.

Kementerian Pertanian sudah nongolkan data ada 63.275 hektar sawah sepanjang Januari-Februari yang terendam banjir, dan 25.535 ha sawah yang puso.

Ini kerugian yang tidak kecil karena menyangkut ratusan ribu keluarga petani. Petani yang sawahnya selamat pun harus siap-siap rugi bukannya siap-siap untung.

Surat edaran badan pangan nasional nomor 47/TS.03.03/K /02/2023 tentang harga pembelian gabah mengacu pada Peraturan menteri perdagangan no 24 thn 2020 pembelian gabah kering panen (GKP) sebesar Rp. 4.200 perkilo.

Padahal biaya produksi tahun ini sudah di atas 5000/kg. Upah buruh naik dari 45.000 saat ini sudah 60.000, harga pupuk naik gila gilaan, ada pupuk murah pupuk subsidi tapi di beli harus pakai kartu tani, padahal tidak semua petani punya kartu.

Kalau mau punya kartu tani kudu punya kaos partai. Yang punya kartu pun dibatasi per hektar cuma boleh beli 200 kg, padahal 1 Ha butuh 400 kg pupuk. Sisanya dimainkan oleh pedagang, koperasi dan politisi karbitan yang ingin manggung di 2024 dengan cara nyolong rejeki dan keringat ibu bapak tani.

Nasibnya negeri ijo royo royo petaninya terpaksa dengan ikhlas makan nasi kucing dengan lauk sayur genjer.*(Zaenal)

Artikel Terkait