
Jakarta, INDONEWS.ID - Spetakuler dan dahsyat. Mungkin kata-kata ini sedikit mewakili kekaguman pembaca terhadap perjuangan Save M. Dagun dalam menghasilkan berbagai karya-karya monumentalnya, meski harus melewati lorong sepi, sendirian.
Dagun, pria kelahiran Wetik, sebuah kampung di pedalaman Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) patut diacungi jempol. Dalam kurun waktu 30 tahun, Dagun sukses menerbitkan 7 kamus yang disebutnya sebagai karya monumental evergreen dan 36 ensiklopedia.
Dalam sebuah grup aplikasi perpesanan WhatsApp, Dagun pernah membagikan kisah perjuangannya hingga menghasilkan karya-karya intelektual yang sangat berharga dan menjadi rujukan tanpa campur tangan dan dukungan dari pemerintah maupun lembaga.
Ia lantas mendeskripsikan perjuangannya itu sebagai flying alone. Benar-benar berjuangn seorang diri tanpan ada yang mensponsori dari sisi finansial. Lalu energi apa yang menggerakan seorang Dagun sehingga sukses menelurkan begitu banyak karya intelektual yang tak banyak dari kita dapat melakuannya.
"Perlu saya jelaskan bahwa tulisan ini muncul sebelum karya-karya saya mulai digarap. Ini semacam “Big Dream”. Mimpi besar ini adalah energi yang menggerakkan dan berada di alam bawah sadar dan muncul ketika ada stimulus," kata Dagun kepada media ini Sabtu (18/3/23).
Pada tahun 1987, Dagun menuturkan, dia melihat sebuah kamus bahasa Inggris Webstern. Ia mengaku kaget dan tidak habis pikir, bagaimana karya setebal sekitar 3000-an halaman dengan huruf 7 point dan tergolong sangat kecil ini bisa ditulis.
"Rasa kagum dan rasa terpesona terhadap kamus bahasa Inggris ini memancing saya untuk bermimpi. Bisakah kita berbuat seperti itu? Pikiran ini terus membayangi hingga terbawa ke mimpi-mimpi. Hampir setiap tidur, entah berapa menit pasti bermimpi," tuturnya.
"Bahkan di bus pun, jika tertidur, pasti bermimpi. Sebagian besar mimpi itu bisa “terbang” dan ini aneh. Mimpi-mimpi ini baru lenyap setelah terbit edisi perdana “Kamus Besar Ilmu Pengetahuan” tahun 1997," imbuhnya.
Mimpi Besar Adalah Kunci
Pada Sabtu 18 Maret 2023, melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, Dagun membagikan rahasia suksesnya dalam merampungkan berbagai karya monumental tersebut. Ia mengatakan rahasianya tak lain dan tak bukan adalah mimpi, mimpi besar.
Namun selain mimpi, ada beberapa hal yang harus ditanam dalam pikiran penulis sehingga menjadi energi yang terus menggerakan perjuagan.
"Apa yang mau disampaikan tentang pengalaman ini bahwa dalam menempuh sebuah perjuangan, apa itu kecil, sedang, besar, tidak terlepas dari langkah-langkah berikut," beber Dagun.
Pertama adalah fokus. Tahapan ini membawa kita ke satu titik dan pikiran untuk diarahkan ke satu titik saja.
Kedua adalah passion, gairah, semangat. Tahapan ini membawa kita ke satu titik, tetapi selain fokus juga gairah dan semangat. Pikiran dan hati sama-sama bergerak.
Tahapan ketiga adalah energi. Tahapan ini sudah melibatkan lima pancaindra. Tahapan ini posisi bawah sadar yang berperan.
"Dalam pengalaman saya, jika kita pada level pertama, sehari kita bisa edit bahan kamus bisa mencapai 5-10 halaman. Tetapi ketika pada level dua, bisa mengedit 10-25 halaman. Pada level 3, sehari bisa mengedit 50 halaman," terang Dagun.
Pada 1997, Save sukses menerbitkan Kamus Besar Ilmu dan Bahasa yang memiliki ketembalan mencapai 2.300 halaman dengan huruf 8 poin kecil sekali.
Ketika karya ini diterbitkan untuk edisi ketiga, Presiden Susilo Bambang Yudhoyo ikut memberi kata sambutan. Namun karya intelektual Dagun tidak berhenti di sana. Semenjak itu, ia terus melahirkan berbagai karya-karya monumental lainnya.
Sebut misalnya Kamus Besar Ilmu Sosial, Kamus Besar Ilmu Eksakta, Kamus Tokoh Indonesia dan Dunia dan Kamus Tokoh Penerima Nobel, Kamus Acuan Utama Bahasa Indonesia dan
Bahkan, dalam waktu dekat, Dagun tengah menggarap ensiklopedia Manggarai yang berisi segala hal berkaitan dengan Bumi Nuca Lale. Diharapkan ini menjadi materi muatan lokal untuk diajarkan sebagai pendidikan kerarifan lokal untuk anak SD, SMP hingga SMA di Manggarai.
Profil Save M. Dagun
Save Dagun lahir di Wetik, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia menempuh pendidikan SMP dan SMA di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur.
Setelah dua tahun mengenyam pendidikan di SMA Seminari Kisol, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Setia Bakti, Ruteng.
Tahun 1981 higga 1982, dia sempat menjadi guru di SMP Ranggu, Manggarai Barat. Lalu, kemudian melanjutkan studinya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Atma Jaya Jakarta pada 1982-1987.
Selain pernah bekerja di koran Jayakarta sebagai penerjemah berita kantor berita asing, Save juga pernah bekerja di LSM masyarakat adat dan pernah menjadi utusan khusus perwakilan adat dalam Kongres Dunia di Durban, Afrika Selatan pada tahun 2001.*