Nasional

Herdi Sahrazad: Kehadiran Bang RR Sangat Dibutuhkan dan Mendesak

Oleh : very - Sabtu, 18/03/2023 18:46 WIB

Tokoh nasional DR Rizal Ramli bersalaman dengan Ibu Shinta Nuriah Abdurrahman Wahid. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Peneliti senior dari Universitas Paramadina Herdi Sahrasad mengatakan kehadiran tokoh nasional, DR Rizal Ramli dalam panggung pemilihan presiden 2024 semakin penting dan mendesak. Betapa tidak, hal tersebut untuk menghadapi masalah krisis utang Indonesia yang mencapai Rp8000 triliun.

“Seperti diketahui utang kita makin membengkak. Belum lagi adanya skandal keuangan pada masa Kemenkeu Sri Mulyani yang mencapai Rp300 trilyun, membawa kebangkrutan dan krisis yang menjerumuskan NKRI menuju keruntuhan,” ujarnya dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Politics and Public Policy Studies (P3S) dengan tema “Rizal- Puan Sepadan Anies- AHY” pada dilakukan yang digelar secar adaring Kamis (16/3/2023).

Ambruknya negara ini, kata Herdi, merupakan sebuah kenicayaan akibat kegagalan dan kebangkrutan rezim  yang mengerikan. ``Tangan dingin Rizal Ramli untuk mengatasi krisis utang 8000 trilyun rupiah dari kegagalan Jokowi dan kebangkrutan ekonomi nasional diharapkan dan dinantikan rakyat yang sudah menjadi korban kekuasaan otoriter korup yang kian amburadul,`` kata tokoh GMNI dari Indonesia Timur, Nehemia Lawalata di acara tersebut.

Sementara itu, pengamat politik Muslim Arbi mengatakan pemenang Pilpres 2019 lalu yaitu Presiden JokoWidodo hanyalah petugas partai. Karena itu hal itu harus diubah meskin yang bekerja memenangkannya dalam pilpres adalah partai politik.

“Jika sudah jadi Presiden harus mengabdi pada Negara. Mind set harus diubah. Jadi, selama ini parpol gagal dalam melakukan kaderisasi,” ujarnya.

Muslim mengatakan, rakyat saat ini tidak berdaulat karena yang berdaulat adalah partai politik. “Karena itu mind set harus diubah. Jika menang jangan hanya partai politik yang dipentingkan,” katanya.

Sementara itu Rikardo Marbun menyimpulkan bahwa kerja keras presiden terpilih adalah mengurangi tingkat kemiskinan. “Namun yang terjadi saat ini adalah terjadi ketimpangan anatara yang kaya dan miskin. Karena itu, semua pihak, termasuk kaum cendekiawan harus bersuara,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait