Opini

Menggali Kenangan

Oleh : luska - Minggu, 09/04/2023 19:05 WIB

Penulis : Abustan

Catatan tercecer buka puasa Satu Pena

Tak dapat disangkal, itulah kata yang tepat melukiskan pertemuan dengan Prof Bakhtiar Ali diacara buka puasa  "Satu Pena di Cafe Cikiny Menteng".  Sebab, sekitar dua dekade lalu juga pernah mengalami situasi yang sama, yaitu buka puasa bersama (bukber ramadhan). 

Akan tetapi, suasana, locus dan urgensinya yang berbeda. Tepatnya sekitar tahun 2003, ketika Prof Bakhtiar dubes di Mesir menjamu / menerima rombongan kami Komisi A DPRD  Sul Sel berbuka puasa bersama.

Hal itu, mengingatkan kembali kejadian buka puasa sore ini. Flesbeck dengan moment masalalu sehingga menjadi ajang untuk "menggali" kembali kenangan antara kami dengan Prof bakhtiar yang kebetulan pas berdekatan tempat duduk. Beliau mengurai memori - story, ketika masa itu ditempatkan pemerintah Indonesia dubes di Mesir. Dan, ternyata kenangan paling berkesan menurutnya,  jika buka puasa tiba adalah buah kurma sebagai pembuka buka puasa yang sangat istimewa. Apalagi buah kurma Mesir tergolong "andalan" yang kerap disajikan.

Itulah kenangan yang terus diapungkan oleh waktu, tidak saja dalam skala lintas daerah tetapi juga lintas negara. Kini, serba - serbi kunjungan kami ke Mesir waktu itu  berputar kembali, tatkala rombongan kami berkunjung atau meninjau asrama mahasiswa dai Sul Sel yang ada di Mesir. Mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di negara yang kental dengan sebutan sebagai negara firamid. Memang, kenyataannya harus diakui jumlahnya cukup banyak. 

Tentu saja, tak dapat dipungkiri, realitas antusias masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada anaknya melanjutkan kuliahnya di negeri muslim ini memang sangat besar. Atmosfir pendidikan dan peradaban Islam yang sangat beroengaruh, sehingga menjadi daya tarik tersendiri masyarakat sul sel. itulah sebabnya, pemerintah dan DPRD juga memberikan atensi dengan cara memperbaiki fasilitas asrama mahasiswa yang ada agar terus layak difungsikan (refresentatif) untuk ditempati oleh mahasiswa.

Begitulah, sekilas catatan  yang tercecer yang dapat dimaknai bahwa waktu senantiasa menjadi imaji berharga bagi kita. Bahkan, dalam konteks yang lebih luas waktu dimaknai sebagai "kemenangan" bagi yang memanfaatkannya (an- faeda). Dan, dalam analogi serta filosofi waktu keberadaannya diibaratkan seperti mata pedang yang terhunus tajam, jika tidak dipergunakan sebaik - baiknya dan / atau dimanfaatkan akan membunuh sendiri pemiliknya. Selamat menjalani puasa ramadhan 1444 H.

Jakarta, 9/4/2023

TAGS : Abustan

Artikel Terkait