Nasional

Abdul Latief Menteri Era Soeharto Mampir di Warung Solo

Oleh : rio apricianditho - Minggu, 16/04/2023 17:30 WIB

Abdul Latief bersama Pemred Indonews.id

Jakarta, INDONEWS.ID - Mantan menteri era Presiden Soeharto, Abdul Latief hadir di komunitas pembalap tiga zaman. Berbaju biru-putih kotak-kotak dengan senyum khasnya, bercerita pengalaman sebagai menteri, di Warung Solo, Jakarta.


Dipertemuan tersebut mantan menteri Pariwisata era Soeharto mengatakan, dirinya diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja oleh Soeharto tahun 1993. Saat ia menjabat, ada program Balai Latihan Kerja untuk meningkatkan ketrampilan para pencari kerja.


"Bagi mereka yang memenuhi persyaratan akan di kirim menjadi tenaga Kerja di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, Arab Saudi, Taiwan, dan lainnya", paparnya.


Bukan hanya BLK, pemilik pusat perbelanjaan di kawasan Blok M ini, juga memperkenalkan UMR (Upah Minimum Regional), Jamsostek, dan banyak aturan ketenagakerjaan yang masih berlaku hingga saat ini.


Lima tahun menjabat Menaker, lalu Soeharto menggeser kedudukannya menjadi Menteri Pariwisata. Sebelum menjabat Menteri, ia sudah dikenal dikalangan pengusaha terutama mereka yang tergabung dalam wadah Hipmi.


Abdul Latief merupakan salah seorang pendiri HIPMI dan ketua umum pertama dari organisasi pengusaha muda tersebut. Prestasinya dalam bidang perdagangan, itu yang menyebabkan ia ditarik ke dalam kabinet pemerintahan Soeharto.


Latief merupakan lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta (1963) dan S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana, Jakarta (1965). Pada umur 20 tahun, ia telah berdagang telur dan bawang. Semasa kuliah ia telah bekerja di Toserba Sarinah. Di sana, ia dipercaya untuk mempelajari manajemen toko serba ada Seibu, Jepang. Sepulangnya dari Tokyo ia hendak mengembangkan konsep pemasaran yang dipelajarinya ke dalam konsep pemasaran "Sarinah". Namun atasannya tidak berkenan dengan konsep yang ia tawarkan itu.


Keluar dari Toserba Sarinah, Latief memberanikan diri untuk menjadi pengusaha dengan mengembangkan toserbanya sendiri. Untuk itu, langkah pertama yang ia lakukan adalah membeli sebuah toko kecil di Grogol, Jakarta. Pada tahun 1974, Latief mendirikan PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya. Perusahaan ini mengelola swalayan yang memasarkan produk-produk industri kecil. Setahun kemudian, ia membuka cabang di Singapura. Pada tahun 1981, Latief memodernisasi swalayannya dengan membangun Pasaraya departement store. Pada tahun 2001 ia merambah bisnis media dengan mendirikan jaringan televisi Lativi. Kini Abdul Latief masuk ke dalam jajaran konglomerat Indonesia yang cukup sukses. Di bawah bendera ALatief Corporation, ia mengelola bisnis periklanan, agrobisnis, hotel, asuransi, properti, konstruksi, eceran, dan media massa. Kini kegiatan bisnisnya banyak ditangani oleh putra-putrinya, Medina Latief Harjani dan Ahmad Dipo Ditiro.

Sementara berdasarkan pantaun Indoews.id, tamu yang hadir antara lain  Ketua IMI Bamsoet, Subronto Laras, Ananda Mikola, Dodi Bagor, Maher Algadri, Komjen Pol (Purn) Nana Sukarna, Vina Panduwinata, mereka disambut tuan rumah Rio Sarwono dan Dani Sarwono.

Artikel Terkait