Pojok Istana

Presiden Jokowi: Indonesia Butuh Pemimpin yang Dekat dengan Rakyat

Oleh : very - Minggu, 14/05/2023 23:11 WIB

Ketua Panitia Musyawarah Rakyat (Musra) Relawan Jokowi, Panel Barus (kiri), menyerahkan hasil musyawarah ke Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (kanan) pada acara puncak Musra di Gedung Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023). ANTARA/Putu Indah Savitri/aa.

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang benar, dekat dengan rakyat dan memahami hati masyarakat.

Pemimpin Indonesia pada masa depan, kata Presiden, harus seseorang pemberani dan mau bekerja untuk rakyat.

"Rakyat kita, rakyat Indonesia butuh pemimpin yang tepat, butuh pemimpin yang benar, yang dekat dengan rakyat, yang paham hati rakyat, yang tahu kebutuhan rakyat, yang mau bekerja keras untuk rakyat. Itu yang dibutuhkan, dan pemberani, yang berani, pemberani demi rakyat," kata Presiden Jokowi dalam acara Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5).

Presiden Jokowi mengatakan, rakyat butuh pemimpin yang paham, yang mengerti bagaimana memajukan negara. “Karena itu pemimpin harus paham dan tahu potensi serta kekuatan negara ini, kekuatan bangsa ini apa," ujar Presiden seperti dikutip dari Antara.

Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia adalah negara besar dengan sekitar 280 juta orang penduduk.

"Dia (pemimpin Indonesia) harus ngerti, dia harus tahu dan pemimpin itu harus tahu dan paham bagaimana memajukan negara ini dari sisi mana, dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, bukan hanya duduk di sana dan rutinitas, bukan hanya duduk di sana dan tanda tangan, bukan itu," ungkap Presiden.

Presiden Jokowi menyebut bahwa pemimpin Indonesia harus tahu bagaimana membangun sebuah strategi negara, strategi ekonomi, strategi politik karena Indonesia berhadapan dan bersaing dengan negara-negara lain.

"Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju. Hati-hati mengenai ini, hati-hati. Sejarah di Amerika Latin tahun 1950-an, tahun 1960-an, tahun 1970-an, mereka sudah berada di posisi negara berkembang, sudah masuk ke middle income tetapi sudah 50-60 tahun (berlalu), mereka tetap menjadi negara berkembang. Karena apa? Tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada saat itu dan mengejarnya lagi sudah tidak ada kesempatan lagi," jelas Presiden.

Presiden Jokowi pun mengingatkan agar pemimpin selanjutnya dapat memanfaatkan bonus demografi Indonesia dan status Indonesia yang saat ini sudah menjadi negara berkembang agar dapat menjadi negara maju.

Dalam acara tersebut panitia Musra menyerahkan tiga nama calon presiden yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Sedangkan nama-nama calon wakil presiden yang diserahkan adalah Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. ***

Artikel Terkait